Oleh: Chezo
Sebagai seorang pengemban dakwah, tak jarang ketika ujian kehidupan menerpa berakibat pada menurunnya ghirah dakwah. Hingga membuat tiap kajian yang kita ikuti menjadi tak berkesan lagi di hati. Padahal aspek utama dari pengajian adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan berharap mendapatkan rida-Nya.
Setiap orang terkadang menemui 'titik jenuh' dari rutinitas, sehingga tidak memiliki semangat dalam menjalankan aktivitasnya. Hal itu bisa terjadi ketika kita tidak lagi memiliki tujuan yang jelas dari aktivitas tersebut, semuanya dijalani seakan hanya rutinitas belaka tanpa memiliki makna dan hanya meninggalkan rasa lelah.
Oleh karena itu, mari sejenak merenungi kembali tujuan kita hidup. Masihkah ada tujuan menjadi bagian dari makhluk Allah SWT yang ada dalam QS. Al-Imron : 104
ﻭَﻟْﺘَﻜُﻦْ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﺃُﻣَّﺔٌ ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻭَﻳَﺄْﻣُﺮُﻭﻥَ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ ﻭَﻳَﻨْﻬَﻮْﻥَ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤُﻨْﻜَﺮِ ۚ ﻭَﺃُﻭﻟَٰﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.
Dari sana akan kita dapati bahwa dakwah merupakan aktivitas yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja.
Karena jika kita meninggalkan aktivitas dakwah maka siapa yang akan menyeru kepada yang ma'ruf, menyeru untuk mencegah dari yang munkar. Jika kita berhenti hanya karena ghirah kita telah hilang, maka kita patut untuk mengembalikannya dengan meluruskan niat kita.
Perbaikilah niatan kita ketika berdakwah, berkumpul dengan orang-orang yang shalih, membaca kisah-kisah inspiratif shahabat Rasulullah Saw. adalah cara-cara yang bisa kita lakukan untuk dapat mengembalikan ghirah dakwah kita. Karena sesungguhnya jika kita memilih untuk tetap berada dalam kejenuhan itu, maka kelak rasa itu yang akan melemparkan kita menjauh dari dakwah. Wallahu 'alam bish showab.