Oleh : Sumiyah Ummu Hanifah ( lbu Rumah Tangga dan member AMK )
Telah lama kata Demokrasi terdengar indah , bagaikan tiupan angin surga yang berhembus perlahan , halus dan lembut "membelai" setiap jiwa, sehingga demokrasi tampak tiada cela.
Demokrasi begitu membius Rakyat karena Janji manisnya adalah " Dari Rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Namun akhir- akhir ini banyak janji manis yang berubah menjadi PAHIT layaknya bratawali, alias janji-janji Palsu.
Apa dan bagaimana sesungguhnya demokrasi itu?
Puluhan tahun yang lalu, sistem ini mulai merambah ke berbagai belahan bumi, termasuk ke lndonesia, namun hingga kini belum nampak adanya kemajuan, kesejahteraan, keamanan serta kedamaian yang telah di capai, tidak sama dengan apa yang di gembar- gemborkan oleh Para Pengusung demokrasi.
Dalam sistem yang berazaskan demokrasi ini Pihak yang paling berkuasa adalah Para pemilik modal, karena mereka bisa mencalonkan atau mendanai kontestan PEMILU dan itu semua pasti tidak akan cuma-cuma, dengan kata lain harus ada imbalannya, maka sebagai tanda balas jasa Sang empunya modal memiliki "hak istimewa" atau Kebijakan untuk mengontrol Para Politisi.
Mereka (Para pemilik modal dan Para politisi) bukan hanya bergandengan tangan dalam setiap proyek-proyek besar tapi juga dalam membuat Rancangan Undang-undang yang pastinya akan menguntungkan Para pemilik modal ( bukan menguntungkan Rakyat sebagaimana seharusnya ) dan Sang pemilik modal sudah bisa di pastikan adalah Asing dan Aseng, maka wajar saja bila kini Rakyat melihat dengan jelas "kemesraan" yang terjadi di depan mata antara Penguasa dan Pengusaha , pengusaha /pebisnis internasional yang memiliki banyak modal, modal / dana yang sangat di butuhkan oleh Penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya, sehingga segala macam cara akan di tempuh demi ambisi dan syahwat duniawi, di antaranya dengan mengadakan Kampanye Legal dan ilegal, suap-menyuap, money politik, bakti sosial yang mengatas-namakan Partai tertentu, dan berbagai jenis Pencitraan yang sejatinya telah membuat Rakyat menjadi MUAK, sebab faktanya Rakyat hanya di jadikan objek untuk kepentingan Penguasa dan Pengusaha.
Dari waktu ke waktu Rakyat semakin tertindas oleh berbagai kebijakan-kebijakan yang di gelontorkan oleh Pemerintah.
Namun karena gencarnya program demokratisasi yang di sebar oleh kalangan Pro demokrasi, maka seolah Rakyat tidak berdaya.
Di antaranya dengan menyebarkan Pemahaman-pemahaman demokrasi ke segala lapisan masyarakat, termasuk ke dalam dunia Pendidikan , dengan cara memasukkan kurikulum-kurikulum tentang "kewajiban" berdemokkrasi.
Hal ini di mulai dari tingkat dasar hingga sampai ke Perguruan tinggi, bahkan semua lapisan masyarakat, apapun profesinya, apapun statusnya telah berhasil di giring Pemahamannya secara tidak langsung untuk mengakui dan menerima demokrasi sebagai satu-satunya azas yang paling benar, paling tepat dan paling bermanfaat bagi kemajuan suatu bangsa.
Demokrasi kian mewabah seiring dengan berkembangnya bentuk dan namanya, telah hadir demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, demokrasi parlementer, demokrasi pancasila, demokrasi uni soviet ( telah hilang ), demokrasi rakyat, demokrasi nasional, demokrasi konstitusional dll.
Lebih parah lagi, akhir-akhir ini munculnya kata demokrasi dalam semua aspek kehidupan dengan beredarnya slogan "Demokrasi ekonomi, demokrasi kebudayaan, demokrasi sosial, ada juga "keluarga demokratis" demokrasi sastra, SDM demokratis, demokratisasi pertanian dan lain-lain.
( Sumber: al-wa'ie edisi 1-28 februari 2018 ).
Tak ayal lagi, demokrasi sukses menghiasi hati rakyat dengan di balut indahnya harapan akan adanya perubahan bagi Seluruh aspek kehidupan di Negeri ini.
lronis, karena pada faktanya demokrasi adalah suatu sistem yang berbahaya, karena telah menjadikan aturan agama terpisah jauh dari kehidupan politik, demokrasi melahirkan sekularisme yaitu Pemisahan agama dari kehidupan, sebagai contoh ; Dalam aturan agama islam , wanita tidak di perbolehkan menjadi Seorang Pemimpin, tapi dalam alam demokrasi wanita boleh menjabat sebagai Pemimpin ( bahkan pemimpin negara sekalipun ), di mana hal tersebut sangat bertentangan dengan Syari'at lslam.
Demokrasi sendiri merupakan produk buatan manusia yang jelas-jelas memiliki banyak kekurangan dan kelemahan.
Rosulullah Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah bagi umatnya, telah mencontohkan bagaimana menjalani kehidupan yang benar, lurus dan sesuai koridor lslam, karena segala aktivitas seorang muslim telah di atur oleh Allah SWT, yaitu harus mengikuti apa yang telah Allah turunkan kepada manusia , berupa kitab / buku panduan yang berfungsi sebagai Petunjuk bagi manusia, penjelasan mengenai petunjuk-petunjuk itu dan pembeda ( antara yang benar dan yang salah ), itulah Al Qur'an ( aturan / hukum ) dari Allah SWT.
Dengan demikian seharusnya manusia tidak perlu bersusah payah membuat undang-undang baru, karena sama seperti menandingi Kekuasaan-Nya.
( na'udzubillahi mindzaalik ).
Ingatlah bahwasannya memerintah dan menciptakan hukum adalah hak mutlak Allah SWT.
Beruntung akhir-akhir ini kesadaran masyarakat akan pentingnya penerapan Syari'at islam secara kaffah semakin meningkat, dari berbagai lapisan masyarakat ikut menyuarakan kebenaran dan semakin berani membongkar kebusukan sistem demokrasi kapitalis yg saat ini berkuasa .
Pemahaman Umat islam dari hari ke hari kian bertambah bahwa hanya ada satu-satunya institusi di dunia ini yang berhak di terapkan di dunia yaitu Khilafah Rasyidah ala minhajin Nubuwah, sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW ," Dulu Bani lsraildi atur urusannya oleh Para Nabi, setiap kali Seorang nabi wafat, la di gantikan oleh nabi yang lain, sungguh tidak ada nabi sesudahku, yang akan ada adalah Para Khalifah dan jumlah mereka banyak. ( Hadist Riwayat al-Bukhari dan Muslim ).
Maka harapan yang terlalu besar kepada sistem demokrasi untuk mencapai kesejahteraan, kedamaian, keamanan dan ridho dari Allah SWT adalah sebatas HALUSINASI belaka, karena yang terjadi demokrasi telah menjadi alat Pemusnah Peradaban lslam, sehingga akan semakin jauh dari tujuan : Baldatun toyyibatun warobbun ghofur.
Menggantungkan harapan kepada demokrasi justru hanya akan menambah derita dan penyesalan, mendatangkan mala petaka karena jauh dari keridha-an Allah SWT.
Wallahu a'lam bi ash-shawab.