Oleh: Unik Mutiara
(Siswi Kelas XII SMAN 1 Rancaekek)
Sebagaimana laporan dari Media Amerika Serikat The New York Times [NYT] menurunkan laporan bahwa anggota etnis Uyghur yang ditahan di kamp-kamp ‘re-edukasi’ di Xinjiang harus menjalani kerja paksa tak dibayar. Berdasarkan dokumen pencitraan satelit, jumlah tahanan yang dikirim ke pabrik baru tak jauh dari kamp re-edukasi terus bertambah.
Menurut badan statistik kependudukan di tahun 1936, pemerintah Kuomintang Republik Cina saat itu memperkirakan jumlah penduduk muslim sekitar 48 juta jiwa, angka tersebut anjlok menjadi sekitar 10 juta jiwa. Kemana hilangnya 38 juta nyawa? Jika tidak terjadi genosida secara sistematik, mana mungkin hal ini dapat terjadi.
Sementara Indonesia, negeri muslim terbesar di dunia tak berdaya dan diam seribu bahasa. Wakil presiden Jusuf Kalla menyatakan bahwa Indonesia tidak bisa ikut campur urusan domestik Cina. Indonesia menolak penindasan dan pelanggaran HAM terhadap muslim Uyghur di provinsi Xinjiang, Cina. Kendati demikian, menurut Jusuf Kalla, Indonesia juga tak bisa mencampuri urusan dalam negeri Republik Rakyat Cina [Republika, 18/12].
Karena itu, kita sebagai seorang muslim harus bersikap tegas. Muslim di ujung dunia manapun adalah saudara. Ibarat satu tubuh, jika muslim di tempat lain merasakan sakit, maka seluruh muslim di dunia pun seharusnya ikut merasakan sakit juga.
Berbagai bentuk kedzoliman rezim komunis Cina terhadap muslim Uyghur mestinya menjadi pemantik efektif bagi kesadaran akan persatuan umat Islam di dunia.
Allah SWT berfirman, “Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan” [QS Al Anfal : 72].
Muslim Uyghur sungguh telah lama menjerit terdzolimi, berteriak meminta pertolongan kaum muslimin untuk menyelamatkan mereka, menjaga eksistensi mereka, memelihara keimanan dan keislaman mereka dan mencegah mereka dari kekufuran yang dipaksakan kepada mereka. Tapi sayang, tak ada satupun pemimpin muslim yang mau menolong dan membebaskan muslim Uyghur dari penderitaan ini.
Tragedi muslim Uyghur menambah panjang daftar penderitaan umat Islam. ini menambah keyakinan akan pentingnya kekuasaan ideologi Islam yang menyatukan kaum muslim di seluruh dunia, melindungi kaum muslimin dari berbagai kedzoliman yang akhir-akhir ini makin represif menimpa kaum muslimin.
Apalagi jika penderitaan ini menimpa masyarakat muslim dimana Allah sendiri telah memberikan ketetapan bahwa sesama muslim adalah satu kesatuan tubuh yang harus saling menolong dan membebaskan dari penderitaan. Rasulullah sebagai teladan telah begitu gigih menolong umat Islam dari berbagai bentuk penganiayaan.
Semoga Allah segera menyatukan hati-hati kaum muslimin di seluruh dunia dan sadar betapa pentingnya penerapan Islam secara kaffah, guna menyelesaikan segala problematika kehidupan manusia. Hanya dengan institusi Islam yang kaffahlah, penindasan terhadap kaum Muslimin akan segera teratasi.
Allaahu a'lam bi ash-shawab.