Oleh : Nuur Annisa
Kalimat ini mengingatkan saya pada masa lalu saya, yaitu pada kisaran tahun 80 - 90 an, di mana kalimat itu begitu "akrab" di telinga keluarga kami, termasuk warga sekitar kami yang kebanyakan masyarakat menengah ke bawah, kami tak pernah lepas dari yang bernama SANDIWARA RADIO.
Kok sandiwara?
Kenapa bukan nonton televisi atau main Play station?
Ya iyalah,,,
Karena hiburan kami waktu itu ya cuma radio, televisi itu termasuk barang mewah alias langka, dan Play station itu mungkin belum "lahir" he,,he,, ( belum di rakit kali ya,,,? )
Sebenarnya Butir-butir Pasir di laut itu adalah salah satu judul Sandiwara Radio yang ada pada saat itu, tapi karena saya lebih "menggandrungi" cerita-cerita fantasy dan heroik serta penuh petualangan seperti Saur Sepuh, Tutur Tinular, Misteri dari Gunung Merapi, Misteri Nini Pelet dan sederet kisah-kisah yang melegenda lainnya, maka Serial Sandiwara Radio "Butir-butir Pasir di Laut ini kurang saya minati karena memang usia saya yang masih belia belum mampu mencerna bahasa dan juga maksud dari kisah tersebut yang penuh dengan intrik dan polemik dalam kehidupan orang dewasa, mungkin cerita ini cocok buat Kaum berdasi yang kisahnya elegan, seperti tetangga sebelah kami yang selalu "khusuk" setiap mendengarkan cerita tersebut.
Butir-butir Pasir di laut memiliki makna yang sangat mendalam, kata demi kata mengandung berbagai filosofi dalam kehidupan.
Pasir di laut itu sendiri adalah pasir yang lembut, halus, memanjakan setiap orang yang menyentuhnya, karena dari teksturnya yang berbeda dengan pasir-pasir yang lain, seperti pasir sungai atau pasir yang ada di sekitar Pegunungan.
Hamparan pasir yang ada ditepi Pantai, selalu saja mampu memukau dan memiliki daya tarik yang "membius" bagi siapa saja yang melihatnya.
Karakter pasir di laut termasuk unik, karena bentuknya yang teramat kecil dan lembut tapi mampu bertahan menghadapi deburan ombak yang datang silih berganti, tetap saja berada pada posisinya, di tepi pantai dan tidak ikut terseret arus dan ombak air laut.
Lantas ada apa dengan pasir di laut ini?
Mungkin ini hanya sekedar ungkapan atau tanggapan buat sekelompok orang yang antipati dengan sebuah Gerakan Fenomenal yang terjadi di awal bulan Desember, apa lagi kalau bukan acara Reuni Aksi 212 yang terlanjur tersohor ke seluruh dunia (walaupun ada saja yang berusaha menutup-nutupi keberadaan gerakan Persatuan Umat lslam ini).
Aksi simpatik ini sempat membuat kaum kafir dan kaum munafik "terkejang-kejang" dan kemudian dengan lantang menghamburkan cacian, cibiran dan tindakan-tindakan yang tidak terpuji seperti memfitnah, baik dengan sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan mengungkapkan kebencian terhadap Persatuan Umat lslam ini.
Sebagaimana tertulis di dalam Al Qur'an , Allah SWT berfirman," Mereka hendak memadamkan Cahaya (agama) Allah dengan mulut ( ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, bahkan berkehendak meyempurnakan Cahayanya, meskipun Orang-orang kafir tidak menyukainya.
(Q.S.At-Taubah ayat 32).
Salah satu ucapan mereka adalah menilai bahwa Para peserta yang hadir dalam Aksi 212 itu seperti buih di lautan, walaupun banyak tapi kemudian akan sirna tanpa jejak, karena menurut mereka Para peserta aksi hanya terdiri dari orang-orang bayaran yang datang membanjiri lbu kota demi makanan dan selembar Rupiah, sungguh suatu fitnah yang tak berdasar.
Karena faktanya, mereka yang hadir dalam acara tersebut adalah Orang-orang yang terpanggil hati dan jiwanya mendengar seruan untuk bersatu dalam tauhid, yang ikhlas tanpa adanya paksaan dari siapapun dan datang dari berbagai Penjuru Negeri untuk bersilah Ukhwah, saling tawashoubil haqi watawashoubish-shobri, dan menyampaikan Syi'ar lslam.
Menasehati secara bersama-sama terutama kepada Para Pemimpin Negeri untuk bersikap amanah terhadap rakyat yang di pimpinnya.
Nasehat dan dakwah kepada Pemimpin adalah wujud cinta dan keperdulian selaku umat muslim kepada Pemimpin Negerinya.
Aksi 212 sejatinya merupakan kegiatan yang positif, bahkan bisa di sebut berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa umat islam adalah umat yang cinta damai, rukun, dan jauh dari tudingan yang sering di lemparkan oleh para pembenci islam yaitu tuduhan radikal, intoleransi, anti NKRI dan lain-lain, karena semua tuduhan itu tak satupun ada yang terbukti alias hanya"OMDO".
Maka jelas sudah bagi kita bahwa Peserta Aksi 212 tidak sama seperti buih di lautan, tetapi lebih tepat seperti BUTIR-BUTIR PASIR DI LAUT, yang selalu penuh kebersamaan, kelembutan (santun), penuh pesona dan keindahan (berakhlak mulia), namun juga memiliki wibawa dan kekuatan, ini terbukti dengan banyaknya tindakan persekusi, intimidasi, dan kriminalisasi yg di alami sebagian pesertanya, namun semua itu tidak membuat mereka menyerah dan mundur dari barisan Pembela islam, tapi justru menjadikannya sebagai batu loncatan hingga suatu saat nanti bisa menorehkan sejarah islam yang gemilang.
Demikianlah Reuni Aksi 212 benar-benar telah menjadi moment yang di tunggu-tunggu oleh jutaan umat islam dari berbagai kelompok, organisasi, suku, bahasa, bahkan ada peserta yang datang dari luar Negeri, serta ada pula peserta yang non muslim ikut membaur bersama merasakan indahnya Persatuan di bawah Naungan Kalimat Tauhid, Bendera Rosulullah SAW yang telah kembali kepada pemiliknya yaitu seluruh Umat islam di Segenap Penjuru Dunia.
Hal ini menandakan bahwa geliat kebangkitan islam telah mulai nampak, Peradaban lslam yang terkubur hampir 100 tahun lamanya akan segera muncul di Permukaan Bumi dan Kejayaan lslam akan terwujud.
Maka wajib bagi Seluruh Umat lslam untuk menyambut dan memperjuangkan tegaknya Syari'at lslam di bumi Allah azza wajalla.
Wallahu'a'lam bi ash-shawab.