Oleh: Chezo
Dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya kita selalu bersinggungan dengan yang namanya perbedaan. Baik dengan teman ataupun dengan keluarga sendiri. Seringkali perbedaan tersebut menjadi pemicu masalah yang berlanjut menjadi konflik jika kita menyikapinya dengan cara yang tidak tepat. Karena pada hakikatnya, manusia itu tidaklah sama antara satu dengan lainnya.
Sebagian orang ada yang tidak siap ketika menerima perbedaan pendapat tersebut. Mereka menganggap apa yang dipikirkan dan dipelajarinya adalah sebuah kebenaran final. Sehingga tidak ada lagi ruang dialog dan diskusi. Akibatnya, dia menganggap orang yang berbeda pendapat dengannya sebagai lawan dan musuh.
Acapkali terjadi, lantaran berbeda pendapat akhirnya malah saling mencaci, menyesatkan, bahkan mengkafirkan. Kata-kata kasar pun terlontar untuk menunjukkan ketidaksetujuan terhadap pendapat yang dikemukakan oleh orang lain. Padahal berkata kasar dalam Islam sangat dilarang. Apalagi bila kata kasar itu justru akhirnya menyakiti hati orang lain.
Ibnu al-Qayyum dalam kitab Shawa’iq al-Mursalah mengatakan:
ﻭﻗﻮﻉ ﺍﻻﺧﺘﻼﻑ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺍﻣﺮ ﺿﺮﻭﺭﻱ ﻻﺑﺪ ﻣﻨﻪ ﻟﺘﻔﺎﻭﺕ ﺍﻏﺮﺍﺿﻬﻢ ﻭﺍﻓﻬﺎﻣﻬﻢ ﻭﻗﻮﻱ ﺍﺩﺭﺍﻛﻬﻢ ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻟﻤﺬﻣﻮﻡ ﺑﻐﻲ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﺾ ﻭﻋﺪﻭﺍﻧﻪ
“Terjadinya perbedaan-perbedaan di tengah umat manusia merupakan suatu keniscayaan. Hal itu disebabkan beragamnya motif, tingkat keilmuan, dan kemampuan berpikir masing-masing manusia. Namun demikian, hal yang tercela dari perbedaan tersebut adalah timbulnya kezaliman dan permusuhan."
Lantas, apakah menjadi berbeda itu sebenarnya adalah sebuah masalah? Tentu saja tidak. Karena sesungguhnya perbedaan pendapat itu hal yang biasa. Sunnatullah. Itu sebuah hal yang wajar bukan?
Maka adalah kewajiban setiap orang yang berkecimpung dalam ilmu dan dakwah untuk melepaskan diri dari nafsu tatkala terjadi perbedaan pendapat. Sehingga akan ada adab pula yang tentunya harus dijaga ketika perbedaan itu terjadi.
Lantas, bagaimana cara kita menyikapi perbedaan itu? Sebenarnya Islam telah memberi arahan bagaimana cara menghadapi perbedaan pendapat di antara kita semua.
...ﻓَﺎِﻥۡ ﺗَﻨَﺎﺯَﻋۡﺘُﻢۡ ﻓِﯽۡ ﺷَﯽۡﺀٍ ﻓَﺮُﺩُّﻭۡﮦُ ﺍِﻟَﯽ ﺍﻟﻠّٰﮧِ ﻭَ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮۡﻝِ ﺍِﻥۡ ﮐُﻨۡﺘُﻢۡ ﺗُﺆۡﻣِﻨُﻮۡﻥَ ﺑِﺎﻟﻠّٰﮧِ ﻭَ ﺍﻟۡﯿَﻮۡﻡِ ﺍﻟۡﺎٰﺧِﺮِ ؕ ﺫٰﻟِﮏَ ﺧَﯿۡﺮٌ ﻭَّ ﺍَﺣۡﺴَﻦُ ﺗَﺎۡﻭِﯾۡﻠًﺎ
"...Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (alquran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. an-Nisa (4): 59)
Ayat ini memberikan pedoman dasar kepada kita ketika sebuah perbedaan itu terjadi, yaitu dengan mengembalikannya pada hukum syara' dan mengikuti perilaku Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam.
Karena telah tertulis dalam Alquran:
ﻟَﻘَﺪْ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻲ ﺭَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺃُﺳْﻮَﺓٌ ﺣَﺴَﻨَﺔٌ ﻟِﻤَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺮْﺟُﻮ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺍْﻵﺧِﺮَ ﻭَﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟﻠﻪَ ﻛَﺜِﻴْﺮًﺍ
“Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” (Al-Ahzab: 21)
Maka sungguh telah ada pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam suri teladan yang baik sebagai panutan bagi kita untuk bagaimana menyikapi berbagai perkara yang kita hadapi dalam kehidupan. Bahkan beliau mencontohkannya dengan sangat indah kepada kita semua.
Ilustrasi Pinterest.com