Oleh : Dini Tri Azra
Perayaan tahun baru ibarat gelombang pasang yang menggerus akidah dan keimanan seorang muslim. Terdengar berlebihan,apalagi jika yang mendengar umat yang masih awam dan belum paham akan syariat Islam. Karena banyak dari kalangan muslim yang turut menunggu malam pergantian tahun baru,mereka meyakini ini adalah perayaan milik manusia sedunia,tidak terkait dengan agama tertentu. Jadi tidak masalah untuk merayakannya . Mereka tidak sadar,telah mengikuti jejak kaum yahudi dan nasrani sejengkal demi sejengkal.
Sedang bagi umat Islam sendiri telah ditetapkan dua hari raya,yaitu idhul fitri dan idul adha,tidak boleh merayakan hari raya selain nya . Apalagi yang berhubungan dengan agama lain,dan perayaannya lebih mengarah pada kemaksiatan dan hura-hura belaka.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, ” Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut HARAM "
Nasrani itu masih tetap "kecil" di Indonesia, tetapi umat Islam sendiri yang membesarkan dengan ikut merayakan Natal, tahun baru dan valentine day yang tidak ada hubungannya dengan Islam. Menurut padangan Islam sesunguhnaya mengucapkan selamat kepada umat nasrani atas hari raya mereka, sanggup memperingati, merayakan dan menyambut tahun baru sama halnya dengan ikut mensyiarkan agama non Islam dan sama artinya dengan tolong-menolong dalam perbuatan dosa, padahal Allah telah melarang kita dari hal itu:"Dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. "(QS Al Maidah: 2)
Masih saja ada tokoh yang membela,bahwa merayakan tahun baru dan semacamnya tidaklah menghilangkan identitas keislaman seseorang. Karena jaman telah berubah,dan kita ini adalah bagian dari penduduk bumi "cityzen of the world " di era modernitas,tidak bisa disamakan pada masa Nabi dan sahabat. Padahal kalau kita lihat perayaan tahun baru selama ini,antara muslim dan kafir susah dibedakan,sama-sama meniup terompet,sama-sama menyalakan kembang api,sama-sama mabok,bahkan berpacaran sampai berzina.
Di daerah Karawang Jawa barat penjualan yang laris manis menjelang perayaan tahun baru,adalah kondom. Di sejumlah apotek,toko serta mini market penjualan alat kontrasepsi itu disebut-sebut mengalami peningkatan penjualan. Beberapa pengurus apotek setempat mengakui adanya peningkatan penjualan seiring semakin dekatnya malam pergantian tahun.
"Kami hanya menyediakan,soal kondom itu untuk apa ya ,kami tidak tahu. Hanya saja harapan kami bukan untuk hal yang negatif,seperti melakukan seks bebas.." ujar seorang karyawati. Sementara seorang karyawan lain mengatakan, "Sudah lumrah,seperti tahun-tahun sebelumnya,akan berbeda dengan hari-hari biasa. Kalau mayoritas pembeli sih,anak muda" (merdeka.com/27/12/2018)
Ternyata bukan hanya mengancam akidah,tapi perayaan tahun baru banyak mendatangkan kerusakan ,mulai dari pemborosan dengan menghamburkan uang untuk membeli kembang api, begadang sampai larut hingga shalat subuh terlewat,menjadi ajang maksiat seperti minum khamar dan perilaku seks bebas yang dampaknya antara lain,hancurnya masa depan anak bangsa,dan tersebarnya virus HIV/AIDS.
Jika kita memang belum paham hukum syariat yang mengharamkannya,berpikirlah dengan logika,pantaskah kita berpesta pora dikala musibah dan bencana sedang menghampiri negeri ini bertubi-tubi? Duka dan air mata saudara kita belum lagi mengering,karna kehilangan anggota keluarga dan tempat tinggalnya. Bukankah lebih baik ,dana untuk biaya pesta kita donasikan untuk mereka? Atau setidaknya kita berdiam dirumah sambil bermuhasabah,menimbang - nimbang amal dan dosa setahun kebelakang. Berdoa agar tahun depan bisa lebih baik lagi.
Apa yang terjadi hari ini,ketika umat Islam sangat suka mengekor kebiasaan kaum yahudi dan Nasrani merayakan tahun baru,valentine day, hari ibu,ulang tahun dan lainnya yang sama sekali tidak berhubungan dengan Islam,maka mereka telah membenarkan apa yang dikabarkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, Dari Abu Sa‘id Al Khudri, ia berkata:
“Rasululah bersabda: ‘Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehingga kalau mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya kalianpun akan masuk ke dalamnya.’ Mereka (para sahabat) bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah kaum Yahudi dan Nasrani?’ Sabda beliau: “Siapa lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Waktu itu para sahabat tercengang,bukan karena ragu ataupun tak percaya pada sabda Nabi Nya,namun bagaimana bisa umat Islam yang sudah diberi pegangan kitab suci Alquran yang menyempurnakan kitab sebelumnya,justru mengikuti umat agama lain yang telah merubah keasliannya kitab suci mereka. Dan hari ini,ternyata sangat mudah kita menjumpai orang-orang yang lebih bangga dengan budaya kafirun,dan malah membenci ajaran agamanya sendiri. Mereka ingin merusak kemurnian ajaran Islam dan mencampur adukkannya dengan ajaran agama lain. Dan sedihnya,hal seperti ini justru didukung dan difasilitasi oleh pemerintah. Atas nama toleransi,kebhinnekaan mereka menyasar akidah umat Islam. Maka,marilah kita bertahan dengan hakekat kebenaran yang datang dari Allah Subhanahu wataala meskipun kita bagai terasing ditengah keramaian.