Oleh: SW. Retnani S.Pd. (Praktisi Pendidikan)
Banyaknya problematika yang dihadapi kaum Muslim seakan menjamur di berbagai belahan bumi. Belum tuntas masalah Palestina, Irak, Rohingya, Yaman, Suriah dll. Sekarang muncul masalah kaum Muslim Uighur. Berita rintihan dan duka kaum Muslim Uighur seakan menjadi trending topic di berbagai media. Seperti yang di lansir Radio Free Asia (RFA). Kemudian di terjemahkan oleh Sirajuddin Muslim. Inilah kisah Adil Abduqadir, seorang Muslim Uighur yang terpisah dari keluarganya dikarenakan tekanan dan paksaan dari negara China.
Adil Abduqadir dari etnis Uighur yang tinggal di pengasingan. Meninggalkan rumahnya di Prefektur Hotan (di China , Hetian) di daerah otonomi Xinjiang, Uighur (Xuar). Ia ke Turki bersama istrinya pada maret tahun lalu untuk menghindari aborsi paksa oleh negaranya karena istrinya hamil anak kelima mereka. Hal itu melanggar "kebijakan keluarga berencana" di negaranya.
Pihak berwenang di Xuar juga memenjarakan dan menahan Muslim Uighur yang di tuduh menyembunyikan "keagamaan yang kuat" dan "secara politis tidak benar" dalam "kamp pendidikan ulang" di seluruh wilayah dimana anggota kelompok etnis telah lama mengeluhkan diskriminasi tanpa henti, penindasan agama dan penindasan budaya di bawah kekuasaan China.
Bahkan kaum Muslim yang ketahuan telah mempelajari Al Qur'an, meskipun melalui lembaga keagamaan yang di setujui secara hukum, di jatuhi hukuman 20 tahun penjara.
Dalam wawancaranya, Adil Abduqadir mengatakan kepada Dinas Uighur RFA bahwa sejak dia meninggalkan China, ibunya yang sudah lansia dijatuhi hukuman 10 tahun penjara, kakak laki- lakinya dipenjara selama lima setengah tahun dan keempat anak-anaknya yang masih kecil-kecil, usia 3 hingga 8 tahun dipaksa dikirim kembali k Hotan. Anak- anaknya dipisahkan dari keluarga, tinggal sendiri tanpa ada pengawasan, wali ataupun asuhan dari pihak keluarga. Dan kini istrinya menderita depresi berat dan kecemasan. Dia menangis terus setelah melihat foto anak-anaknya yang wajahnya dipenuhi ruam kulit. (https://m.hidayatullah.com) (2018/09/26).
Penahanan massal yang dilakukan rezim komunis ini telah membuat kehancuran keluarga seluruh kaum Muslim Uighur.
Kedzaliman terhadap Muslim Uighur melengkapi berbagai kedzaliman yang terjadi di berbagai negeri Muslim.
Namun sayang, rasa nasionalisme dan konsep negara bangsa menelikung umat Islam di dunia dan penguasanya (termasuk Indonesia) untuk membantu saudaranya dengan bantuan yang riil.
Keberadaan penduduk Muslim dunia yang banyak bahkan agama Islam adalah paling banyak penganutnya di dunia ini seakan lemah dan menutup mata atas semua peristiwa atau kejadian kejam, sadis serta tak manusiawi yang menimpa saudaranya.
Banyaknya tentara disertai canggihnya senjata negeri- negeri kaum Muslim seakan tak berguna sehingga tak mampu membebaskan saudara- saudaranya seaqidah. Padahal, umat Islam seharusnya menjadi laksana satu tubuh. Rasululloh saw bersabda:
"Perumpamaan kaum mukminin dalam hal cinta, kasih sayang dan solidaritas mereka laksana satu tubuh, jika satu organ sakit maka seluruh tubuh ikut merasakan demam". (HR. Muslim).
Seluruh negeri- negeri kaum Muslim terbelenggu dan terkungkung oleh paham - paham buatan kafir penjajah.
Wahai para penguasa negeri- negeri kaum Muslim, tolonglah saudara seaqidah kita yang telah ditindas dan didzolimi kaum kafir, janganlah kita tercerai berai kemudian masuk ke dalam golongan ashobiyah. Rasululloh saw bersabda:
" Bukan golongan kami orang yang mengajak pada Ashabiyah, bukan golongan kami orang yang berperang atas dasar Ashabiyah, bukan golongan kami orang yang mati di atas Ashabiyah ". (HR. Abu Dawud, Al Baihaqi).
Semua itu membuktikan bahwa umat membutuhkan solusi 2T. Yaitu solusi totalitas dan tuntas dari Islam. Karena kita Muslim, maka sebagai konsekwensi dari syahadat kita maka wajib bagi kita bertahkim (berhukum) hanya kepada Alloh swt.
" Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Alloh swt, maka mereka adalah orang- orang yang zalim". (TQS. Al Maidah : 45).
Untuk itu umat butuh Khilafah. Sebab, hanya Khilafah yang punya wibawa untuk melawan rezim dzalim. Yakni dengan menyatukan seluruh potensi yang dimiliki kaum Muslim dibawah satu kekuatan politik dan komando seorang kholifah.
Wallohu a'lam bish showab.