Memaknai Perubahan Hakiki

Oleh: Wity (Pembimbing di Rumah Tahfizh Sahabat Qur'an-Purwakarta)



Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab menyampaikan pidatonya kepada massa Aksi Bela Tauhid 212 di Monas, Jakarta Pusat, Ahad (2/12/2018). Dalam pidatonya, Habib Rizieq menyampaikan berbagai permasalahan yang dihadapi negeri ini. Beliau pun mengajak umat agar merapatkan barisan, berjuang melakukan perubahan di negeri ini. 


Perubahan adalah bagian dari hukum alam. Segala sesuatu--kecuali Allah--pasti akan mengalami perubahan. Termasuk rezim. Sejarah telah mencatat, tak ada rezim yang abadi. Sekuat apapun rezim itu, pasti akan tumbang, digantikan rezim lainnya. Adapun umat punya kekuasaan untuk menentukan arah perubahan itu. Di sinilah pentingnya. Umat harus sadar, perubahan seperti apa yang dibutuhkan. Jika tidak, maka arah perubahan itu akan mudah dibelokkan oleh pihak-pihak yang tidak mengharap perubahan atas sistem yang ada. Akhirnya, perubahan yang terjadi sebatas perubahan kulit. Bukan perubahan hakiki.


Perubahan hakiki adalah perubahan yang mampu mengantarkan umat menuju kebangkitan hakiki. Perubahan yang mampu mengubah kondisi umat menjadi lebih baik. Sebagaimana mengubah suku Aus dan Khazroj yang saling bermusuhan menjadi saudara yang saling mengasihi. Yang mengubah penduduk Mekah, dari penyembah berhala menjadi Penyembah Allah Yang Maha Esa.


Indonesia membutuhkan perubahan semacam itu. Agar terbebas dari belenggu Asing dan Aseng. Terbebas dari pemimpin dzalim dan berganti dengan pemimpin yang adil. Agar terbebas dari negeri yang penuh maksiat menjadi negeri yang taat.


Perubahan hakiki mutlak dibutuhkan. Tak hanya oleh Indonesia tapi juga negeri-negeri Muslim lainnya. Perubahan ini tak dapat terwujud kecuali dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah, yang dicapai dengan dakwah fikriyah. Bukan kekerasan. Sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. dahulu. Wallahu'alam.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak