Oleh : Lilik Yani
Tujuan Allah swt menciptakan manusia hanyalah untuk beribadah kepada Allah.
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu.” (TQS Adz Dzariyat : 56)
********
Dalam beribadah kita tidak boleh semaunya sendiri. Ada aturan dan tata cara yang sudah diberikan oleh Allah swt dan dicontohkan oleh Rasulullah saw. Kita harus mengikuti aturan tersebut, supaya ibadah yang kita lakukan diterima Allah sebagai bentuk ketaatan kita kepada Allah Sang Pencipta.
Ada dua syarat yang harus kita kita perhatikan dalam menjalankan ibadah yaitu berniat ikhlas karena Allah dan ittiba’ (mencontoh Rasulullah saw ).
“Sesungguhnya Tuhan kalian adalah Tuhan yang Maha Esa. Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendakklah dia beramal ibadah dengan amalan yang sholeh dan tidak menyekutukan Tuhannya dengan sesuatu apapun dalam menjalankan ibadahnya.” (TQS Al Kahfi : 110).
Menurut Ibnu Katsir rohimahullah, maksud “mengerjakan amal sholeh” adalah menjalankan syariat Allah dengan cara mengikuti teladan Rasulullah saw.
Dan “jangan menyekutukan Tuhan dalam beribadah dengan sesuatu apapun”, maksudnya kita dalam menjalankan ibadah harus murni karena Allah, bukan karena siapapun atau karena ingin mendapat sesuatu apapun.
Apabila amal dilakukan dengan ikhlas karena Allah, namun tidak ada contoh dari Rasulullah, maka amalan tersebut tidak diterima Allah. Begitu pula, apabila suatu amalan yang kita lakukan sudah mengikuti teladan Rasulullah saw, namun tidak ikhlas karena Allah, maka amalan itu tidak sah dan tidak diterima Allah.
Jika kita menjalankan ibadah sholat supaya mendapat pujian pimpinan, menjalankan ibadah haji untuk bisa naik jabatan, menunaikan ibadah puasa supaya lulus ujian, membawa hadiah supaya diterima calon mertua, dan yang semacamnya. Itu berarti kita menjalankan ibadah karena unsur manfaat.
Kemauan menjalankan ibadah karena ada dorongan untuk meraih sesuatu. Dan ini berbahaya, jika tidak segera meluruskan niat. Karena bisa dikategorikan menduakan Allah. Ibadah yang dilakukan tidak berbuah pahala, tapi malah mendapat dosa. Astaghfirullahal adziim.
Untuk lebih jelasnya, ada hadist yang bisa dijadikan dalil untuk syarat pertama :
Diriwayatkan oleh Umar bin Khattab ra “Sesungguhnya setiap amalan itu tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya adalah untuk Allah dan RasulNya. Barangsiapa yang hijrah karena dunia yang dia cari-cari atau karena wanita yang ingin dinikahi, maka hijrahnya berarti untuk apa yang dia tuju yaitu dunia dan wanita.” (HR Muslim No. 1907)
Sedangkan untuk syarat kedua ada hadist yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin Aisyah ra : “ Barangsiapa yang membuat suatu perkara baru dalam agama kami, yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak. “
(HR Bukhari dan Muslim).
Atas dasar tersebut, jika menjalankan suatu amalan yang diniatkan bukan karena Allah, maka pelakunya tidak mendapat pahala bahkan berdosa. Begitu pula, jika amalan yang dilakukan bukan ajaran Allah dan rasulNya, maka amalan tersebut akan tertolak.
Karena segala sesuatu yang diada-adakan dalam agama yang tidak ada ijin dari Allah dan RasulNya, maka perkara itu bukan agama.
Oya, ibadah yang dimaksud di atas adalah ibadah mahdhoh (ibadah murni), seperti sholat, puasa, haji, dll. Dan ibadah ghairu mahdhoh, seperti bekerja yang diniatkan untuk mencari ridlo Allah, agar rejeki yang didapatnya berkah. Berdagang, mengajar, menolong orang, dan yang lainnya agar bernilai ibadah maka harus memenuhi dua syarat di atas yaitu dengan niat beribadah karena Allah dan menjalankannya sesuai syariat yang diajarkan Rasulullah saw (Al Qur’an dan As Sunnah).
Saudaraku, agar amal ibadah yang kita lakukan tidak sia-sia, maka kita harus berupaya memenuhi dua syarat tersebut. Kita berharap semoga ibadah kita diterima Allah dan berbuah pahala yang bisa kita petik di akherat kelak.
In syaa Allah.
#AgarAmalDiterimaAllah
#IkhlasKarenaAllahDanIttibaRasul