Makna Kebangkitan Islam Dibalik Euforia 212
Oleh: Hasrianti
(Mahasiswi Pendidikan Kimia UHO)
“Reuni 212 terlalu besar untuk diabaikan oleh siapapun (Ust. Felix siauw). Rasa syukur tercurah kepada Allah SWT atas segala rahmat dan taufiqnya yang mengetuk pintu hati masyarakat Indonesia, seluruh saudara kaum muslimin. Karena atas izin Nya umat Islam Indonesia bersatu dengan dasar ukhuwah islamiyah yang tinggi pada tanggal 2 Desember 2018 lalu di Monas, sebagaimana reuni 212 bukan hanya sekedar berkumpul akan tetapi ini menunjukan seberapa besar ukhuwah kaum muslimin yang tak bisa dipungkiri keberadaannya.
Dilansir oleh Hidayatullah.com -Reuni Akbar Mujahid 212 sukses digelar di kawasan Monas, Jakarta dan diperkirakan dihadiri lebih dari 7 juta orang dari berbagai daerah se-Indonesia. Reuni 212 telah menjadi rutinitas semenjak tahun 2016 silam pasca penistaan Alquran, bukan berkumpul untuk menuntut kesalahan personal oleh hawa nafsu benci, namun menelisik keadilan yang sudah usang di Negeri ini. Kehadiran kaum muslimin dalam reuni tersebut, mampu memberikan dampak signifikan terhadap rasa persatuan, kepedulian, kasih sayang, terlebih ditengah kondisi saat ini banyak terjadi permasalahan isu-isu dalam aspek kehidupan baik sosial, keamanan, budaya, pendidikan, agama dan lainnya.
Dengan demikian kita harus sepakat bahwa aksi damai reuni 212 ini bebas dari unsur-unsur niat jahat atau agenda politik. Pengorbanan dan semangat yang terlihat dari kaum muslimin, bahkan ada juga sebagian nonmuslim yang ikut merasakan damainya ukhuwah Islam. Kesadaran umat itu muncul dengan banyaknya kaum muslimin yang hadir dari berbagai Desa, Kota, bahkan dari Luar Negara, mereka datang dengan penuh kegembiraan ada yang naik kendaraan dengan nyaman, namun adapula yang menempu perjalanan panjang ke Monas hanya dengan jalan kaki, dan naik sepeda. Lalu siapakah yang menggerakan hati mereka untuk bersusah payah menghadari reuni tidur beratapkan langit, berlantaikan ubin kalau bukan karena rasa ukhuwah dan keimanan, tidak dengan dibayar sepeserpun sebagaimana tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oknum tertentu.
Membangun Kesadaran Umat
Reuni Akbar Mujahid 212 ini marilah bersama kita renungkan sejenak kondisi bangsa dan negara kita dalam 5 tahun terakhir ini, yang justru kebanyakan menimpa kaum muslimin baik Indonesia maupun Negara lain. Mulai dari penistaan Alquran, pembubaran dakwah, tindakan kekerasan. Dari luar negara kita mendengar suara kaum muslimin yang terisak darah, sebagaimana nasib muslim Uighur, Yaman, Rohingnya, Palestina, dan beberapa negara kaum muslimin yang masih tertindas secara fisik.
Namun kita juga tak dapat menutup mata atas ketidakadilan lainnya yang dirasakan bangsa ini. Ada gerakan separatis dan terstruktur, melakukan tindakan pembunuhan keji kepada 31 pekerja jalan di Papua yang tak bersalah. Lagi-lagi tindakan mereka tak dianggap radikal dan dicap terorisme. Pembiaran kezaliman dan ketidakadilan tersebut menjadi noktah hitam atas penegakan hukum di negeri ini.
Alhasil rezim bebas saja melanggar hukum, sedangkan yang tidak disukai rezim akan dipidana secara sepihak. Ekonomi neoliberalisme yang berlandaskan pada sistem utang dan riba telah mengundang penjajah asing aseng merampas kekayaan alam bumi Indonesia. Berimbas pada hancurnya perekonomian yang semakin mencekik rakyat secara perlahan. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin, lapangan kerja dimonopoli asing, nilai mata rupiah uang terus merosot. Membiarkan kemungkaran dan kemaksiatan merajalela bak lingkaran setan yang tiada hentinya mulai dari korupsi, narkoba, miras, judi, pornografi, porno aksi, prostitusi dan LGBT.
Inikah yang disebut kemerdekaan, kebangkitan, kebebasan, kedamaian yang selalu digaungkan pemerintah saat ini ?
Keberadaan sistem kapitalis sekuler telah menyebar dengan kronis dalam tubuh negeri ini. Lalu apa sebenarnya makna kebangkitan itu ?
Jika dilihat dari keadaan sekarang maka sangat jelas ini bukan suatu kebangkitan akan tetapi kemorosotan yang justru semakin menggerogoti rakyat terutama kaum muslimin.
