Oleh : Vivin Indriani(anggota Komunitas Revowriter)
Kita sering mendengar istilah jangan jadi katak dalam tempurung. Intinya sesekali kita harus keluar dari dalam kotak untuk melihat apa yang ada di luar kotak. Dalam hal ini tempurung. Namun pernahkah kita menyadari bahwa banyak dari kita hari ini yang kadang-kadang masih terjebak untuk berpikir, bertindak dan berbicara dalam posisi kita masih berada di dalam kotak.
Ya, kotak itu bisa berupa pemikiran lama, mindset lama. Kebiasaan lama, pemahaman lama, bahkan paradigma kehidupan yang di bangun dengan sistem berpikir yang lama. Saya lebih suka menyebutnya usang. Kita terkadang ketakutan untuk melompat keluar ' tempurung' kita hanya karena kita belum pernah melihat orang lain melakukan hal yang sama. Atau kalaupun telah ada orang-orang yang telah melakukannya, maka pikiran lama kita akan membuat justifikasi bahwa, "Lho, itu saja gagal." Atau berpikir, "Lho, itu kan dia, dia memang khusus, memang unik, memang eksklusif, saya ga bisa kayak dia."
Sadar atau tidak ketika kita membangun paradigma berpikir di dalam tempurung ini, maka kita akan dapati kita melangkah semakin mundur dan mundur. Sementara perubahan di sekitar kita itu sebuah kepastian. Semua berubah setiap waktu, setiap jam, setiap menit. Manusia berubah. Dari kecil menjadi dewasa. Alam berubah, dari rindang, hijau dan asri kini menjadi momok bagi manusia ketika hujan. Menebar aneka bencana seperti yang kita lihat akhir-akhir ini di seluruh negeri.
Seandainya kita mau berpikir di luar kotak, maka akan kita jumpai pada umumnya orang-orang yang terbiasa berpikir ala tempurung katak biasanya orang-orang yang tertinggal. Mereka tidak paham posisi jaman. Pemikiran manusia bisa saja berubah seiring waktu. Mereka yang dahulu tidak kenal kerudung panjang dan kerap menduga pemakainya adalah kelompok teroris, hari ini akan tertinggal sebab kerudung panjang kini adalah trend bahkan gaya hidup.
Mereka yang dahulu tidak antusias berangkat kajian, sekarang trend kajian dimana-mana. Mulai ibu-ibu pinggiran kampung, ibu-ibu arisan sampai ibu-ibu sosialita, semua ikut kajian. Merek yang dulu tidak kenal liwa royah, panji dan bendera Rasulullah saw, kini menganggap itu adalah benderanya yang harus dijaga. Dan muncullah aksi-aksi bela bendera tauhid, dan sebagainya.
Maka siapapun yang hari ini masih berpikir bahwa Islam tidak akan tegak dan meraih kebangkitan kembali, maka siap-siaplah akan tertinggal sebab tanda-tanda jaman dan fase-fase kebangkitan sedang disiapkan Allah di hadapan kita. Puluhan tahun lalu ketika orang mendengar kata 'Khilafah' yang ada di benaknya adalah padanan kata dari 'Khilafiyah'. Maka tentu, siapa saja yang hari ini masih berpikir bahwa kita tidak bisa merubah sistem, kita tidak bisa menjadikan Indonesia lebih baik dalam sistem yang baik, bukan sistem yang sudah bobrok hari ini. Mereka yang masih bersemboyan harga mati untuk sebuah 'kedunguan rusaknya sistem', siap-siaplah, anda akan tertinggal jauh di belakang. Roda jaman akan menggilas anda. Dan akan meninggalkan anda begitu gerbong kemenangan ini siap untuk berangkat.
Mari raih perubahan hakiki. Sebuah sistem buatan Allah Sang Pemilik Seluruh Alam. Telah dibuat sedemikian rupa dan dipraktekkan dengan apik oleh Rasulullah dan para Khalifah sesudahnya. Menebar kebaikan dan kemajuan serta kedigdayaan saat di terapkan di tengah-tengah kita. Yang pasti membawa keberkahan dan ketentraman sebab itu adalah perintah dari Sang Pemilik Aturan. Sistem itu bernama khilafah, pembawa masa keemasan Peradaban Islam.