Oleh Maryatiningsih (Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Dakwah)
Dunia memang terbalik, mirip sinetron di televisi. Kalau di sinetron dunia terbalik para istri yang bekerja keluar untuk mencari nafkah sedangkan para suami yang mengurusi pekerjaan di rumah. Nah, kalau di negeri kita saat ini yang benar dianggap salah, yang salah di anggap benar. Begitu juga pemerintah. Ia menganggap aturan manusia manusialah yang lebih tepat untuk mengatur negeri ini. Sementara aturan Allah dicampakkan begitu saja.
Dengan berbagai macam cara mereka membuat propaganda untuk menghancurkan Islam. Tentunya supaya aturan - aturan dalam Islam tidak dipahami oleh masyarakat. Sementara masyarakat dibiarkan tetap dalam pemahaman yang rusak yaitu pemahaman ideologi kapitalisme, yang tegak atas dasar pemisahan agama dari kehidupan yaitu sekulerisme. Berdasarkan ini mereka berpendapat bahwa manusia berhak membuat peraturan hidupnya, yaitu mempertahankan kebebasan dalam berbagai hal seperti, dalam berakidah, berkepemilikan, dan kebebasan pribadi.
Sistem ini sangat bertentangan sekali dengan sistem Islam. Oleh karena itu pemerintah sangat panik. Mengingat sistem yang diembannya akan tergantikan dengan sistem yang sahih yang berasal dari Zat Maha Suci yaitu Allah Subhanahu wata'ala. Aturan paripurna yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunah.
Jadilah, pemerintah selalu waspada dengan semua kegiatan yang berhubungan dengan Islam. berbagai macam jurus pun mereka lakukan untuk menjatuhkan Islam. Di antaranya mengkriminalisasi ajaran Islam. Bahkan sebagian ulamapun dikriminalisasi. Mereka menciptakan kriminalisasi dan monsterisasi terhadap syariat islam. Jihad dan Khilafah di anggap sebagai pemicu terorisme. Mereka dengan cantiknya mengaburkan makna jihad dan Khilafah. Pengemban dakwah Islam di anggap radikal, intoleran, dan masih banyak lainnya yang dituduhkan lagi-lagi kepada umat muslim.
Contoh kasus yang pernah terjadi di beberapa negeri, umat muslim selalu di jadikan objek sasaran tuduhan terorisme dan radikalisme ketika ada kerusuhan, pembunuhan, dll. Namun, sebaliknya apabila pelakunya bukan muslim atau mereka yang pro dengan pemerintah, mereka dinyatakan bukan radikal ataupun teroris.
Mereka tidak segan-segan dengan jabatan nya di negeri ini. Malah mereka menjadikannya sebagai senjata untuk memutuskan segala kebijakannya, tanpa memperdulikan, kebenarannya walaupun masyarakat menjadi terpecah belah, dan juga menderita dengan setiap keputusan - keputusan yang ditetapkan.
Seolah-olah mereka tidak paham apa makna terorisme dan radikalisme. Itu karena ketika salah memaknai kata, hakikatnya akan menimbulkan pemahaman yang salah dan pengaruhnya sangat buruk untuk semua orang. Terutama umat Muslim sendiri yang selalu jadi objek penderitaan. Maka sebagai seorang Muslim yang cerdas tidak akan menelan mentah-mentah setiap ada isu negatif mengenai Islam.
Semua yang dialami umat muslim saat ini adalah upaya untuk mencegah kebangkitan islam. Semua propaganda mereka adalah proyek deradikalisasi untuk memojokkan islam, karena mereka tidak ridho jika syariat islam tegakan di muka bumi dan memimpin dunia. Hal ini karena di Indonesia eksistensi kelompok umat Islam semakin kuat, di antaranya HTI yang selalu konsisten dengan dakwah - dakwah nya, dan selalu membongkar makar-makar mereka. Wallahu'alam bishowab