Antara Hashim Dan Jokowi, Bukti Tak Ada Teman Sejati Dalam Demokrasi

                      Oleh : Wida Aulia  ( pemerhati masalah sosial )


Adik kandung calon presiden (capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo mengungkapkan sejumlah perannya dalam membantu pembiayaan kampanye pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Pilkada DKI Jakarta 2012 lalu. Hashim mengaku kini dirinya menyesal lantaran telah membantu pendanaan kampanye Jokowi di pemilihan gubermur (pilgub). "Sangat dong, sangat menyesal," kata Hashim di Jakarta, Senin (21/1) malam.

( REPUBLIKA.CO.ID )


Bagaikan kacang lupa kulitnya, nampaknya peribahasa itu yang ingin diungkapkan oleh Hashim terhadap  Jokowi. Seperti yang diungkapkan oleh anggota Badan Komunikasi Gerindra Andre Rosiade kepada wartawan, Selasa (22/1/2019). Andre mengatakan dirinya tahu secara detail bagaimana proses Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, membujuk Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri agar mau mengusung Jokowi di Pilgub DKI saat itu. ( m.detik.com )


Begitulah gambaran demokrasi, tidak ada teman sejati. Namun yang ada adalah kepentingan sejati. Setiap tindakan yang dilakukan selaku berorientasi kepada keuntungan materi, sehingga ketika orang lain sudah tidak memberikan manfaat maka akan ditinggalkan. Demi mendapat kekuasaan, kawan bisa menjadi lawan begitu juga sebaliknya. Sekali lagi,  inilah wajah demokrasi.


Hal ini akan berbeda ketika manusia menggunakan hukum syara' sebagai standart perbuatannya. Maka dia akan melakukan perbuatan sesuai dengan aturan syariat Islam termasuk dalam aktivitasnya sebagai seorang pemimpin. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Setiap Kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya”.(HR. Bukhari Muslim)


Dengan mengetahui bahwa tanggung jawab seorang pemimpin sangat berat apalagi sebagai pemimpin negara yang bertanggungjawab terhadap seluruh rakyat yang dipimpinnya. Maka tidak akan ada orang yang berambisi menjadi pemimpin hanya untuk mencari manfaat bagi dirinya saja. Tidak akan ada calon pemimpin yang melakukan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan.


Sehingga para calon pemimpin akan bersaing dengan sehat bahkan akan memilih untuk menunjuk orang lain yang dianggapnya lebih mampu dari dirinya. Kalaupun harus membantu calon pemimpin dalam rangka mensosialisasikan tentang visi misi kepemimpinannya, maka tolong menolong itu bukan atas dasar manfaat. Namun berdasarkan asas untuk meraih ridho Allah sehingga akan dilakukan dengan ikhlas tanpa pamrih dan tanpa mengharap balas jasa.


Begitulah, ketika demokrasi yang diterapkan. Ketika orang yang sudah kita bantu tidak memberi balasan maka hanya penyesalan yang kita rasa. Kisah antara Hashim dan Jokowi hanyalah satu bukti bahwa tidak ada teman sejati dalam demokrasi,  yang ada hanyalah kepentingan sejati. Dan teman sejati yang ikhlas saling menolong dalam ketaatan hanya akan ditemukan dalam sistem Islam. Oleh karena itu sudah saatnya demokrasi dicampakkan dan diganti dengan sistem Islam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak