Oleh: Chezo
Hari ini, ramai orang membicarakan tentang sosok seorang ibu. Seorang wanita yang dari rahimnya kita terlahir ke dunia. Bahkan tak jarang seorang ibu akan mengorbankan kebahagiaan dirinya sendiri untuk kebahagiaan anaknya.
Mungkin kini kita terlupa akan masa kecil yang pernah kita lalui, namun seorang ibu tak lupa saat sang anak mulai memanggilnya untuk pertama kali. Karena baginya itulah saat ketika sang anak pertama kali memanggilnya “Ma-ma...”
Panggilan itu begitu indah didengar di telinga ibu manapun. Panggilan yang mengikat dua hati dan tak akan pernah putus, hingga kapan pun.
Setiap anak sesungguhnya telah merasakan keistimewaan seorang ibu. Karena ibu adalah orang yang telah mengandung dirinya dengan susah payah selama sembilan bulan, melahirkannya dengan resiko kehilangan nyawa, menyusui, mendidik, dan membesarkannya hingga kini.
Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berwasiat kepada manusia untuk taat kepadanya, seperti juga Rasul-Nya telah berpesan agar kita senantiasa berbakti kepadanya.
Ibu adalah tempat menumpahkan segala bakti dan pemuliaan, tanpa membedakan apakah ia baik atau tidak. Bahkan meskipun si ibu adalah seorang pelaku maksiat dan kafir.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ﻭَﻗَﻀَﻰٰ ﺭَﺑُّﻚَ ﺃَﻟَّﺎ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﺍ ﺇِﻟَّﺎ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﻭَﺑِﺎﻟْﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻦِ ﺇِﺣْﺴَﺎﻧًﺎ ۚ ﺇِﻣَّﺎ ﻳَﺒْﻠُﻐَﻦَّ ﻋِﻨﺪَﻙَ ﺍﻟْﻜِﺒَﺮَ ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺎ ﺃَﻭْ ﻛِﻠَﺎﻫُﻤَﺎ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻘُﻞ ﻟَّﻬُﻤَﺎ ﺃُﻑٍّ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻨْﻬَﺮْﻫُﻤَﺎ ﻭَﻗُﻞ ﻟَّﻬُﻤَﺎ ﻗَﻮْﻟًﺎ ﻛَﺮِﻳﻤًﺎ
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. ” (QS. Al Isra : 23)
Di sini kita bisa melihat betapa indahnya bahasa Alquran. Ketika ia berpesan kepada kita untuk berbakti kepada orang tua, terutama sang ibu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ﻭَﻭَﺻَّﻴْﻨَﺎ ﺍﻟْﺈِﻧﺴَﺎﻥَ ﺑِﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻪِ ﺣَﻤَﻠَﺘْﻪُ ﺃُﻣُّﻪُ ﻭَﻫْﻨًﺎ ﻋَﻠَﻰٰ ﻭَﻫْﻦٍ ﻭَﻓِﺼَﺎﻟُﻪُ ﻓِﻲ ﻋَﺎﻣَﻴْﻦِ ﺃَﻥِ ﺍﺷْﻜُﺮْ ﻟِﻲ ﻭَﻟِﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻚَ ﺇِﻟَﻲَّ ﺍﻟْﻤَﺼِﻴﺮُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman : 14)
Imam Asy Syarbini, seperti juga dikatakan Syaikh Muhammad bin Amin, “Ibu disebutkan secara khusus karena menanggung beban berat dan banyak dari rasa sakit dan kesulitan dalam melahirkan, menyusui, dan mengasuh.” Ar Razi mengatakan, “Karena itu hak ibu lebih agung.”
Dikatakan bawa seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu berkata:
ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺇِﻧِّﻰ ﺟِﺌْﺖُ ﺃُﺭِﻳﺪُ ﺍﻟْﺠِﻬَﺎﺩَ ﻣَﻌَﻚَ ﺃَﺑْﺘَﻐِﻰ ﻭَﺟْﻪَ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺍﻟﺪَّﺍﺭَ ﺍﻵﺧِﺮَﺓَ ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺃَﺗَﻴْﺖُ ﻭَﺇِﻥَّ ﻭَﺍﻟِﺪَﻯَّ ﻟَﻴَﺒْﻜِﻴَﺎﻥِ . ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﺎﺭْﺟِﻊْ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻤَﺎ ﻓَﺄَﺿْﺤِﻜْﻬُﻤَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﺃَﺑْﻜَﻴْﺘَﻬُﻤَﺎ .
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya datang ingin berjihad bersamamu, mencari wajah Allah dan (surga) di kehidupan akhirat, dan sesungguhnya kedua orangtua saya benar-benar menangis. Beliau Rasulullah menjawab: “Kembalilah kepada keduanya, buatlah mereka berdua tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka menangis.” (HR. Abu Daud)
Peringatan hari ibu setidaknya memberi hikmah kita diingatkan kembali, seberapa besar perhatian kita kepada ibu kita. Selayaknya bukan hanya untuk satu hari saja memikirkan kebaikan ibu, tapi di setiap hari, bahkan setiap kali helaan nafas hidup. Karena seberapapun banyaknya harta kekayaanmu, tak akan pernah bisa lunas untuk membayar kebaikan ibu. Maka, buatlah beliau tersenyum bahagia.