Guratan Rindu Anak Jalanan Tertutup Malu

Oleh : Wida Aulia 


Setiap azan berkumandang, aku pasti menuju rumahku yang tak jauh dari tempatku bekerja untuk menunaikan shalat fardu. Kakiku lesu berjalan di bawah terik mentari yang sangat panas waktu itu. Melangkah gontai menyusuri jalan berbatu di kampungku. Tak sengaja mataku melihat sosok kecil lusuh di samping pintu gerbang masjid depan rumahku. 


Dekil dan kumel yang kulihat pada anak itu. Pasti anak jalanan pikirku, jangan-jangan dia mau mencuri sandal jamaah yang sedang shalat di masjid itu atau jangan – jangan mau mencuri kotak amal. Hemm, harus aku awasi gerak gerik anak mencurigakan di seberang jalan situ. Tapi sosok anak itu tak jua berlalu ataupun masuk ke area masjid saat shalat sudah berlangsung. Aku makin penasaran dan mulai merasa jemu mengintai anak itu dari balik pintu rumahku.


Kemudian muncul niat dibenakku untuk menghampiri anak itu. “ Hai, apa yang kamu lakukan disini? Kamu mau mencuri sandal atau kotak amal masjid ya?” tanyaku tanpa rasa ragu. 

“Semua orang selalu bertanya seperti itu padaku ” jawab anak itu sendu. Aku merasa bersalah karna membuatnya bersedih bahkan kemudian dia menangis tersedu. 


“ Lalu apa yang akan kau lakukan dengan mengintai ke dalam arena masjid terus?”. Tanyaku lagi pada anak dekil itu dengan lebih sedikit lembut.

“ Aku hanya ingin bersujud menghadap Rabbku, aku rindu berada di masjid itu. Dimana 5 tahun yang lalu aku selalu berada di dalamnya bersama ayahku. Namun tak ada seorangpun yang percaya padaku. Semua mengira aku ingin mencuri dan hanya akan mengotori masjid yang suci itu. Sungguh aku hanya ingin bertamu ke rumah Rabbku, mengadukan keluh kesahku karna ditinggal pergi kedua orang tuaku. Aku rindu, rindu keluarga dan rindu bersujud pada Rabbku”.


Aku tertegun, lidahku kelu. Wajahku tersipu malu karna telah mencurigai anak itu. Setelah anak itu bercerita kisah hidupnya padaku, baru aku tahu bahwa dia adalah anak yatim piatu yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya saat kecelakaan. Kemudian dia tinggal terlunta-lunta menjadi anak jalanan. Hingga akhirnya dia dapat kembali menemukan kampung halamannya dengan melihat masjid itu. 


Aku terharu, mendengar kisah pilu dari anak berusia 8 Th itu. Aku melihat guratan rindu yang terlukis di raut wajahnya yang sendu. Guratan rindu yang tertutup rasa malu. Rindu ingin bersujud menghadap Allah yang telah memberinya hidup seberat itu. Namun aku lebih takjub dengan ketegaran dan keikhlasannya menghadapi ujian yang bagiku sangat berat dipikul anak umur segitu.


Aku malu yang telah curiga padanya hanya karna melihat penampilan yang kotor dan dekil penuh debu.  Kamipun berlalu, aku membawanya masuk dalam rumahku dan memandikannya hingga bersih dan harum. Kemudian aku menceritakan tentang anak itu pada ibuku, dan ternyata ibuku tahu siapa anak itu. Dan kami pun mengantarkannya menuju rumah keluarganya yang selama ini mencarinya tak kenal waktu. Akhirnya anak itu dapat bertemu dengan nenek, kakek dan keluarganya pun bersatu. Satu pertanyaan yang membuat aku termenung adalah bagaimana anak itu melewati hari-harinya di jalanan selama 5 tahun berlalu?. Sendirian tanpa sanak saudara apalagi seorang ibu. Semua itu membuat aku terpaku dan tersadar untuk selalu mensyukuri nikmat yang telah Allah beri padaku.


Kesabaran dan torehan rindu dihatinya yang selalu terpaut pada masjid dan terikat pada Allah,  telah membuat Allah membuka pintu rahmat bagi anak itu untuk bertemu dengan keluarganya meski tanpa ayah dan ibu. 


Semoga anak itu dapat menjadi penolong bagi almarhum orang tuanya yang telah mengajarinya mencintai Allah sejak kecil. Kini guratan rindu itu telah sirna dan berganti cahaya yang menyejukkan kalbu.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak