Oleh: Yani Saptari (Ibu Rumah Tangga)
Menjelang Pemilu presiden dan wakil presiden yang akan diselenggarakan pada tanggal 17 april 2019 nanti, capres dan cawapres dari kedua kandidat mulai melakukan persaingan yang ketat. Persaingan antara kedua kandidat semakin hari semakin memanas, dimulai dari Jokowi yang dituduh mengkriminalisasikan ulama,keturunan cina, antek asing hingga dituduh menjadi kader Partai Komunis Indonesia (PKI). Begitupun Prabowo yang diisukan tidak bisa menjadi imam sholat, serta beredarnya video Prabowo yang sedang ikut merayakan natal bersama keluarganya, video ini kemudian menjadi viral dan meluas di tengah-tengah masyarakat.
Untuk mengakhiri polemik soal keislaman kedua calon capres dan cawapres, maka Dewan Ikatan Da'i Aceh mengusulkan adanya tes membaca Al-Qur'an untuk kedua capres dan kedua cawapres. Dewan Ikatan Da'i Aceh berencana mengundang kedua calon untuk hadir dan membaca Al-Qur'an di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh pada tgl 15 Januari 2019 nanti. "Untuk mengakhiri polemik keislaman capres dan cawapres,kami mengusulkan tes membaca Al-Qur'an terhadap kedua pasangan calon", kata ketua Dewan pimpinan Dewan Ikatan Da'i Aceh, Tengku Marsyuddin Ishak di Banda Aceh (Jakarta,sabtu, 29/12/2018) (tempo.com)
Dari usulan tersebut tentunya memunculkan pro dan kontra,sebagian menyetujui usulan tersebut dengan alasan untuk menguji kualitas dari calon pemimpin dan untuk mengakhiri polemik keislaman kedua calon capres dan cawapres. Namun ada juga yang tidak setuju dengan alasan bahwa syarat ini tidak relevan dan sudah masuk ke ruang private dan beranggapan bahwa syarat dari komisi pemilihan umum sudah mencukupi dan tak perlu ditambah lagi.
Maka jelas, dari penjelasan diatas membuktikan bahwa dalam demokrasi, Al-Qur'an hanya dijadikan alat permainan politik saja dan untuk memenangi persaingan kedua sisi.
Sesungguhnya, Al-Qur'an merupakan wahyu Allah SWT yang merupakan petunjuk bagi kehidupan seluruh manusia. Fungsi Al-Qur'an dalam kehidupan antara lain:
1) Al-Huda (petunjuk)
Al-Qur'an menjadi petunjuk bagi orang yang bertakwa, petunjuk bagi orang yang beriman, Al-Qur'an tidak hanya menjadi petunjuk bagi umat Islam saja, akan tetapi sebagai petunjuk bagi manusia secara umum.
2) Al-Furqon (pemisah)
Al-Qur'an dapat menjadi pemisah antara yang hak dan yang batil, atau yang benar dan yang salah. Jadi, jika sudah belajar Al-Qur'an dengan benar maka seseorang seharusnya bisa membedakan antara yang benar dan yang salah, serta bisa membedakan yang halal dan yang haram.
3) As-Syifa (obat)
Al-Qur'an merupakan obat bagi penyakit yang ada dalam hati,penyakit manusia tidak hanya penyakit fisik saja, bisa juga penyakit mental/psikologi. Seperti hati tidak tenang, iri, dengki, cemas dan lainnya. Dengan membaca Al-Qur'an, maka penyakit dalam hatipun akan hilang.
4) Al-Mau'izah (nasehat)
Al-Qur'an juga berfungsi sebagai pembawa nasihat. Dalam Al-Qur'an terdapat banyak pengajaran, nasihat-nasihat, dan sebagai peringatan dalam kehidupan. Nasihat dalam Al-Qur'an biasanya berkaitan dengan peristiwa/kejadian yang dapat dijadikan pelajaran bagi orang-orang dimasa sekarang dan setelahnya.
Maka jelas, melihat penjelasan diatas seharusnya Al-Qur'an tidak hanya dibaca dan dihapalkan saja melainkan Al-Qur'an juga harus dipahami dan diamalkan dalam seluruh aspek kehidupan, tak hanya dalam ibadah saja melainkan ekonomi dan juga politik harus sesuai dengan aturan Allah yang ada dalam Al-Qur'an. Apabila Al-Qur'an benar-benar dijadikan petunjuk hidup oleh setiap manusia, maka setiap manusia akan hidup pada jalan yang lurus.
Bila memang ingin mendapatkan pemimpin yang shalih, maka tidak cukup hanya pandai membaca Al-Qur'an, akan tetapi pemimpin juga harus bisa mengamalkan apa-apa yang ada di dalam Al-Qur'an secara menyeluruh. Seorang pemimpin juga harus bisa menerapkan aturan Allah SWT yang ada dalam Al-Qur'an pada semua aspek kehidupan dan mengganti serta meninggalkan sistem sekuler yang sekarang bercokol di negri ini.
Allaahu a'lam bi ash-shawab.