Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Pengasuh Grup Online Obrolan Wanita Islamis
(BROWNIS)
Virus sebuah nama grup band perempuan dari korea beberapa bulan terakhir begitu mewabah. Black Pink. Menyebar pesona syahwat dan mendorong siapa saja yang melihat mencontoh gerak tari dan lagu mereka. Generasi muda berada di garda terdepan, menjadi pengikut dan pemuja. Kekinian sebutannya. Dari anak sekolah hingga balita perlahan mengikuti gaya hidup ( life style) band Korea. Lebih fasih dengan adat istiadat budaya kafir dan gagu dengan agama yang mereka anut sejak kecil, Islam.
Banyak orang tua kemudian yang merasa gerah. Hingga muncul petisi penolakan. Akal sehat melayang , pupus karena pesona goyang pinggul grup band tersebut, ya, Black Pink telah berhasil meruntuhkan nilai-nilai tabu dan bahkan merusak keimanan. Di Indonesia sendiri sudah ada lebih dulu istilah goyang pinggul, seperti ngecor, ngebor, itik dan sebagainya. Namun karena di mereka brand ambassador sebuah akun belanja online terbesar di negeri ini, goyang ala Indonesia bak goyang kipas angin, berlalu begitu saja.
Potret miris ini akan terus berlangsung jika tak ada yang berusaha merubah. Kelu rasanya lidah dan lumpuh langkah ketika pemerintah tidak merespon apapun. Padahal efeknya sudah sangat merusak, kemajuan teknologi yang tak dibekali keimanan yang kokoh telah menciptakan jebakan baru, peradaban bobrok.
Inilah pil pahit yang harus kita telan. Pesatnya perekonomian ala kapitalisme telah secara besar-besaran memproduk fashion dan fun tanpa peduli lagi bagaimana memajangnya. Dan dalam rezim sekuler hari ini tidak ada kata tidak patut (senonoh) jika suatu produk itu memberikan keuntungan atau manfaat yang banyak. Tak risih mengabaikan nilai moral dan syari’ah, kembali para kapitalis itu hanya berorientasi materi semata.
Padahal negaralah yang seharusnya menjadi penjaga umat. Penyelesai seluruh persoalan umat. Ketika umat butuh hiburan ataupun informasi tentu negaralah yang paling berperan mengontrol berbagai media agar tercapai tujuan menjadi umat yang bermartabat dan taat kepada RabbNya.
Media adalah bagian dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tentu akan sangat dibutuhkan bagi berbagai kebutuhan rakyat. Namun, media juga tak seharusnya menjadi penyebar nilai-nilai kufur yang akan merusak akhlak dan mengguncang akidah. Penjagaan terhadap nilai luhur dan peningkatan ilmu pengetahuan haruslah menjadi target sebuah media.
Hanya Islam yang mengikat lifestyle sesuai syari’ah. Karena dalam pandangan Islam, kemajuan bukan semata bertambah banyaknya pembangunan secara fisik tapi juga kesiapan manusianya secara mental untuk menggunakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan hukum syara. Termasuk pemanfaatan media, adalah untuk budaya edukasi dan syiar. Sebagaimana apa yang dilakukan Rasulullah di Madinah pada awal tegaknya daulah, yaitu menggunakan media surat menyurat kepada para pemimpin di seluruh jazirah Arab. Agar mereka mengenal dan masuk Islam, agar mereka menjadi bagian dari peradaban mulia Islam. Bukan perusak generasi.
Wallahu a'lam biashowab.