Hati-hati dengan Bohong

Oleh: Yuni Nuryani


Bohong, kata Raghib al-Ashfahani, pangkalanya adalah ucapan. Dinamakan bohong karena ucapan seseorang yang menyelisihi apa yang ada dalam hatinya. Bohong atau dusta termasuk perbuatan tercela.


Umat telah sepakat bahwa bohong atau dusta itu haram. Karena bohong juga bisa bermakna menggambarkan sesuatu yang menyelisihi kenyataan. Banyak dalil atas keharaman berbohong.


Dalil yang mengharamkan berbohong, diantaranya. Sabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya jujur itu membawa kebaikan dan kebaikan mengantarkan ke dalam surga.. Bohong itu membawa kejelekan dan kejelekan itu mengantarkan kedalam neraka".(HR.Al-Bukhari dan Muslim)


Apabila bohong atau dusta itu dilakukan oleh seorang pemimpin kepada rakyatnya. Dosanya pasti lebih besar, pasalnya korban atas kebohongan pemimpin adalah semua rakyat yang jumlahnya puluhan juta bahkan ratusan juta orang.


Yang lebih parah adalah membuat kebohongan atau kedustaan terhadap agama Islam. Artinya mendustakan Allah SWT dan Rasul-Nya. Hal ini pun tegas tercela dan haram.


Orang-orang yang beriman tentu akan takut untuk berbohong. Apalagi berbohong atau mendustakan Allah SWT dan Rasul-Nya. Azab di akhirat amat besar bagi pelakunya, apalagi jika pelakunya seorang pemimpin.


Mereka yang suka berbohong terkategori munafik. Jika yang berbohong seorang pemimpin berarti dia pemimpin munafik. Orang yang munafik memiliki sifat atau ciri-ciri, sebagaimana sabda Rasulullah SAW,"Ada tiga tanda orang munafik; jika berbicara, berdusta; jika berjanji, ingkar; jika dipercaya, khianat"(HR.Al Bukhari dan Muslim).


Sayang, hampir semua ciri kemunafikan ada pada penguasa saat ini, di negri ini. Padahal, semua perbuatan dan ucapan akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT.


Wallahu'alam bish shawab

45Zahra

Ibu, Istri, Anak, Pribadi pembelajar yang sedang suka menulis.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak