Oleh: Yelnis Lestari (Ibu Rumah Tangga dan Pemerhati Urusan Umat)
Saat ini rakyat dibuat heboh dengan penjualan tiket yang begitu mahal. Dimana seperti dilansir Serambinews.com sebelumnya harga tiket Garuda yang biasanya Rp 1,4 juta sekarang menjadi Rp 2,9 juta. Batik yang juga dari Rp 1,1 juta sekarang Rp 2,5 juta. Harga tiket domestic Banda Aceh-Jakarta mencapai Rp 3 juta,sedangkan harga tiket Banda Aceh-Jakarta-Kuala Lumpur tidak sampai 1 juta dengan perbandingan harga tiket yang begitu jauh. Harga tiket yang relatif mahal ini, dianggap biasa saja oleh Menteri Perhubungan ( MENHUB ) karena adanya persaingan yang tidak sehat antar maskapai yaitu dengan perang harga.
Menurut Budi Karya Sumadi Mantan Direktur Utama PT Ankasa Pura II itu menjelaskan bahwa persaingan sudah mulai reda dan harga tiket kembali ke level normal. Sehingga masyarakat-pun seolah-olah merasakan harga tiket pesawat jadi melambung tinggi. Padahal ini dianggap Menhub itu sendiri belum mencapai batas atas. ( Kabar.News )
Sedangkan, diwaktu yang sama Ketua Inaca, Ari Ashkara mengatakan bahwa pemicu kenaikan biaya operasional yang berdampak harga tiket pesawat melambung ialah melemahnya nilai tukar rupiah atas Dollar Amerika Serikat. Dampak paling besar dari pelemahan rupiah, terkait dengan melambungnya hutang maskapai kerena menggunakan mata uang dollar AS.
Kenaikan bahan bakar pesawat, avtur, kata ari terjadi sejak 2016 sebesar 125%. Padahal , pengeluaran maskpai paling besar pada avtur sebesar 40%. Di sisi lain sejak 2016, maskapai belum pernah menaikkan harga tiket. Selain itu, biaya leasing pesawat pun memakai porsi 20% dari pengeluaran maskapai. Hal ini juga juga menggunakan US dollar, jadi kurs yang menyebabkan ( kenaikan ), kata ari.
Dengan kejadian ini masyarakat lebih baik mengambil domestic pernerbangan dari luar negeri dibanding harus merogoh kocek yang mahal untuk jalur dalam negeri sendiri. Pemerintah begitu lalai untuk kesekian kalinya,rakyat selalu dijadikan korban atas kebijakan-kebijakan yang di buat oleh pemerintah dan akhirnya rakyat menderita.
Negara yang dikenal akan sumber daya alamnya melimpah ruah malah justru menjadi negeri yang paling miskin dalam mensejahterakan rakyat. Transportasi merupakan fasilitas umum yang seharusnya menjadi tanggung jawab Negara, bukan menjadi sebuah sarana industry bagi para kapitalis. Sehingga orang-orang yang memiliki paham sekuler kapitalis menjadikan sarana umum untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dari rakyat.
Banyaknya sarana umum yang seharusnya menjadi tanggung jawab Negara untuk meringankan beban rakyat malah dikuasai oleh perusahaan asing mereka mengeluarkan modal yang kecil tapi ingin mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya itulah paham Sekuler Kapitalis.
Bagaimana Islam menyelesaikan?
Di jaman Nabi SAW banyak individu memiliki industry. Bahkan Nabi SAW pernah memakai jasa industry itu sendiri. Dan transportsi adalah industry, tetapi industry yang masuk kategori umum, seperti transportasi saat ini, maka itu masuk kepemilikan umum sehingga Negara wajib untuk mengelola dan mengeksploitasinya untuk kepentingan rakyat. Kepala Negara (Imam) mempunyai tugas dan kewajiban untuk melayani kepentingan ummat. Hal ini didasarkan pada Hadits Imam Bukhari yang diriwayatkan dari ibnu Umar yang mengatakan, Nabi SAW bersabda: “Imam adalah (laksana) Pengembala (pelayan). Dan dia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap urusan rakyatnya”. (HR. Bukhari. Agar Negara dapat melaksanakan kewajibannya, maka dengan hukum syara’ telah memberi kekuasaan kepada Negara untuk mengelola harta kepemilikan umum dan kepemilikan Negara dan tidak mengijinkan bagi seorangpun (individu maupun swasta) untuk mengambil dan memanfaatkannya, termasuk dalam bidang transportasi. Waallahu alamu bishowab.