Ibuku Madrasah Pertamaku


Oleh : Lilik Yani 


Ibu adalah sosok mulia yang perannya tidak dapat digantikan oleh siapapun. Kasih sayangnya..perhatiannya, meski terkadang kita harus menerima ocehannya setiap hari, yang menuntut kita melakukan sesuatu. Terkadang juga memarahi kita jika tidak menuruti nasehatnya. 

Namun..jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, tiada pernah berhenti untaian doa yang beliau lantunkan dengan tulus untuk buah hatinya. Dibalik kemarahannya ada pelukan sayang. Dibalik air matanya ada harapan dan cinta. 


Begitu besar peranan seorang wanita yang mendapat predikat menjadi seorang ibu bagi anak-anaknya, menjadi ibu bagi keluarganya. Hingga seorang ibu mendapat gelar madrasatul uula (sekolah pertama) bagi anak-anaknya,sebelum anak-anak berguru pada ustadz/ustadzah TPA atau di sekolah umum. Mereka lebih dulu berguru kepada ibunya. Sehingga kecerdasan, keuletan, kasabaran dan karakter tangguh seorang ibu akan ikut mewarnai masa depan anak.


Jika kita mendapati anak yang pandai atau berprestasi, maka muncul pertanyaan, anaknya siapa?. Biasanya yang disebut adalah nama bapaknya. Padahal kalau kita telaah lebih dalam, seorang anak..baik laki-laki maupun perempuan yang berprestasi, atau menjadi ulama cendekiawan, atau menjadi tokoh-tokoh ternama..akan lebih tepat jika ditanyakan lebih dulu..”Siapa ibunya?” Karena ibu yang memiliki peran besar dalam membentuk watak, karakter dan pengetahuan seorang anak.


Kita ingat sejarah..bagaimana ibu Imam Syafi’I yang begitu gigih mengantarkan Syafi’I kecil untuk menuntut ilmu di negeri yang sangat jauh tempatnya. Berkat kesabaran, kegigihan dan semangat pantang menyerah, mendorong buah hatinya untuk selalu belajar, hingga akhirnya berbuah manis. Syafi’I kecil yang yatim karena ditinggal ayahnya wafat, berkat keuletan dan motivasi ibundanya, berhasil menjadi Imam besar yang disegani sampai sekarang.


Menjadi ibu merupakan gelar yang sangat mulia. Hingga Allah menempatkan penghormatan kepada ibu (orang tua) seperti dalam QS Luqman: 14 

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam 2 tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepadaKulah kalian akan kembali.”


Dalam ayat tersebut, ibu mengalami tiga macam kepayahan yaitu saat mengandung (hamil), melahirkan kemudian menyusui. Selain itu dalam sebuah hadist disebutkan : Dari Abu Hurairah ra, seseorang datang kepada Rasulullah saw dan berkata: 

“Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti? Rasulullah menjawab : Ibumu! Orang tersebut bertanya kembali : Kemudian kepada siapa lagi? Rasulullah menjawab : Ibumu! Orang tersebut bertanya kembali : Kemudian siapa lagi? Rasulullah menjawab : Ibumu! Orang tersebut bertanya kembali : Kemudian siapa lagi? Rasulullah menjawab : Kemudian Bapakmu! (HR. Bukhari No 597 dan Muslim No 2548)


Dalam hadist tersebut, Rasulullah saw menyebut kata “Ibu” sebanyak tiga kali. Sementara kata“Bapak” satu kali. Karena kesulitan menghadapi masa hamil, kesulitan ketika melahirkan dan menyusui, juga dalam merawat anak-anak..hanya dialami oleh seorang ibu.

Peran ibu yang begitu mulia dan terhormat..namun masih banyak yang menganggap remeh.


Sehingga saat ditanya.. “Apa pekerjaanmu?” Banyak yang menjawab..Ahh,saya hanya ibu rumah tangga (dengan rasa malu-malu dan tidak percaya diri).


Banggalah menjadi ibu rumah tangga, karena sesungguhnya ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang sebetulnya diwajibkan oleh Allah. “Dan hendaklah kalian (kaum perempuan) tetap tinggal di rumahmu… “ QS Al Ahzab: 33


Begitu tingginya peran dan kedudukan seorang ibu, maka kewajiban bagi kita untuk memuliakan ibu di setiap kesempatan. Bukan sekedar ucapan..selamat hari ibu, seperti ajaran barat yang tidak ada dalil syara dan teladan dari Rasulullah saw. 


Mari kita bahagiakan ibu kita, selagi beliau masih ada di antara kita. Jangan sekali-kali menyakiti hati ibu apalagi menelantarkan dengan menitipkan di panti jompo dengan alasan kesibukan kita. Dosa besar jika kita durhaka kepada orang tua, terutama ibu. Beliau yang sudah melahirkan kita. Kemudian mengajari kita segala sesuatu dan mengenalkan kita tentang adanya Allah Pencipta dan Pengatur seluruh alam semesta ini. 


Maka dari itu kita harus berupaya membahagiakan ibu kita dan mohon ridlonya. Karena Ridlo Allah tergantung kepada ridlo orang tua (ibu). Jika kita bisa meraihnya maka hidup kita akan tenang dan selamat dunia akherat. In syaa Allah.



Surabaya, 13 Desember 2018


#HadiahBuatIbu

#IbukuMadrasahPertamaku


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak