Oleh : Ruruh Anjar
Perubahan adalah kepastian. Langkah demi langkah yang tertoreh menjadi saksi berubahnya masa, asa, dan rasa. Tidak hanya di lingkup pribadi namun mencapai alam raya.
Sebagai manusia, perubahan dapat kita saksikan di dalam diri kita. Secara fisik, mental, pemikiran, dan perilaku. Lembaran kehidupan pun terus berganti. Kadang kita sendiri tak menduga sudah berada sejauh ini tahap kehidupan yang ditempuh.
Tetapi ada “sesuatu” yang harus kita renungkan. Dengan modal usia yang saat ini dipegang, apakah bekal yang sudah kita punya? Karena sejatinya kita akan menghadapi kehidupan setelah kehidupan dengan melewati gerbang kematian.
Bekal tersebut tidak kita tahu akankah menjadi penyelamat atau penghancur di dunia keabadian. Akal manusia yang terbatas dan serba lemah tak mampu menjangkau itu semua. Namun bersyukurlah, Allah menurunkan Islam sebagai agama sempurna dan paripurna. Dengannya ada petunjuk agar perubahan yang kita alami adalah perubahan yang diridai-Nya. Perubahan yang kita harapkan memenuhi kriteria sebagai bekal yang akan diterima oleh-Nya. Menjadi penyelamat kehidupan dan mewujudkan impian mendapat kebahagiaan hakiki, baik sebelum maupun setelah melewati gerbang kematian.
Syekh Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitab Nizhomul Islam menjelaskan, bahwa untuk melakukan perubahan hakiki maka harus melalui pemahaman yang shahih. Sebuah kesadaran penuh yang diperoleh dari proses berpikir cemerlang. Tentang alam, manusia, dan kehidupan. Keterkaitan antara ketiganya. Juga keterkaitan antara sebelum dan setelah kehidupan. Menyadari bahwa di sana ada peran Allah tidak hanya sebagai pencipta, tetapi juga pengatur kehidupan.
Allah tidak membiarkan makhluk ciptaan-Nya berjalan sendiri tanpa arah. Ibarat pabrik televisi, maka pabrik tersebut tidak sekadar membuat televisi melainkan juga mengeluarkan buku petunjuk agar penggunanya tidak keliru mengoperasikannya.
Allah yang menciptakan manusia dan seluruh unsur di alam semesta ini, tahu persis bagaimana manusia yang ditugaskan-Nya sebagai pengelola alam akan banyak keliru jika tidak diberi petunjuk. Oleh sebab itu Allah turunkan Alquran, dan contoh nyata dalam perilaku keseharian melalui Rasulullah.
Kesadaran inilah yang perlu dibangun sejak awal sehingga manusia tidak salah dalam menempatkan Islam. Seolah Islam hanya boleh ada di ruang privat tetapi harus dijauhkan dari ruang publik. Padahal Islam itu sungguh luar biasa. Detail dan sistematis dalam mengatur kehidupan manusia di setiap denyut nadi langkahnya. Allah Maha Tahu bahwa manusia memiliki berbagai problematika di seluruh aspek kehidupannya. Tidak hanya di tingkat individu, tetapi mencakup keluarga, masyarakat, negara, bahkan dunia. Maka Islam memiliki solusi atas setiap problematika tersebut. Ilmiah dan teruji penerapannya. Melampaui pola pemikiran manusia, karena ia berasal dari Sang Maha Kuasa dan Adil Bijaksana.
Jangan sampai kita lebih memilih aturan-aturan manusia yang menyelisihi Islam, karena kemudaratannya jelas terpampang di depan mata. Sedangkan Islam dengan bangunan akidah dan syariah sudah pasti maslahatnya. Keyakinan ini yang sedianya tertancap sebagai bentuk keimanan yang kokoh di dalam diri manusia.
Disinilah, perubahan besar akan terjadi. Sebuah perubahan hakiki. Manakala disadari bahwa manusia diberi potensi untuk melaksanakan semua aturan-Nya. Menjadi bekal hidup meraih takwa, sebagai umat terbaik sebagaimana di masa awal generasi Islam bermula. Rasulullah dan para sahabat yang telah menghapus kecintaan kepada materi dan dunia menjadi kecintaan hamba kepada Tuhannya semata. Mengubah wajah peradaban dunia, dari kegelapan menuju cahaya.
Wallahua’lam bishshowwab