Oleh : Yati Sulastri,S.TP
(Praktisi pendidikan, tinggal di Blitar)
Monas berubah kembali menjadi putih pada hari Ahad, 2 Desember 2018. Massa pun nampak menyemut namun tampak sangat rapi. Diperkirakan sekitar 8 juta orang dari berbagai penjuru ibu pertiwi tumpah ruah di Monas. Tidak nampak wajah kusut ataupun wajah bermuram durja, yang nampak wajah-wajah sumringah, penuh harap akan kembalinya persatuan umat di seluruh pelosok kembali terulang seperti tahun sebelumnya. Atribut yang tidak pernah hilang adalah bendera tauhid yang berwarna hitam dan putih, nampak begitu heroik. Terlebih ketika ada bendera tauhid raksasa yang terbentang di sekeliling peserta, semakin menguatkan bahwa aksi ini adalah aksi bela tauhid, aksi persatuan bagi kaum muslimin.
Aksi 212 ini jelaslah aksi murni dari umat Islam di seluruh nusantara atas dasar kesatuan aqidah. Mereka pun rela berkorban secara mandiri untuk transportasi dan akomodasi. Bahkan lebih dari itu, aqidah Islam menggerakkan mereka untuk saling berbagi dengan sesama kaum muslimin. Ada yang membawa rendang sampai 100 kg, ayam bakar 1 pick up dan masih banyak kejutan lain. Jelas ini menunjukkan bahwa massa yang hadir bukan massa bayaran, namun massa real yang justru mengeluarkan koceknya sendiri demi kesatuan umat Islam. Mereka tetap berupaya datang meski di beberapa daerah mendapatkan persekusi.
Kalimat Tauhid Laailaaha illallah Muhammad Rasulullah inilah yang pada hakikatnya kalimat yang mempersatukan kaum muslimin. Tanpa melihat lagi keanekaragaman bahasa,warna kulit, kebangsaan ataupun madzhab yang ada di tengah umat Islam. Karena persatuan ini telah diwajibkan Allah SWT, salah satunya dalam firmannya, “Berpegangteguhlah kalian semua pada tali (agama) Allah dan janganlah bercerai berai (TQS. Ali Imran:103).
Persatuan ini telah digambarkan dalam aktivitas Rasulullah SAW tatkala tiba di Madinah, beliau mempersatukan sekaligus mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Persatuan inilah yang menjadi tonggak awal kesuksesan beliau dalam mewujudkan masyarakat islam. Bahkan ketika menjelma menjelma menjadi pasukan yang tangguh, musuh pun tidak pernah mampu menceraiberaikan kaum muslimin. Rasulullah SAW dan para sahabat menyongsong kemenangan Islam dengan menerapkan seluruh hukum Allah SWT dan tampil menjadi umat terbaik yang kemudian menyebar ke seluruh jazirah Arab.
Reuni akbar 212 yang bergelora dengan massa semakin banyak, menunjukkan kerinduan umat Islam akan persatuan yang hakiki, yaitu persatuan di bawah panji Tauhid. Hal ini merupakan tonggak awal kemenangan bagi kaum muslimin. Namun tidak bisa berhenti sampai di sini saja. Masih banyak PR yang harus dikerjakan. Diantaranya yang paling besar adalah merubah sistem yang ada saat ini yaitu sistem sekuler menjadi sistem Islam yang akan menerapkan hukum Allah SWT secara kaffah. Ketika hukum Allah terealisasi dalam kehidupan, disitulah kemenangan Islam akan terwujud.