Oleh: Nunung Purwaningsih, S.E
"Hai mujahid muda maju kehadapan
Sibakkan penghalang
Satukan tujuan
Kibarkan panji Islam dalam satu barisan
Bersama berjuang khilafah kita tegakkan"
Semangat pada bait syair di atas menyadarkan bahwa umat Islam adalah ibarat satu tubuh. Jadi jika ada saudaranya yang sakit, maka yang lain juga akan merasakan sakit, serta berusaha menyembuhkannya. Itulah hakekat persaudaraan dalam Islam.
Gelora bela tauhid dan dan reuni 212 begitu luar biasa menyedot perhatian mata seantero nusantara bahkan luar negeri baik dunia nyata maupun Maya bahkan dunia ghaib. Perhatian tercurahkan kepada 212. Pekikan takbir membahana. Manusia berduyun-duyun puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan hingga 10 juta lebih berkumpul bersama, tidak hanya muslim tapi juga dihadiri oleh nonmuslim.
Ada apa sebenarnya sehingga Monas dan sekitarnya jadi lautan manusia yang menginginkan persatuan umat dan kebangkitan Islam. Islam adalah agama yang penuh kedamaian dan Cinta kasih, namun bila ada yang menghina Islam, maka umat Islam tidak akan pernah diam dan sebagai taruhannya adalah nyawa, karena itu konsekuensi dari keimanan.
Pesona 212 nyata telah membius umat untuk hadir di acara itu. Tidakk ada yang menyangka ternyata peserta ibarat air laut yang lagi pasang, gelombangnya begitu kuat dan dahsyat. Untuk sampai ketempat tujuan penuh perjuangan, dihadang, disabotase, tapi karena tekad yang kuat dan keyakinan yang kuat maka Allah memudahkan. Semangat untuk membela agama Allah dan semangat untuk menegakkan kalimatul haq.
Semua berlomba dalam kebaikan disana. Baik kalangan artis, orang berusia muda, anak-anak, kaya, miskin, ganteng, cantik, hitam, putih, normal atau cacat semua tumpah ruah hadir di 212. Ada yang jalan kaki ratusan kilo, naik motor, naik mobil, carter mobil, bus, perahu bahkan naik pesawat sekalipun dilakoni oleh umat yang ingin hadir di 212.
Hanya saja niat baik ataupun aktivitas yang baik dan ikhlas tidak senantiasa berjalan mulus. Ada kelompok yang tidak suka bahkan mau membubarkan. Juga ada kelompok nyinyiriyun yang membuat fitnah yang keji. Bahkan ada yang sombong meremehkan kehadiran jumlah peserta 212. Tapi ternyata kuasa Allah telah menunjukkan kebenaran itu.
Pesona 212 menjadikan polisi, tentara, artis dan para pejabat tidak lagi ragu menggunakan atribut tauhid, baik berupa topi, bendera, syal, atau sorban.
Pesona 212 juga menyentuh gubernur yang dilarang memberi izin, tapi tetap memberi izin dan malah hadir di 212. Selain itu label kelompok yang melekat dalam diri semuanya dilepas hanya ada satu label yaitu hamba Alloh.
Pesona 212 juga menjadikan TV one dengan cekatan dan teliti meliput dan menyiarkan secara langsung, disaat TV nasional yang lain mereka menutup mata dan telinga.
Pesona 212 juga menjadikan para pengusaha rela menggratiskan apa yang jadi miliknya. Masih banyak lagi pesona yaitu team kebersihan baik dari kalangan emak-emak, remaja dan bapak-bapak, mereka tidak malu jadi team kebersihan. Ada TNI yang tergetar hatinya karena miris dengan apa yang dilakukan, hingga bertanya haruskah senjata ini untuk umat Islam peserta 212 yang jelas jelas Cinta damai dan aman.
Itulah pesona-pesona yang telah membius kita semua, memunculkan motivasi kuat untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Dan tak terasa air mata ini meleleh dan hati bergetar ketika menyaksikan dan mendengarkannya. Doa terus kami panjatkan untuk kalian. Saudarikau peserta 212 Setiap tetes peluh akan jadi saksi dan hujah nanti di yaumil akhir.
Sungguh benarlah jika dikatakan: "Tiada kemulian tanpa Islam
Tiada Islam tanpa syariah
Tiada syariah tanpa khilafah"
Untuk para mujahid dan mujahidah yang kami cintai karena Allah, semoga Allah memberkahi kalian semua dan dijadikan ahli syurga. Serta sukses dunia dan akhirat, Aamiin ya mujibassaailin.