Oleh: Heni Kusmawati, S.Pd
Siapa yang tidak takjub saat menyaksikan aksi reuni 212 beberapa hari yang lalu. Jutaan orang dari beberapa daerah dan latar belakang berbeda berkumpul di dalamnya.
Jumlah yang luar biasa banyak. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bernard selaku ketua panitia reuni 212, massa yang hadir berjumlah lebih kurang delapan juta orang dengan membawa satu juta bendera bertuliskan kalimat tauhid (kumparan.com).
Kehadiran mereka dalam reuni 212 tersebut bukan atas dasar kepentingan politik atau mendapatkan manfaat dunia. Akan tetapi mereka bersatu di bawah kalimat tauhid Laa ilaha illallah untuk membuktikan kepada dunia bahwa persatuan umat islam adalah sesuatu yang nyata karena ikatan yang mempersatukan mereka adalah ikatan akidah islam.
Persatuan umat yang menginginkan perubahan hakiki dengan penerapan hukum Allah secara keseluruhan di semua aspek kehidupan. Karena umat islam sudah terlalu bosan dengan janji manis dari pihak-pihak yang diamanahi mengurus rakyatnya.
Tentu kita masih ingat dengan kisah perjalanan hidup Rasulullah saat beliau pertama kali hijrah ke kota Madinah. Beliau menyatukan kaum muhajirin dan Anshor layaknya saudara kandung. Mereka berasal dari suku dan bangsa yang berbeda, namun mereka saling mencintai.
Rasulullah mempersatukan hati mereka dengan ikatan iman tanpa memandang perbedaan apapun juga. Sungguh sebuah ikatan yang tidak mampu ditandingi oleh ikatan apapun juga yang direkayasa oleh manusia hingga hari ini.
Sejarah juga telah mencatat kurang lebih 14 abad, umat islam bisa menjaga persatuan di bawah satu kepemimpinan. Terhitung sejak Rasulullah membangun pemerintahan islam di Madinah, selanjutnya Khulafaur Rasyidin dan Kekhalifahan Islam selanjutnya hingga runtuhnya Khilafah Turki Utsmani pada tahun 1924 M.
Wallahua'lam.