Oleh : Hilda Yulistiyanita
(Komunitas Pena Islam)
Pendidik generasi memang harus mempunyai kualitas yang baik agar terlahir generasi yang cemerlang darinya. Dari gurulah maka akan tercetak generasi sesuai ilmu yang disalurkan. Dari generasi yang cemerlang diharapkan bisa meningkatkan kualitas negara, terutama dalam operasional negara. Baik dalam tatanan hokum, ekonomi, kemaslahatan, maupun pengaturan sumber daya dan lain-lain.
25 November merupakan hari guru sedunia. Pemerintah memberikan apresiasi pada hari tersebut di muka umum. Apresiasi memang manis, membuat guru tersenyum karena jerih payahnya mendapat sambutan yang baik. Namun kenyataannya tak berhenti disana. Guru pun punya kehidupannya sendiri, punya keluarga dan punya sisi lain yang ingin dilayakkan dari jeri payah mendidiknya. Sehingga memandang apresiasi hanyalah lip service atau basa-basi yang basi, yang hanya sebatas penyenang, namun tak menyelesaikan. Tak sepadan dengan amal dan jerih payah yang telah mereka lakukan.
Kualitas guru seolah tak mendapat balasan yang layak oleh negara. Mereka yang seharusnya menempati posisi terhormat karena keluhuran profesi, sejauh ini kebijakan terkait guru sangat zalim dan menyulitkan dalam menjalankan tupoksinya sebagai pendidik generasi. Apa yang dilakukan rezim selama ini tak sebanding dengan jasa mereka. Guru honorer yang berdemo menunjukkan bahwa perhatian pemerintah terhadap guru atas jasanya merupakan kecacatan, kelalaian dan terkesan tak ada perhatian. Haruskah ada demo terlebih dahulu baru pemerintah sadar bahwa guru juga perlu diperhatikan. Fakta lain adalah pemerintah memusatkan pada peningkatan profesionalisme guru menuju pendidik Abad 21 yang isinya tentang peningkatan kualitas skill. Tak disinggung sama sekali tentang kelayakan bagi pendidik karena hasil mendidik, yang notabene masih cacat. Sikap ini menggambarkan seolah-olah guru adalah pekerja rodi.
Belajar dari abad kejayaan Islam, pemerintahan Islam menempatkan guru pada posisi yang tinggi, begitu dihormati baik oleh negara maupun masyarakat. Perhatian daulah/ pemerintah terhadap guru diwujudkan dalam bentuk mencukupi kebutuhan anak-anak guru. Tunjangan kepada guru tinggi. Kebutuhan pokok dan biaya sekolah ditanggung oleh pemerintah sehingga membuat hidup mereka menjadi nyaman. Pada masa khalifah Harun tercetak generasi yang cemerlang. Apa rahasianya? Tak lain adalah kepedulian beliau kepada ilmu, guru, serta murid sejak dini. Untuk menggapai itu, banyak sekali dana yang dikeluarkan olehnya. Marwah guru dimata beliau sangat agung sehingga diperlakukan dengan rasa hormat dan martabat tinggi.
Pemerintah seharusnya bersinergi dengan guru, jika memang cita-cita pemerintah tinggi maka tempatkanlah guru pada posisi yang layak karena sumbangsih terhormatnya kepada generasi. Sehingga, guru pun bisa fokus dalam mencetak generasi cemerlang dan menjalankan profesionalisme kepengajarannya dengan nyaman dan tenang karena ada jaminan dari pemerintah.
*sumber gambar : SuratKabar.id