Oleh: Winda Yusmiati, S.Pd (Revowriter Purwakarta)
Di tengah carut marut persoalan bangsa ini, kita tidak boleh melupakan nasib kaum Muslim di Yaman yang semakin menyedihkan akibat perang saudara di bawah provokasi Barat.
Kini kelaparan menjadi ancaman bagi saudara kita kaum Muslimin di Yaman. Menurut data PBB, ketika konflik memasuki tahun keempat, sekitar 14 juta orang di Yaman – kira-kira setengah dari total penduduk negara itu – beresiko kelaparan. Sekitar 85.000 anak-anak di bawah usia lima tahun telah meninggal karena kekurangan gizi akut selama tiga tahun terakhir ungkap _Save The children_ yang berbasis di Inggris (www.seraamedia.org).
Ketua Umum Rabithah Alawiyah Habib Zen Bin Smith menyatakan duka yang mendalam atas tragedi yang menimpa penduduk Yaman. Ia menilai kondisi terkini di Yaman sudah mengarah pada terjadinya tragedi kemanusiaan luar biasa, seperti kelaparan yang masif hingga jatuh korban, terutama anak-anak, perempuan dan lanjut usia. "Semua ini diakibatkan oleh konflik berkepanjangan antara Pemerintah Yaman yang didukung oleh Saudi Arabia dengan kelompok Houthi. Konflik yang tidak selayaknya terjadi antara dua kelompok Muslim," kata Habib Zen dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Sabtu (24/11/18).
Konflik perang berkepanjangan melanda Yaman terjadi sejak koalisi pimpinan Arab Saudi menggelar serangan udara pada Maret 2015 untuk mengusir pemberontak Houthi yang menduduki ibu kota Sanaa. Konflik inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya bencana kelaparan di Yaman. PBB memperkirakan tiap 10 menit satu anak di bawah usia 10 tahun meninggal dunia akibat hal-hal yang sebenarnya bisa dicegah. Nasib bertambah buruk bagi anak-anak dan sekitar 2,2 juta bayi yang mengalami gizi buruk yang akut. Sungguh menyedihkan!
Menilik persoalan di atas, timbul pertanyaan. Dimana para pemimpin negeri-negeri Muslim di dunia ketika penduduk Yaman menderita kelaparan? Jawabannya adalah diam.
Ya, mereka hanya diam menyaksikan rakyat Yaman mati berlahan-lahan akibat kelaparan. Padahal mereka bisa berbuat banyak untuk membantu saudara mereka dengan kedua tangan mereka, tapi nyatanya mereka hanya terdiam tanpa berbuat apa-apa untuk menghentikan konflik yang menjadi sumber bencana yang terjadi di Yaman.
Mereka hanya mengecam dan melakukan diplomasi. Bagi mereka solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini hanya berujung di meja perundingan.
Hal ini diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Yaman Abdul Malik al Mekhlafi. Dia menyerukan semua pihak untuk kembali ke meja perundingan. Hal senadapun disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, “mendesak semua pihak yang berperang di Yaman segera mengupayakan penyelesaian politik untuk mengakhiri perang dengan melakukan negosiasi politik melalui dialog yang melibatkan semua pihak adalah satu-satunya solusi,” kata Guterres. (Republika.co.id, New York).
Sementara di belakang itu, mereka mendukung dan bersekutu dengan tuan-tuan kapitalis penjajah yang menginginkan keuntungan dari konflik yang terjadi di Yaman.
Sungguh menyesakkan dada. Umat Islam yang difirmankan oleh Allah sebagai umat terbaik di antara umat lainnya, kini sebaliknya. Berita duka dan derita datang silih berganti, tak berhenti menyapa kaum muslimin yang ada di Yaman, Suriah, Palestina dan negeri-negeri muslim lainnya.
Kezaliman dan ketidakadilan akan senantiasa menimpa umat ini karena ketiadaan seorang Khalifah yang membela dan menegakkan keadilan atas kaum Muslimin. Karena dengan tegaknya Khilafah menurut metode kenabian inilah yang akan menyingkirkan para penguasa Muslim yang bangga dengan demokrasi dan nasionalismenya yang telah menjadi jurang pemisah bagi kaum Muslimin sedunia untuk menolong saudaranya yang tertimpa berbagai kezaliman di belahan bumi yang lain.
Khalifah tidak akan pernah membiarkan rakyatnya dan anak-anak umat ini tidur dalam keadaan lapar. Sebagaimana khalifah Umar bin Khathathab memanggul sendiri sekarung beras untuk ibu dan anak-anaknya yang kelaparan di tengah gelapnya malam.
Sungguh kita sangat merindukan seorang pemimpin seperti beliau yang melindungi umat ini dengan segenap jiwa dan raganya, yang tidak akan membiarkan dirinya tertidur lelap sebelum rakyatnya tidur dalam keadaan kenyang dan aman. Masya Allah.
Semoga kita senantiasa bersungguh-sungguh dalam setiap langkah perjuangan kita untuk kemuliaan Islam dan kaum Muslimin. Dan senantiasa istiqomah dalam jalan dakwah ini, karena Allah SWT telah menjanjikan kemenangan bagi Islam dan kaum Muslimin.
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam). Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik “ (TQS. Al-Nur [24]: 55). Allahu’alam bishshawwab.