Oleh : Ummu Nafisa (Muslimah Pembelajar Islam Kaffah)
Ketua Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif menyebut akan mengibarkan satu juta bendera dengan kalimat tauhid pada Reuni 212 di Monas Jakarta, Minggu (2/12). Dia mengatakan bendera berkalimat tauhid yang dikibarkan juga berwarna-warni.
"Ayo jadi salah satu pembela kalimat tauhid, jadilah bagian peristiwa bangsa Indonesia. Kibarkan bendera satu juta bendera merah putih, dan satu juta bendera tauhid warna-warni," kata Slamet dalam jumpa pers di Gedung DDII, Jl. Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (28/11). (CNN Indonesia.com)
Ketika Pantauan CNNIndonesia.com, pada Reuni 212 yang digelar di kawasan Monumen Nasional (Monas) dihiasi dengan bendera berwarna-warni bertuliskan kalimat tauhid. Tidak hanya bendera berwarna hitam dan putih.
Nampak bendera berwarna merah, merah muda, biru, kuning, dan hijau. Semua bendera itu bertuliskan kalimat tauhid berwarna putih.
Pernyataan Ketua Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif, terbukti benar adanya. Para sebagian peserta aksi 212 membawa bendera berwarna-warni yang bertuliskan kalimat tauhid. Meskipun bendera yang berwarna hitam dan putih masih mendominasi pada gelaran aksi tersebut.
Bendera yang dibawa oleh para peserta aksi dengan beragam warna. Menunjukkan bahwa adanya perbedaan pemahaman terhadap warna bendera tauhid. Sekalipun dalam bendera tersebut bertuliskan lafaz Tauhid.
Merujuk pada Hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibn Majah dari Ibn Abbas RA, bahwa "Rayah Rasulullah Saw berwarna hitam dan Liwa beliau berwarna putih"
Ar Rayah merupakan panji perang Rasulullah berwarna hitam bertuliskan lafaz Tauhid 'Laa ILaaha Illaallah Muhammadar Rosulullah' berwarna putih. Sedangkan Liwa merupakan bendera Rasulullah berwarna putih juga bertuliskan lafaz Tauhid tapi berwarna hitam.
Penegasan soal kalimat Tauhid dalam Ar Roya bertuliskan kalimat Tauhid disampaikan Al Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Fathul Bari (VI/147), merujuk Hadist Nabi dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rayah Rasulullah berwarna hitam dan Liwa berwarna putih tertulis di situ 'Laa ILaaha Illaallah Muhammadar Rasulullah'.
Dalam kitabnya, Ibnu Hajar menjelaskan Liwa atau bendera pada dasarnya dipegang oleh panglima tentara dan diemban di atas kepalanya. Abu Bakar bin al-Arabi mengatakan, Liwa berbeda dengan ar-Rayah. Liwa dipasang di ujung tombak dan dililitkan. Sedangkan ar-Rayah dipasang di ujung tombak dan dibiarkan ditiup angin.
Ada yang mengatakan kalau Liwa adalah bendera besar, tanda posisi panglima dan mengikuti ke mana pun ia berada.
Di zaman Rasulullah,Liwa dan Rayah menjadi kemuliaan bagi pemegangnya sekaligus eksistensi kaum Muslimin dalam peperangan. Tapi, makna Liwa dan Rayah tidak sebatas pada peperangan saja, keduanya berfungsi sebagai pemersatu umat Islam.
Kalimat Tauhid mempersatukan umat Islam sebagai satu kesatuan tanpa melihat lagi keragaman bahasa, warna kulit, suku, bangsa ataupun mazhab dan paham yang ada di tengah umat Islam. (Abdul Hayyi al-Kattani, Nizham al-Hukumah an-Nabawiyyah [At-Taratib al-Idariyyah], I/266).
Sehingga jelaslah bahwa Rayah berwarna hitam dan Liwa berwarna putih. Warna hitam dan putih pada kedua bendera tersebut, merupakan warna khas bendera umat Islam yang dicontohkan Rasulullah.[] Wallahu'alam Bish Showab