Oleh Lina Lugina (Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Dakwah)
Di aksi 212 tahun ini sangat berbeda dengan aksi tahun lalu. Alhamdulillah, saya adalah salah satu jutaan peserta aksi 212 yang merasakan perbedaanya. Pada tahun lalu, saya berangkat bersama mahasiswa ITB. Pada waktu itu bendera tauhid masih disimpan sembunyi-sembunyi untuk dikibarkan karena rezim menganggap bendera tauhid itu adalah bendera teroris.
Namun berbeda dengan sebelumnya, pada aksi kali ini, hampir seluruh peserta aksi membawa atribut kalimat tauhid mulai dari ikat kepala, masker, syal, bendera ukuran kecil, ukuran sedang sampai bendera ukuran yang paling besar dengan terang-terangan.
Subhanallah, akibat oknum yang membakar bendera tauhid di Garut pada acara hari santri menimbulkan kemarahan seluruh kaum muslimin. Sebelumnya ada aksi-aksi di masing-masing daerah dan itu menandakan bahwa kaum Muslimin bangkit dan baru bangun dari tidurnya yang sangat lama dan aksi 212 ini membuktikan kemenangan kaum muslimin dan memang islam tak bisa dikalahkan.
Rezim saat ini sangat kepanasan dan gelisah dan terus melakukan propaganda bahwa bendera tauhid yang dibakar adalah bendera HTI. Namun, saat ini masyarakat sudah sangat cerdas bahkan mulai sadar bahwa bendera tauhid adalah milik mereka. Rezim terus melakukan tipu dan alhasil semakin rezim melakukan tipu daya terus menerus kebangkitan dan persatuan umat tidak bisa dibendung dengan kekuatan mereka dengan izin Allah.
Suksesnya aksi 212 ini persatuan dan kebangkitan umat ini menandakan umat ingin menjadikan Islam bagi solusi seluruh permasalahan.
Wallahu'alam bi ash shawwab.