Oleh : Arinta Kumala Verdiana
Perbincangan tentang perhelatan akbar reuni 212 masih terus menghangat. Agenda ini sukses mencuri perhatian publik. Bagaimana tidak. 2 Desember kemarin Monas seolah menjadi Magnet yang menyedot masa hingga lebih dari 13 juta. Herannya hajatan dengan puluhan juta peserta tumpah ruah ini bisa berjalan tertib dan santun. Sejarah patut mencatat peristiwa luar biasa ini.
Yang menarik kali ini dari reuni yang sebelumnya, Monas menjelma bak lautan bendera tauhid. Bendera tauhid yang berkibar jauh lebih banyak dari sebelumnya. Tak hanya itu. Melimpah peserta yang mengenakan aksesoris seperti topi, ikat kepala ataupun kaos yang bertuliskan kalimat tauhid. Umat dengan bangga menyandang apapun yang berbau tauhid.
Kita bisa melihat kecintaan umat terhadap kalimat tauhid. Tak dipungkiri, jika kecintaan ini semakin semakin terekspresikan setelah ada peristiwa penghinaan terhadap bendera tauhid beberapa waktu lalu. Di mana anggota dari salah satu ormas membakar bendera tauhid pada momen Hari Santri Nasional.
Umat marah. Mereka terpanggil untuk membela bendera Rasulullah tersebut. Pembelaan umat terhadap kalimat tauhid telah menyatukan mereka dalam satu rasa yang sama. Juga dalam satu misi yang sama. Yaitu menegakkan kalimat tauhid.
Dari sini terbukti bahwa persatuan umat dalam ikatan tauhid bukanlah utopi. Persatuan ini sungguh bisa terwujud nyata. Berkumpulnya puluhan juta umat dengan segala pengorbanan di pusat Ibukota kemarin setidaknya menjadi indikator bahwa umat sanagt bisa digerakkan oleh kekuatan yang sama yaitu kekuatan tauhid. Maka jangan sampai energi umat yang sudah terhimpun dan tercurahkan pada momen istimewa 212 kemarin sirna begitu saja. Atau mungkin hanya menjadi rutinitas saja tiap tahunnya. Tanpa ada kelanjutan berarti yang bisa berkontribusi lebih besar untuk kebangkitan umat.
Persatuan yang telah mendekap hati umat ini harusnya mengarah pada satu perubahan hakiki. Maksud perubahan hakiki adalah kembali pada hukum Sang Penguasa jagad raya. Yaitu kembali pada aturan Islam dalam semua aspek kehidupan. Islam kaffah. Dan tentunya segera mencampakkan hukum sekuler yang bertentangan dengan aqidah kita. Apakah ada yang lebih baik dari hukumnya Allah?!. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Maidah ayat 50 “Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang yang meyakini (agamanya)?.”
Jika demi membela bendera tauhid umat rela mengorbankan pikiran, perasaan, waktu, tenaga dan harta maka pasti umat jauh lebih rela berkorban untuk mengembalikan aturan Sang Pemilik hidup agar terterap kembali di muka bumi. Jika umat Islam sudah memahami bahwa kembali kepada aturan Allah SWT adalah sebuah kewajiban, maka tak akan bisa dihentikan gelora kebangkitan yang mendidih dalam tubuh umat. Dan insyaAllah kemenangan akan segera teraih. Wallahu a’alam bi as Shawwab.