Oleh : Thotik Kurniawati, S. Pd
(Praktisi Pendidikan)
Berdasarkan data statistik nasional terkait jumlah penderita HIV AIDS di Indonesia menunjukkan 75 % adalah dari kalangan remaja, penyebab tingginya penderita HIV AIDS pada usia tersebut adalah karena pergaulan bebas.
Pergaulan bebas adalah perilaku menyimpang yang melanggar norma agama ataupun norma susila karena melewati batas dari kewajiban, tuntutan, syariat dan perasaan malu. Kebebasan bergaul pada remaja saat ini sudah pada taraf yang mengkhawatirkan, salah satunya adalah permasalahan seks bebas pada remaja adalah hal serius yang perlu diatasi untuk menghindari generasi penerus yang tidak ber pancasila, karena remaja adalah calon penerus bangsa yang merupakan ujung tombak masa depan bangsa.
Akibat pergaulan bebas di Indonesia ada 2,3 juta kasus aborsi dan yang membuat prihatin hampir 30% pelakunya adalah remaja, apabila di konversi 30% itu sekitar 690.000 kasus dan hal tersebut mengalami kenaikan sampai 100 rb kasus per tahun, sekitar 20,9 % remaja putri hamil diluar nikah (Survey dari Durex's Face of Global Sex, 2015).
Benar benar fakta yang memprihatinkan sedangkan norma adat di Indonesia begitu kuat, namun apabila remaja masih berkaca dengan negara barat, prosentase diatas akan semakin besar dan remaja di Indonesia akan mengalami degradasi moral, apabila terus dibiarkan entah apa yang akan terjadi 10 20 tahun lagi.
Pergaulan bebas merupakan faktor kesesatan berikutnya, tidak dapat hilangnya budaya pacaran yang menjadi awal dari kesesatan itu sendiri dimana hubungan mesra antara lawan jenis menjadi legal sebelum jenjang pernikahan. Remaja tidak menyadari pacaran yang saat ini mereka jalani adalah sumber dari kerisakan moral, aib dan harga diri yang hilang, menjadi budak dari nafsu birahi yang membuat psikis menjadi labil dan diri menjadi lemah iman.
Seks bebas juga dapat memunculkan dampak psikologis yang luar biasa, remaja setelah melakukan hubungan diluar nikah akan muncul perasaan mudah bersalah, marah, sedih, menyesal, malu, kesepian, bingung, depresi, benci dengan keberadaan diri, kehilangan rasa percaya diri, takut pada hukuman Allah, mimpi buruk, gangguan selera makan dan akhirnya dapat mendatangkan berbagai masalah kesehatan.
Namun kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya atas terjerumusnya para remaja ke dalam pergaulan bebas, karena melihat dari 3 pilar pendidikan dimana 20% lingkungan sekolah, 20 % lingkungan sekitar dan 60 % lingkungan keluarga yang menjadi tolok ukur penting dalam mengedukasi masyarakat bahwa terjadinya pergaulan bebas dikarenakan salah dalam memilih teman, keadaan ekonomi keluarga yang rendah juga dapat membuat anak putus sekolah, sehingga pembelajaran moral mengenai pergaulan bebas tidak didapat oleh generasi penerus bangsa, lingkunan sekita yang tidak baik juga punya pengaruh dalam pergaulan bebas.
Keluarga mempunyai peranan yang paling penting dalam kehidupan anaknya terutama orang tua yang mendidik dengan baik sehingga tidak terjerumus dalam pergaulan bebas, orang tua harus mengerti perkembangan sosial dalam pergaulan anaknya dan selalu membersamainya sehingga anak merasa tenang dan takut melakukan kesalahan.
Kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya akan berpengaruh terhadap perkembangan tingkah laku anak. Sehingga anak lebih berpeluang dalam melakukan pergaulan bebas, Sebagian besar masalah kegagalan dalam remaja dikarenakan pada masa golden age mereka tidak dapat bekerja sama dalam kehidupan keluarganya karena setiap kenakalan dimulai dari rumah.
Selain faktor keluarga, pergaulan bebas dapat terjadi karena salah dalam memilih teman, diibaratkan apabila berteman dengan orang yang suka berjudi, maka akan ikut berjudi juga dan apabilan berteman dengan orang yang suka belajar, akan rajin belajar juga.
Dalam menanggulangi kemerosotan taraf berfikir dan pemahaman yang kurang benar sehingga serangan dari budaya barat menguasai cara berpikir remaja sehingga melepaskan pemikiran pemikiran islam dan akhirnya berdampak pada perbuatan yang jauh dari aturan islam, karena perilaku remaja tergantung dari pemikiran dan pemahamannya, diperlukan peningkatan keimanan yang dapat dilakukan dengan cara mempelajari islam lebih dalam.
Islam tidak hanya mentransfer pengetahuan dan keahlian, tetapi juga menekankan kepada aspek pembentukan karakter dan kepribadian, serta perubahan perilaku sesuai dengan nilai agama, menyiapkan remaja untuk hidup lebih baik dalam keadaan damai.
Selain memberi pendidikan agama, perlu diberikan juga pendidikan moral dan etika dalam keluarga, kerjasama guru, orang tua dan masyarakat dalam menanamkan nilai nilai tersebut agar mudah diserap oleh remaja. Pendidikan yang disajikan tidak hanya kecerdasan intelektual saja tetapi juga emosional agar dapat mengembangkan rasa percaya diri, mengembangkan ketrampilan dalam mengambil keputusan yang baik dan tepat, mengembangkan rasa harga diri dan kemampuan dalam berkomunikasi.
Dalam menyempurnakan penanggulangan tersebut, perlu diberikan penyuluhan terhadap remaja yang membahas tentang batas batas penyimpangan yang dianggap normal, dan harus dikemukakan dengan dasar norma yang berlaku termasuk agama dan pandangan masyarakat, Seandainya gerakan ini dimulai dari keluarga, insyaAllah masalah pergaulan bebas dapat diatasi seminimal mungkin, karena keluarga adalah pondasi pertama dan utama dalam menanamkan nilai nilai kehidupan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa norma yang ada belum cukup untuk menanggulangi dan mengontrol pada tindakan pergaulan bebas, diperlukan kerjasama antara keluarga, teman, masyarakat dan pemerintah. Wallahu a'lam.