Oleh: Siti Maisaroh, S.Pd (Pemerhati Remaja)
Kalimat takbir bersahut-sahutan, menggelegar di kolong langit Jakarta. Bendera tauhid berkibar megah, membangkitkan semangat peserta. Bendera merah putih juga menyertai. Lebih dari delapan juta jiwa-jiwa ikhsan telah menjadi saksi.
212 bukan sekedar angka biasa. Ada ruh perjuangan yang mampu menggerakkan jiwa raga. Dari balita hingga lansia. Dari rakyat biasa hingga tokoh berpengaruh. Bahkan sampai non Muslim ingin merasakan indahnya kebersamaan dibawah naungan bendera tauhid.
Walaupun menuai pro dan kontra. Tetapi para peserta reuni telah memberikan kesan luar biasa. Mereka meninggalkan lokasi reuni tanpa satu sampah pun tersisa. Bahkan dikabarkan, kalau rumput pun tak terusik akan hak hidupnya.
Berawal dari menuntut penista al Qur’an, Ahok. Ditambah lagi penistaan-penistaan agama lainnya. Sampai aksi brutal pembakaran bendera tauhid dengan sanksi menggelitik pendengaran. Kaum Muslim kian menyadari, kalau sangat rentan terjadinya penistaan agama di system Demokrasi yang diterapkan sekarang ini.
Sehingga, sebuah fitrah atau naluri beragama, Allah menumbuhkan perasaan dan pemikiran yang sama dalam diri kaum Muslim untuk memperjuangkan dan membela kemuliaan agamanya. Juga perjuangan yang paling mulia, adalah menegakkan kalimat tauhid di bumi ini. Sebagaimana dahulu Rasulullah Saw, saat menyiapkan segala strategi untuk tegaknya sebuah Negara yang menerapkan seluruh ajaran tauhid di Madinnah al Munawwarah. Bahkan Rasulullah Saw telah terbukti membawa rahmat bagi seluruh alam disana, beliau mampu menyatukan berbagai suku yang sebelumnya selalu bersi tegang dan bermusuhan.
Bermula dari Rasulullah Saw mendakwahi keluarga rumahnya, menyeru kepada para teman dekatnya, sampai menyeru kepada semua manusia. Inilah perjuangan dan keniscayaan proses menyongsong kemenangan Islam.
Dakwah seruan akan tegaknya syari’ah dan khilafah telah mencapai titik terang-terangan. Tidak ada lagi yang ditutupi. Jika penguasa kita telah berhasil mencabut perizinannya pada ormas HTI yang lantang menyerukan syariah khilafah, kini berbondong-bondong umat menyerukannya. Tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak mana pun.
Ditengah derasnya tuduhan-tuduhan pihak penjegal, seperti tuduhan radikal, intoleran, pemecah belah NKRI, mengancam ideology pancasila dan tuduhan keji lainnya. Tapi kenyataan didepan mata semakin jelas dan terang, kalau umat kian merindukan akan hadirnya sebuah aturan Negara yang menerapkan seluruh aturan Islam. Menghadirkan makna tauhid dalam diri, masyarakat dan negaranya. Juga tuduhan-tuduhan keji itu hanya upaya untuk menghalang-halangi arah perjuangan. Padahal sampai kini, dengan segala penjagaan Allah Swt, para pejuangnya mampu membuktikan, bahwa dakwah ini adalah dakwah pemikiran yang dilakukan dengan ahlak mulia. Bukan dengan kekerasan, apalagi membuat onar sebagai mana dituduhkan.
Ini adalah tawaran manis untuk siapapun yang ingin mengambil peran perjuangan. Menyongsong kembalinya kehidupan Islam. Inilah cita-cita mulia. “Sesungguhnya, Alloh telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang dijalan Alloh; lalu mereka membunuh atau dibunuh. Itu telah menjadi janji yang benar dari Alloh didalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya? Selain daripada Alloh? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (At Taubah: 111)
Waallahu 'alamu bishowab.