Oleh Lulu
Media sosial tampak ramai dihiasi hal baru. Dengan tanda pagar #10 Years Challenge, netizen menampilkan beraneka warna tulisan dan foto. Melihat bagaimana mereka 10 tahun lalu, kemudian membandingkannya dengan masa sekarang. Adakah terlihat progressnya setelah 10 tahun.
Seru ya, namun siapa yang pertama kali mempopulerkan tantangan ini? Dilansir dari media online Rusia memepedia.ru, ternyata tantangan ini dimulai pada media sosial Facebook. Pertama kali mengikuti tantangan ini adalah Damon Lane, seorang meteorologis di KOCO News 5 di Oklahoma. Ia mengunggah postingan perbandingan tersebut pada halaman Facebooknya, Jumat (11/1/2018).
Sebenarnya, maksud Damon mengunggah foto itu adalah untuk membandingkan foto profil Facebook pertamanya dengan yang digunakan saat ini. Akan tetapi kemudian orang-orang mulai ikut mengunggah milik mereka masing-masing. Akhirnya kegiatan ini diikuti netizen.
Dan ternyata tantangan ini memiliki nama yang bervariasi. Ada yang menyebutnya dengan istilah 2009 vs 2019, How Did Age Hit You dan 10 Year Challenge. Kemudian mulai menjadi populer di hampir seluruh media sosial. Dengan semakin populernya tantangan, muncul meme yang menghibur. Orang-orang mulai memposting gambar binatang, karakter film, tribunmedan.com (16/1/2019).
Netizen tentu hanya mengunggah foto terbaik mereka. Alhasil yang tampak adalah progres mereka. Padahal bisa jadi dalam 10 tahun itu yang terjadi adalah penurunan, na'udzu billahi min dzalika. Kondisi buruk yang menimpa seorang manusia. Seperti yang terjadi pada seseorang ketika mengunggah foto sebuah bangunan di Negara Suriah 10 tahun sebelumnya. Kemudian ia membandingkannya dengan saat ini, tampak bangunan yang hancur berkeping-keping nyaris rata dengan tanah.
Jika hanya melihat progres seseorang hanya dari tampilan luar, rasanya tidak terlalu sulit. Tapi ketika tampilan dalam yang dibandingkan, seperti misalnya cara pandang, pola pikir dan pola sikap. Maka hal tersebut adalah sesuatu yang sulit, karena tidak kasatmata. Sementara dalam Islam, justru kita harus terus melihat ke dalam diri kita sendiri. Muhasabah, introspeksi, mengukur sejauh mana kita telah berprestasi untuk akhirat.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS.Al-Hasyr (59):18).
Islam mengajak kita untuk sering mengevaluasi diri. Memperbaiki aktivitas kita yang masih belum terikat kuat dengan syariat. Menghapus kesalahan dengan taubatan nasuha. Dan terus berusaha menuntut ilmu, agar memiliki timbangan syara' yang sahih. Hingga pada akhirnya kita berhati-hati di setiap aktivitas, karena muncul kesadaran selalu ada di dalam pengawasan Allah.
Di dalam hadits nabi Muhammad SAW, beliau bersabda,
“Dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata, “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT”. (HR. Imam Turmudzi).
Maka tidak perlu menunggu 10 tahun untuk muhasabah. Dalam Islam, 'challenge'nya justru lebih berat dan menantang. Menjadi umat yang senantiasa memperbaiki diri, hingga hari ini selalu lebih baik dari hari esok. Sebab mengelola diri menjadi hamba yang dicintai Allah adalah target tertinggi seorang manusia. Semakin sering muhasabah, maka perbaikan diri akan terus dilakukan dan in syaa allaah kita menjadi umat terbaik sebagaimana yang disebut Allah dalam Alquran. Wallahu 'alam.