Lagi dan lagi, rasa itu kembali mengemuka. Perih, sedih, sakit dan tersiksa menjadi warna-warni kehidupan kaum muslim. Ya, kaum Muslim di seluruh penjuru dunia. Telah tampak nyata begitu banyak pembantaian yang dilakukan oleh orang-orang kafir kepada kita. Sungguh tak masuk di akal manusia, begitu kejinya perlakuan mereka terhadap kita.
Belum sembuh luka lama yang tertoreh, kini luka itu kembali terbuka dan menganga dengan begitu lebarnya. Hingga diri ini tak sanggup lagi menahan derasnya air mata yang keluar dikarenakan sakit yang mendera. Beberapa bulan yang lalu Rohingya telah jelas di depan mata kita dibantai. Sungguh perbuatan yang tidak mencerminkan perilaku kemanusiaan. Tak berselang lama, Ghouta-pun menjerit dengan kerasnya. Namun, yang terjadi adalah dunia seakan sibuk dengan pekerjaannya, tak ada suara sedikitpun untuknya. Mereka pura-pura bisu dan tuli dengan rentetan kejadian tersebut. Seakan-akan pendengaran dan suara mereka raib di telan bumi.
Kemudian fakta yang terbaru terkait dengan kejadian yang diterima oleh saudara-saudara kita di Xinjiang, China. Tertindas, terluka dan tersiksa, mungkin rentetan kata itulah yang menggambarkan rona wajah mereka. Always kaum Muslim yang menjadi korban, lagi dan lagi. Mengapa hal ini terjadi? Terus dan terus saja terjadi tanpa henti.
Kemudahan utang luar negeri Indonesia kepada China diduga membuat pemerintahan Presiden Joko Widodo ogah menyuarakan protes atas kasus dugaan pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) yang terjadi pada kelopok muslim Uighur di Xinjiang, China.
Ketua Majelis Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDem) Syafti Hidayat menduga, hubungan kedekatan antar kedua pemerintahan RI-China saat ini yang membuat Jokowi enggan melakukan protes. Kemudian diduga pula Jokowi tak mau ikut ambil pusing karena saat ini sudah menjelang ajang Pilpres tahun 2019. Terlebih lagi, selama empat tahun ini utang luar negeri Indonesia terhadap China tak bisa dibilang sedikit. Makanya dia menilai sikap pemerintah tersebut hanya karena agar tidak ada kesulitan dalam mengajukan utang kembali. (m.eramuslim.com, 14/12/2018)
Pemerintah China dikenal berlaku diskriminatif terhadap wilayah Xinjiang dan etnis Uighur yang memeluk Islam. Mereka kerap memberlakukan aturan tak masuk akal seperti melarang berpuasa saat Ramadhan tiba, dilarang menggelar pengajian dan sholat berjamaah. Bahkan aparat China secara ketat menempatkan pos-pos pemeriksaan di seluruh wilayah Xinjiang hingga perbatasan. (m.cnnindonesia, 27/12/2018)
Terbaru,pemerintah China membuat kamp-kam konsentrasi yang serupa dengan rumah tahanan besar. Di tempat itulah pemerintah China berupaya untuk mencuci otak kaum Muslim Uighur dan menanamkan paham Komunisme.
Kejadian yang menimpa saudara kita muslim Uighur adalah salah satu rentetan dari berbagai kejadian yang telah menimpa kaum Muslim. Kembali lagi dunia tetap diam seribu bahasa, tak ada suara atau tindakan yang segera dilakukan oleh para penguasa kaum muslim. Kemana para penggiat HAM itu? Nyaris hilang ditelah bumi. Ketika kaum Muslim yang menjadi korban maka suara mereka tidak ada. Tak ada secuil perasaan kemanusiaan dalam diri mereka? Setidaknya karena sesama manusia.
Pandangan Islam
Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW lewat perantara malaikat Jibril. Sempurna dan paripurna, itulah adanya. Tak hanya mengatur masalah ibadah manusia dengan Rabb-nya saja, namun lebih lengkap dari itu. Islam mengatur hal lainnya yaitu hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan dirinya sendiri. Semua itu ada aturan dan tata caranya secara jelas ada di dalam Al Qur’an dan Hadist Nabi SAW.
Terkait dengan kasus di atas maka Al Qur’an dan Hadist telah jelas menerangkan. Hal tersebut tercantum dalam beberapa surat.
“Dan barang siapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja maka balasannya ialah jahannam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan melaknatnya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (TQS. An-Nisa: 93)
Kemudian Sabda Rasulullah SAW, “Bagi Allah, Hancurnya bumi beserta isinya adalah lebih ringan dibanding terbunuhnya seorang muslim.”
“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.” (TQS. Al-Maidah: 32).
Subhanallah, begitu mulia dan berharganya nyawa seorang muslim. Sampai-sampai Allah SWT sendiri berkata akan memberikan azab yang sangat pedih manakala ada orang dengan sengaja membunuh seorang muslim. Bahkan dalam hadist Nabi SAW telah jelas mengatakan bahwa hancurnya dunia ini lebih ringan dari pada terbunuhnya seorang muslim. Begitu luar biasanya penjagaan Islam terhadap nyawa seorang muslim.
Fakta Sejarah
Ada fakta sejarah yang terjadi ketika zaman Rasulullah. Kejadian tersebut adalah tentang pembunuhan. Ada seorang muslim yang terbunuh di Pasar Bani Qainuqa. Pelaku pembunuhannya adalah Yahudi dari Bani Qainuqa. Lelaki muslim tersebut dibunuh karena membela seorang muslimah yang dilecehkan kehormatannya. Saat itu, Rasulullah bersikap tegas. Ketegasan beliau tampak dari pemberian hukuman terhadap pelaku dan pada kelompoknya. Pelaku pembunuhan diberikan sanksi hukuman mati dan bagi kelompoknya diusir dari kota Madinah. Rasulullah melakukan hal tersebut adalah sebagai bentuk penghargaan Islam terhadap nyawa manusia serta perlindungan kepala negara terhadap rakyatnya.
Sungguh kejadian yang semestinya diteladani dan dilakukan. Selama ini kaum muslim selalu saja ditekan, ditindas, dianiaya dan diberikan perlakuan yang tidak manusiawi. Kejadian di atas akan terus dan berulang kembali manakala sistem yang diterapkan bukan berasal dari Islam. Ditambah lagi, dengan tidak adanya institusi yang berdiri untuk melindungi kaum muslim. Karena sejatinya dalam Islam nyawa dan harta akan dijaga dengan sebaik-baiknya. Orang tidak boleh sembarangan dalam hal mengambil barang orang lain tanpa seizin sang pemilik. Begitu pula dengan membunuh, tidak boleh sembarangan dalam melakukannya jika tidak ada alasan yang benar.
Pemimpin dan Institusi
Rentetan kejadian demi kejadian yang menimpa pada kaum muslim di berbagai belahan dunia ini akan semakin menyadarkan kita bahaw umat butuh seorang pemimpin. Pemimpin yang mampu melindungi dan mengayomi rakyatnya, dialah khalifah. Tak hanya itu, umat juga perlu sebuah institusi atau negara yang mampu membela, melindungi serta menjaga mereka dari berbagai tipu daya kaum kafir.
Imam (Khalifah) itu laksana perisai, kaum Muslim diperangi (oleh kaum kafir) di belakang dia dan dilindungi oleh dirinya (HR Muslim).
Adapun dengan pemimpin (Khalifah), sebagaimana dalam hadist Nabi di atas menyebutkan bahwa dia adalah sebagai perisai (junnah). Umat berperang di belakang serta berlindung dengannya. Khalifah adalah pelindung umat dari segala bahaya yang akan menimpa pada harta, jiwa, akal, kehormatan serta agamanya. Sehingga tidak akan mungkin pembunuhan merajalela dan dibiarkan begitu saja.
Sangat jauh berbeda dengan kondisi sekarang, membunuh, menyiksa menjadi hal yang biasa terjadi dan menimpa kepada kaum Muslim. Hal tersebut bahkan dibiarkan oleh para pemimpin Muslim. Menjadi fenomena yang biasa terjadi. Lantas masihkah kita berdiam diri serta membiarkan hal itu terjadi? Dan apakah kita tetap membisu dengan kejadian seperti ini?
Sosok pemimpin yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW adalah yang patut ditiru dan dilaksanakan. Melindungi, menjaga serta meriayah rakyat menjadi kewajibannya yang harus ia lakukan. Karena kelak di Yaumil Akhir akan dimintai pertanggungjawabannya. Semua itu dapat terwujud jika manusia mau menerapkan syariah Islam secara kaffah (menyeluruh). Tentu dengan adanya bingkai atau institusi yang mau menerapkan syariah tersebut secara sempurna. Akhir kata, marilah melangkah bersama, satukan tujuan (berjuang bersama) untuk mewujudkannya agar kehormatan dan nyawa kaum muslim dapat terjaga. Agar kejadian genosida tidak akan pernah terulang kembali, lagi dan lagi. Wallahu A’lam. [ ]
Mulyaningsih, S. Pt
Ibu rumah tangga
Pemerhati masalah anak, remaja dan keluarga
Anggota Akademi Menulis Kreatif (AMK) Kalsel