Kaum Ibu Menjerit, Rezim Berkelit


Oleh: SW. Retnani S.Pd. (Praktisi Pendidikan)


      Bukan lautan hanya kolam susu. Kail dan jala cukup menghidupimu. Tiada badai tiada topan kau temui. Ikan dan udang menghampiri dirimu. Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.

Ini hanyalah sebuah lagu legendaris dari koes ploes. Mengingatkan kita pada slogan jawa "Gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo". (Kekayaan alam yang berlimpah dan keadaan yang tentram).


      Indahnya lirik lagu ini berbanding terbalik dengan situasi dan kondisi negeri kita. Yang penuh dengan beragam permasalahan. Baik  di bidang politik, sosial, budaya bahkan ekonominya. Seperti yang terjadi beberapa hari ini. Harga- harga pangan melonjak hingga membuat ibu- ibu berteriak dan menjerit. Namun, herannya hal ini terus berulang dan selalu terjadi setiap akhir tahun. Sampai-sampai Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko , mengaku jengkel ketika mendengar banyak ibu rumah tangga yang berteriak harga pangan saat ini mahal.

Menurut Moeldoko, ibu- ibu rumah tangga tersebut seharusnya bisa lebih mandiri untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya dengan menanam sayur-sayuran di rumah.

" Kalau ada ibu- ibu teriak harga mahal, jengkel saya. Mbok ya ambil 2 - 3 pohon (untuk ditanam  di rumah) kata dia dalam Outlook Agribisnis 2019 di Ritz Carlton, Jakarta , Rabu ( 13/12/2018).


      Dengan adanya lonjakan harga - harga pangan ini, mengapa sampai membuat ibu - ibu berteriak dan menjerit? Inilah yang seharusnya dipahami oleh para penguasa negeri kita. Para ibu- ibu menjerit bukan hanya disebabkan lonjakan harga pangan, akan tetapi karena saking banyaknya tekanan dan himpitan yang mendera serta dialami oleh mereka. Biaya pendidikan mahal, biaya kesehatan mahal, biaya listrik, pajak dan biaya- biaya lainnya pun juga sangat menguras serta membebani pikiran para ibu- ibu.


      Teriakan dan jeritan rakyat terutama para ibu - ibu ini menandakan gagalnya rezim dalam mencukupi kebutuhan pokok rakyat. Rezim gagal dalam meri'ayah umat. Semua ini disebabkan Rezim menganut sistem Kapitalisme sehingga rezim akan terus menyusahkan rakyat dan selalu menghindar serta berkelit dari tanggung jawabnya.

Karena rezim ini telah membiarkan para kafir penjajah untuk mendoktrin para penguasa sehingga memberikan pengaruh - pengaruh buruk pada negeri ini. Rezim ini telah membuka selebar-lebarnya  kebebasan kepada asing dan aseng untuk mengeruk sumber daya alam kita. Tentu rakyatlah yang menjadi korban. Rakyat terus dibohongi tentang keadilan dan kesejahteraan.


      Gambaran dan situasi ini berbeda jauh dikala sistem Islam diterapkan. Islam mampu memberikan jaminan tercukupinya kebutuhan pokok umat dengan beberapa mekanisme  pemenuhannya. Misalnya, dalam sistem Islam kekayaan alam dikelola oleh negara untuk kemaslahatan rakyat. 


      Maka dengan penerapan Syariat Islam pun akan menjadikan dan membentuk seorang pemimpin yang amanah dalam mengurus rakyat. Sebagaimana sabda Rasululloh saw.:

"Imam (pemimpin) itu pengurus rakyat dan akan di mintai bertanggung jawaban atas rakyat yang di urus. (HR. Al Bukhari dan Ahmad).

Disinilah amanah untuk mengurus semua kemaslahatan dan kebutuhan rakyat tidak boleh di dasarkan pada sistem kapitalis, dimana aturan- aturannya hanya didasarkan pada hawa nafsu, kepentingan kaum kafir dan kaum munafik . Allah swt berfirman : 

Hai nabi, bertakwalah kepada Allah Swt dan janganlah kamu mengikuti keinginan kaum kafir  dan kaum munafik. Sungguh Allah adalah Mahatahu lagi Mahabijaksana (TQS. Al Ahzab (33):1).


      Semua keadilan dan kesejahteraan rakyat, hanya bisa terwujud dengan menerapkan Syariat Islam secara total di bawah naungan Khilafah.

Wallohu a'lam bish showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak