Oleh : Wida Aulia
Etnis Uighur kembali menjadi sorotan dunia internasional setelah pemerintah China dikabarkan menahan satu juta suku minoritas tersebut di kamp penahanan indoktrinasi. Para etnis Uighur itu dilaporkan dipaksa mencintai ideologi komunis.
Berdasarkan kesaksian mereka, otoritas China terus melakukan penahanan massal sewenang-wenang terhadap Uighur dan minoritas Muslim lain di Xinjiang sejak 2014 lalu. ( CNN INDONESIA )
Umat muslim Uighur merintih dan menjerit pilu, namun dunia membisu. Umat muslim Uighur menyeru namun dunia kelu. Pudar sirna semboyan umat islam satu tubuh. Terhalang oleh sekat negara bangsa bernama nasionalisme. Tak ada daya untuk melaju melibas batas penghalang itu, karna urusan Uighur urusan negara lain bukan urusan negaraku.
Kemana umat islam diseluruh dunia yang berjumlah milyaran?? Tak ada nampak langkah menuju pembebasan Uighur. Kecuali hanya lewat udara mereka berseru. Mengecam dan mengutuk tindakan kejam itu. Lagi-lagi, hanya mulut yang bersilat untuk menyambut jeritan muslim Uighur yang semakin sendu. Hanya tangan yang menari diatas keyboard untuk menjemput teriakan Uighur yang terus berlalu. Tak ada lagi yang mampu dilakukan umat ini dari sekedar itu. Selain mengecam, mengutuk dan menulis tagar-tagar #saveUighur dilinimasa media sosial terbaru.
Hati ini pilu, lidahpun kelu. Sanubari terkoyak dan mata pun sendu. Aliran darah terpacu tapi otak merasa jemu. Karna melihat kebisuan dan kelumpuhan pemimpin-pemimpin negeri muslim yang diam terpaku bagaikan seonggok kayu tanpa melakukan apapun untuk membebaskan muslim Uighur yang terus mengeluh. Pemimpin negeri muslim manakah yang akan beraksi memenuhi panggilan Ilahi untuk menyelamatkan umat muslim Uighur yang dirampas hak keamanan, kehormatan dan agamanya?
Pemimpin negeri muslim manakah yang terpacu memenuhi sabda sang pembawa wahyu untuk mengeluarkan umat muslim Uighur dari penganiayaan dan penindasan di negeri komunis itu?? Tak ada suara selain bising merdu yang berucap itu urusan dalam negeri mereka bukan urusan negeriku.
Muslim Uighur hanya satu cerita duka lara umat muslim diseluruh dunia. Masih ada banyak tersaji kisah tragis pembantaian umat muslim di dunia. Umat muslim rohingya, umat muslim di Yaman, palestina, suriah, Aleppo adalah secuil kisah dari bongkahan kisah penindasan umat islam di dunia. Kenapa?? Seolah derita ini tak mampu berlalu. Karna umat islam tak lagi memegang perisainya, umat Islam telah kehilangan pelindungnya. Apa lagi kalau bukan khilafah?
Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi umat Islam diseluruh dunia. Dimana dengan khilafah maka pemimpin umat Islam dapat menjalankan perannya sebagai perisai dan pelindung umat. Khilafah yang tidak mengenal sekat dan batas negara bagi umat Islam di seluruh dunia, sehingga seluruh dunia aman sejahtera dibawah naungannya. Khilafah adalah aturan yang bersumber dari sang pencipta alam semesta.
Khilafah yang akan membungkam jeritan Uighur dengan membebaskannya dari penindasan. Khilafah yang akan mengobati torehan luka Uighur yang menganga. Khilafah yang akan mempersatukan umat Islam dibawah aturanNya. Sehingga akan berakhir derita dan rintihan lara Uighur tanpa Khilafah. Siapa yang ingin berkontribusi dalam menghentikan aliran dan cucuran darah saudara seaqidah diseluruh dunia dari sayatan luka para penindas dan siapa yang ingin menyambut bisyarah/ kabar gembira Rasulullah maka harus berjuang untuk menegakkan aturan Allah secara kaffah dalam bingkai Khilafah ala minhajinnubuwah.
Sabda Rasulullah SAW:
“Adalah Kenabian (nubuwwah) itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Kekuasaan yang menggigit (Mulkan ‘Aadhdhon), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Kekuasaan yang memaksa (diktator) (Mulkan Jabariyah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.” (Dikeluarkan oleh: Imam Ahmad)
Wallahu a'lam.