Makna Kebangkitan
Kebangkitan manusia tergantung pada pemikirannya tentang alam semesta, manusia dan kehidupan, serta hubungan ketiganya sebelum dan sesudah kehidupan dunia. Perubahan pola fikir ini menjadi hal penting yang akan membentuk mafahim seseorang terhadap kehidupan, dan mengatur tingkah laku sebagaimana mafahim mengarahkannya. Dengan demikian apabila kita ingin merubah tingkah laku manusia, terlebih dahulu harus mengubah mafahimnya tentang perubahan yang diinginkan. Pemikiran yang dimaksud yaitu berfikir secara menyeluruh (kaffah) dan sempurna, yang akan menjadi landasan berfikir (al-qaidah al-fikriyah) manusia. Sedangkan bangkitnya suatu negara apabila komponen kebangkitan menjadi utuh, yaitu pemikiran yang sama, perasaan yang sama rasa, dan peraturan yang mengikat sama. Sehingga ketika tiga komponen tersebut telah tercipta, maka suatu negara dapat meraih kebangkitan yang sesungguhnya.
Kebangkitan (ash-shahwah) pada asalnya untuk menyatakan kekuatan kesadaran pada diri manusia yang diungkapkan dengan hati atau akal, sesuatu multitafsir ditengah kehidupan masyarakat. Kebangkitan suatu kata yang selalu menggugah emosi ketika diucapkan. Maka tak heran hampir seluruh tokoh publik sering menggunakan kata tersebut untuk membakar semangat masyarakat baik politisi, aktivis, akademisi, petinggi militer, pekerja seni, hingga tokoh agama. Lagipula, siapa yang tidak menyukai kebangkitan yang hakiki ?. Setiap individu mencintai hal tersebut, terutama bila diberlakukan untuk dirinya sendiri, semua orang ingin dirinya bangkit. Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang menginginkan hidup dengan dipaksa atau diperalat oleh entitas diluar dirinya sendiri.
Kebangkitan atau kebebasan (freedom) yang terpenuhi dari segala aspek kehidupan, sesuai aturan Allah. Kebangkitan dapat dimaknai secara singkat kita bebas dari segala bentuk penderitaan yang terjadi, menumpas kemiskinan, mensejahterakan rakyat, kebebasan ekspresi ide yang dibiayai difasilitasi Negara, ekonomi maju, pendidikan yang merata, hilangnya kesenjangan sosial, kebebasan beribadah tanpa persekusi, menjalin ukhuwah islamiyah, rasa aman, jauh dari isu terorisme, fitnah, dan kerusakan akhlak manusia.
Raih kebangkitan hakiki dengan Islam
Kebangkitan yang hakiki tak terlepas jauh-jauh dari penerapan sistem Islam, yang terbukti selama 1400 tahun yang lalu, daulah Islam berjaya mensejahterakan seluruh lapisan masyarakatnya dalam sistem Khilafah. Sebagaimana dahulu Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam, merupakan sebuah kawasan yang mundur dengan keterbelakangan pemikiran sangat jahiliyah.
Kebanyakan orang Arab menyembah berhala. Setelah diutus manusia mulai Sang Rasulullah Muhammad Saw. maka saat itu juga sinar kebangkitan muncul dengan terangnya, ditengah jahiliyah bangsa Arab. Sebagaimana dalam ayat berikut,
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci” (As-shaff:9).
Rasulullah Saw. berdakwah menyampaikan Islam dengan berbagai penolakan, persekusi, penindasan, dan penyiksaan fisik. Melalui sirah Rasulullah Saw. telah dipaparkan secara jelas bagaimana perjalanan dakwah hingga kebangkitan tercapai, Islam mampu menjadi tonggak kejayaan pada masanya. Dalil-dalil yang menunjukan bahwa kejayaan hanya milik Allah, Rasul Nya dan kaum muslimin serta Islam banyak sekali. Firman Allah Subhanahu wa Taala.
وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi RasulNya dan bagi orang-orang yang beriman, tetapi orang-orang munafik tidak mengetahui” [Al-Munafiqun : 8].
وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ * إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنصُورُونَ * وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ
“Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul,(yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan.Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang. (QS. Ash-Shaffat: 171-173)
Kebangkitan hakiki hanya ada dalam Islam yang berhasil mengangkat pemikiran jahilyah menuju pemikiran yang cemerlang, keterbelakangan dan penindasan telah usai yang ada hanya kesenangan, ketaatan, kesejahteraan yang melimpah secara merata, kebebasan berekspresi ide yang semua difasilitasi daulah. Kegemilangan sistem Islam tidak bisa dihapus oleh sejarah apapun, selama beribu tahun lamanya eksistensi Islam sebagai garda terdepan. Sejarah Islam setelah meninggalnya Nabi Muhammad Saw, disusul oleh kepemimpinan pemerintahan Khulafaur Rasyidin, dan telah berkembang secara luas di seluruh dunia oleh pemerintahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan Bani Utsmaniyah, yang akhirnya berhasil diruntuhkan. Tidakkah kita ingin kembali seperti dahulu ? dimana sistem Islam mampu mensejahterakan, tanpa kekerasan apalagi menindas nonmuslim semua sama rata dihadapan sistem Islam. Allah menjadi saksi bagi orang-orang yang berjuang dijalan Nya, mengembalikan kebangkitan Islam sebagai Rahmatanlilalamain. Wallahualam bishowab.
Masya Allah,212 merupakan perkumpulan yang harus dipelihara agar ukhwah islamiya semakin kokoh. #Takbir...
BalasHapus#AllahuAkbar...
Alhamdulillah
BalasHapus