Hak Pilih Bagi Orang Gila, Bikin Geleng-geleng Kepala

Oleh : Mia Ummu Faqih 

(Anggota Revowriter)


Masyarakat kembali dibuat heran dan bertanya-tanya. Apakah logika bisa hilang begitu saja, atas nama hak warga negara. Terpampang di depan mata bahwa demi meraih suara orang bisa menggunakan segala cara. Bagaimana bisa, orang dengan gangguan jiwa diminta untuk memilih kepala negara. 


Hal ini terkait dengan keputusan dari Mahkamah Konstitusi (MK) yang memperbolehkan tuna gharita atau dikenal dengan disabilitas mental menggunakan hak pilihnya saat mendatang (Okezone.com, 22/11/18).


Berbagai tanggapan pun muncul terkait dengan keputusan ini. 

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, TB Ace Hasan Syadzily menyambut baik keputusan MK ini.

Menurutnya, hak memilih merupakan hak dasar warga negara.


Berbeda dengan TB Ace, Direktur Advokasi dan Hukum Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Sufmi Dasco Ahmad tidak setuju bila orang dengan gangguan jiwa diberikan hak pilih dalam Pemilu. Pasalnya, orang yang mengalami gangguan jiwa bisa asal-asalan mencoblos dan tidak mengetahui siapa yang mereka pilih (Merdeka.com,20/11/18).


Sebagai warga negara yang menjadi sasaran perebutan suara, rakyat harus cerdas dan kritis dalam menyikapi. Semata agar rakyat dapat mengambil langkah yang tepat dalam perhelatan ini. Jangan sampai tidak menyadari ketika dibodohi. Bahkan dikhianati. Suara mereka begitu berharga. Sampai-sampai mereka harus mendapatkan suara dari orang gila. untuk menentukan masa depan bangsa dan negara. Bukan hanya dunia, tapi juga akhirat mereka.


Realita adalah bukti nyata bahwa dalam demokrasi, menghalalkan segala cara sudah menjadi tradisi. Berbagai strategi akan dicari. Agar tujuan bisa dicapai. Mulai dari yang bisa dimengerti hingga yang membuat logika mati. Seakan-akan peduli padahal mengkhianati.


Suara rakyat yang diberikan dengan sepenuh jiwa, ternyata hanya menjadi alat semata. Rakyat hanya dijadikan jembatan untuk meraih kekuasaan. Tetapi ketika kekuasaan sudah didapat, kepentingan rakyat tidak lagi diingat. Apalagi dilihat. Sungguh tragis nasib rakyat.


Bagi para penghianat ini yang penting adalah bagaimana memperkaya diri sendiri. Membalas budi para cukong kapitalis yang sudah memdanai. Dengan membuat kebijakan jahat yang menyengsarakan rakyat. Tak peduli meskipun rakyat sekarat. 


Kurang bukti apalagi? Rakyat harus segera menyadari bahwa demokrasi bukanlah solusi. Justru berbagai kesulitan yang dihadapi rakyat bersumber dari demokrasi. Penguasa sesungguhnya dalam demokrasi bukanlah rakyat. Tapi para pemilik kapital yang berada di belakang penguasa. 

 

Tidak ada istilah makan siang gratis dalam demokrasi. Modal yang telah diberikan, menuntut balasan setelah mendapat kekuasaan. Balasan yang menimbulkan kesengsaraan dan kerusakan.


Saatnya, campakkan demokrasi. Buang sistem hukum buatan manusia. Dan kembali pada sistem buatan sang pencipta. Allah SWT.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam kitabNya yang mulia :


الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا


“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kusempurnakan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridai Islam sebagai agama bagimu.”

(QS : Al Maidah [5] : 3)


Wallahu a'lam bish-shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak