Shalihah Tak Hanya Menutup Aurat

 

Oleh: Arfi Sa’adha ( anggota Akademi Menulis Kreatif)

Menjadi penghuni surga Allah nan indah pastilah dambaan tiap insan tak terkecuali kita para wanita. Namun sayangnya dikisahkan oleh Rasulullah bahwa beliau menyaksikan kebanyakan penduduk neraka adalah wanita. Untuk memasuki surga itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Karena surga hanya menerima hamba-hamba pilihan Allah yang shalih  dan tunduk akan aturan Allah. Namun untuk menjadi shalihah tak hanya sebatas menutup aurat saja. Banyak perkara  yang acapkali luput dari aktifitas harian kita bahkan menganggap hal biasa namun mampu menggelincirkan kita ke dalam neraka. 

Dalam hal menutup aurat  masih banyak kita temui muslimah yang belum sempurna menutup aurat sesuai syariat Allah, masih ada sisi aurat yang terlihat, misalnya tangan dan kaki yang masih tampak sebagian ataupun bentuk dada yang terlihat jelas. Adapun syariat yang telah ditetapkan adalah tertutup seluruh tubuh hanya tampak wajah dan kedua telapak tangan saja, tidak terawang, tidak membentuk lekukan tubuh, tertutup kedua telapak kaki, serta khimar menutup dada. 

Selain menutup aurat sesuai syariat, taat pada suami juga merupakan perkara yang  ditekankan kepada muslimah. Ridho Allah tergantung pada ridho suami karenanya penting bagi kita sebagai istri untuk bertindak sesuai ridho suami. Setelah ijab kabul terucap, otomatis prioritas bakti kita beralih pada suami, bukan lagi pada orang tua walau kita diwajibkan tetap berbakti pada orang tua. Janganlah kita menjadi istri yang durhaka ataupun kufur akan kebaikan suami karena hal ini bisa membawa kita pada murka Allah dan menyeret kita ke dalam neraka. Istri shalihah adalah istri yang selalu taat pada suami namun bukan ketaatan dalam kemaksiatan, menyiapkan segala kebutuhan suami, menyenangkan hati suami, tidak berkata dengan nada lebih tinggi dari suami, menjaga harta dan kehormatan suami saat suami tak di rumah, dan menasehati dengan cara ma’ruf saat suami khilaf. Bagi seorang istri yang bekerja, pabila penghasilan istri lebih besar atau istri sebagai tulang punggung saat suami tak bekerja karena alasan syari, maka istri tetaplah diwajibkan taat pada suami dan tidak merendahkan suami karena apapun kondisinya suami tetaplah pemimpin dalam rumah tangga yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah atas kepemimpinannya.

Selain suami seorang istri hendaknya juga berbakti kepada mertua dan memperlakukan mereka laiknya bakti kita pada orang tua sendiri. Faktanya saat ini masih banyak.wanita yang mementingkan egonya dan memaksa suaminya untuk memilih dirinya atau ibunya. Jelas hal ini merupakan suatu hal yang tak sesuai syariat Allah karrna bagaimanapun juga seorang anak lelaki (dalam hal ini suami) tetap memiliki kewajiban untuk mendahulukan baktinya kepada orang tuanya terutama ibunya daripada kepada istrinya. Berbeda dengan wanita (istri) yang wajib mendahulukan taat dan baktinya pada sang suami daripada orang tuanya. Dan untuk kaum wanita yang berada pada posisi mertua hendaknya juga memahami bahwa sang anak telah berkeluarga sehingga atensi perhatian mereka pun akan berkurang. Untuk ibu yang memiliki anak perempuan hendaknya menyadari bahwa sang putri harus lebih mendahulukan kepentingan suami di atas kepentingan yang lain. Dan untuk seorang ibu yang mempunyai anak lelaki pun hendaknya menyadari bahwa sang anak telah memiliki seseorang yang juga menjadi tanggung jawabnya.

Seorang muslimah dalam perannya sebagai seorang ibu mempunyai kewajiban untuk mendidik dan memperkenalkan sejak dini pada anak tentang agamanya. Seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak, tempat dia belajar mengenal dirinya sendiri, mengenal penciptanya dan mengenal agamanya  Tanamkan aqidah yang kuat pada mereka sebagai pondasi mereka dalam mengarungi kehidupannya kelak. Hal lain terkait aturan Allah untuk muslimah yang masih sering kita abaikan adalah menjaga lisan.  Perihal jaga lisan inilah yang sering membuat kaum wanita tergelincir ke neraka. Sudah menjadi rahasia umum bahwa wanita identik dengan cerewet, gosip, suka beradu mulut bahkan fitnah. Memang itu semua adalah fitrah wanita namun sebagai seorang muslimah shalihah kita dianjurkan untuk menjaga selalu lisan kita dari hal-hal demikian. Lisan itu hendaklah dipergunakan untuk menyampaikan dakwah kepada sesama muslimah, menyeru kebaikan, menegur kemaksiatan dan saling memberi nasehat karena dakwah adalah kewajiban.

Pada hakekatnya fitrah seorang wanita untuk selalu tampil cantik dan matching dalam berpenampilan, namun agama mengajarkan kita untuk selalu sederhana baik dalam berpenampilan maupun dalam perilaku kita. Dengan demikian wanita shalihah hendaknya mampu mengelola keuangannya dengan baik sehingga tidak terjadi pemborosan atau mubadzir dalam pembelanjaan barang kebutuhan. Koleksi suatu barang tertentu sebagaimana yang dilakukan seseorang atas nama hobi juga menjadi suatu perkara yang banyak diabaikan. Bukankah masih sering kita perhatikan  masih banyak dari kita yang gemar koleksi sepatu, tas maupun aksesoris yang hanya menumpuk di lemari sehingga menjadi barang yang kurang bermanfaat bagi diri kita. Dalam hal berbelanja pun acapkali seorang wanita  dengan tega menawar secara sadis. Tawarannya kadang sungguh tidak masuk akal bahkan terkadang masih pula meminta bonus. Muamalah semacam ini jelas merugikan si penjual dan apabila si penjual tidak ridho dengannya maka hal ini bisa menjadi dosa bagi si pelaku. Masih terkait dengan muamalah, hal lain yang masih sering terjadi di kalangan wanita adalah kabur dari hutang. Demi gengsi acapkali wanita rela membeli barang dengan berhutang namun pada akhirnya mereka kabur saat pelunasannya. Sedang  hutang yang tak terbayar itu akan mengikis amal baik dan kelak di akherat kita dihadapkan pada Allah layaknya seorang pencuri.

Dengan demikian untuk menjadi muslimah shalihah tak hanya menutup aurat, namun banyak pula hal yang harus diperhatikan seperti taat pada suami, bersikap baik pada keluarga suami, menanamkan aqidah Islam sejak dini pada anak, menjaga lisan, bermuamalah dengan baik dan masih banyak lagi. Semoga dengan bertambahnya ilmu kita makin menambah keimanan kita untuk melaksanakan aturan Allah secara kaffah sehingga mampu mengantarkan kita pada surga Allah. Wallahu a’lam bishowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak