Oleh: Diah Fita
Setelah kriminalisasi terhadap Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang berujung pencabutan status badan hukumnya. Tidak menyurutkan pihak-pihak pembenci Islam untuk menghentikan aksinya. Al-liwa dan Ar-rayah, bendera Rasulullah SAW juga di kriminalisasi. Puncaknya adalah terjadi aksi pembakaran terhadap Ar-rayah di Garut.
Aksi pembakaran ini menimbulkan reaksi pembelaan yg luar biasa dari umat Islam. Salah satunya diwujudkan dengan berbagai Aksi bela Tauhid di sejumlah daerah dan puncaknya "Reuni 212" pada tgl 2 Desember 2018 kemarin.
Kalimat tauhid adalah kalimat yang mempersatukan umat Islam tanpa melihat keanekaragaman, bahasa, warna kulit, kebangsaan ataupun Mazhab. Dengan kalimat tauhid, umat Islam paham bahwa Allah SWT dan rasulnya telah mewajibkan mereka untuk bersatu. Allah SWT pun berfirman yg artinya, "Sungguh kaum mukmin itu bersaudara"( QS Al-Hujarat ayat10).
Kalimat tauhid juga adalah simbol kebangkitan Islam pada saat kondisi masyarakat jahiliyah saat itu, Islam hadir untuk membuat manusia bangkit sesuai dengan fitrah kemanusiaannya dan terbukti pada saat itu Islam bangkit dan berhasil diterapkan di Madinah.
Kalimat Tauhid juga simbol kemenangan Islam dan kemenangan Islam bukan sekedar atas usaha manusia namun kunci kemenangan adalah adanya pertolongan Allah SWT. Pertolongan Allah SWT akan diturunkan ketika terdapat kesabaran dan ketaqwaan yang penuh pada perintah Allah SWT.
Karena itu aksi bela Tauhid 212 mesti menjadi momentum untuk memperkuat kembali persatuan umat Islam, persatuan yang akan membangkitkan umat. Dengan itu umat Islam kembali menjadi umat yang terbaik yang memimpin umat manusia yang kini berada dalam kehancuran.
Wallahu'alam bish shawab