Tanpa judul

Persaudaraan Umat Kunci Persatuan Islam

                 


                    Oleh: Andriyani 

                    (Mahasiswi UHO)

         Euforia aksi 212 beberapa waktu lalu, menjadi cerminan untuk umat Muslim yang telah terbakar semangat jihadnya dalam membela agamanya. Penyebab utamanya adalah pembakaran bendera tauhid di Garut, Jawa Barat oleh oknum Banser yang tidak lain adalah dari kelompok ormas GP Ansor sendiri. 

Mereka mengklaim bahwa bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid lailLaha illaulah, Muhammad Rasulullah adalah bendara milik ormas HTI (Hizbut Tahrir Indonesia). Menjadi  rapuhnya kesatuan kaum muslim dengan perbedaan ide, harokah, bahkan mahdzab. Hingga saling menyalahkan satu dengan yang lain. 

Belum lagi pencabutan badan hukum perkumpulan (BHP) yang dialami oleh HTI, menjadi dalih yang dilakukan pemerintah karena telah melenceng dari sila ketiga pancasila “Persatuan Indonesia” yang diklaim sebagai ancaman yang akan mengubah ideology dan dasar negara bangsa ini (www.Syariah news. November 2017), bukan hanya itu HTI juga dianggap ormas yang anti pancasila bahkan anti NKRI. Bahkan kelompok yang tergabung dalam kumpulan “Kami Pancasila” membuat satu seminar nasiaonal yang bertajuk “NKRI harga mati”. Suatu gambaran untuk negeri di mana persatuan bangsa ini yan terkandung dalam pancasila diikat dengan paham kebangsaan (nasionalisme) dengan dalil cinta tanah air.


Nasionalisme pemecah belah ummat

Persatuan yang berpahamkan asas kebangsaan (nasionalis) tidak dapat menjadi kesatuan menjadi kokoh dan langgeng. Fanatik golongan (ashobiyah) dengan mengagungkan golongan tertentu bukan menjadi sumber kekuatan untuk meraih sebuah kesatuan bangsa ini. pasalnya kita dapat berkaca dengan aksi 212 beberapa waktu lalu, berkumpul dalam tempat yang satu tanpa adanya perbedaan. Tak hanya itu, virus nasionalis patriotis (kebangsaan) telah menjadi sekat-sekat penghalang akan bangkitnya umat Muslim yang dibatasi denga wilayah toritorial antara negeri umat Muslim yang satu dengan yang lainnya. 

Dengan argumen tidak boleh mencampuri urusan dalam negara lain, tak cukup dengan sekat-sekat batas negara Amerika dengan mantel PBB  membuat kesepakatan dengan wilayah-wilayah lain untuk melakukan perjanjian kerjasama untuk memuluskan cengkeramannya. 

Belum lagi persoalan dalam negeri yang baru-baru ini dilakukan oleh OPM (organisasi papua merdeka) yang ingin melepas diri dari Indonesia. Yang telah nyata-nyata pemecah belah antarbangsa berdiri dengan slogan-slogan mereka menggunakan dalih nasionalisme, Papua dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dari Indonesia.

Islam yang menyatukan kaum Muslim

Persatuan dan kesatuan adalah sebuah hal yang penting dalam tubuh kaum Muslim bahkan Rasulullah SAW mengatakan kaum muslim dengan yang lain adalah satu tubuh jika tubuh yang lain terasa sakit maka yang lain pun akan merasakan sakit. Namun, hari ini sangat jauh dari kata bersatu disebabkan adanya nasionalisme yang mengkotak-kotakkan kaum Muslim.

Islam memandang tidak ada perbedaan antara muslim yang satu dengan yang lainnya, seperti Malaysia, Suriah, Palestina, Libanon, dan negeri-negeri Muslim yang lain semua sama, karena yang mempersatuakan mereka adalah akidah Islam dan ukhuwah Islam. Seperti yang difirman Allah SWT:

Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal (TQS.Al-Hujjrat[49]:13).

Sekat-sekat nasionalisme yang telah memisahkan kaum muslim yang satu dengan kaum yang lain, yang membatasi dengan batas-batas negara. Nasionalisme pula yang membuat kaum muslim yang satu dengan yang lainnya berbeda dan asing, padahal muslim yang ada di Indonesia, Turki, Suriah, Palestina dan negeri-negeri yang lainnya adalah sama karena mempersatukan kita adalah kekuatan akidah dibawah kalimat yang satu yaitu kalimat tauhid yaitu lailLaha illauLah Muhammad Rasulullah. Kalimat ini pula yang mempersaudarakan kaum muslim, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Ansor ketika beliau hijra dari Mekkah ke Madinah, dan Allah SWT telah menggambarkan pentingnya persaudaran antara sesama Muslim dalam ayat:

Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Karena itu damaikanlah kedua saudra kalian, dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian mendapat rahmat (TQS.Al-Hujjrat[49]:10).

Maka dari itu persatuan dan kesatuan kaum Muslim dipupuk dengan rasa persauopdaran yang tak mengenal perbedaan suku, ras, status sosial bahkan negara, karena kita satu tubuh, satu bangunan yang saling menguatkan tak ada batasan dalam membentuk persatuan kaum muslimin yang semuanya diikat dengan akidah yang satu, kalimat yang satu, dan bendera yang satu. Yang terwujud dalam naungan Khilafah ala minhaj nubuwah yang akan menghilangkan sekat-sekat perbedaan negeri-negeri kaum muslim dalam kepemimpinan yang satu, dan membebaskan negeri-negeri kaum muslim dari penjajahan yang tumbuh di atas nasionalisme.


walLahu ‘alam bi shawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak