Oleh : Ade Irma (Aktivis Revowriter)
Di tengah carut-marutnya Indonesia dengan segala problematikanya. Seakan tiada habisnya penderitaan rakyat Indonesia. Penderitaan yang terus menerus terulang setiap tahunnya. Mulai dari kelaparan, kemiskinan, kekeringan, pengangguran hingga saat ini angka kriminalitas di Indonesia semakin meningkat sebab faktor ekonomi.
Kita lihat saat ini berita bunuh-membunuh semakin tak ada hentinya. Seolah nyawa tak berarti lagi, ditambah lagi dengan harga kebutuhan pokok saat ini melonjak naik. Pemerintah mencoba mencariopi solusi berbagai permasalahan tersebut, namun hingga saat ini belum ada jalan keluar pasti yang bisa menyudahi derita rakyat Indonesia.
Namun di balik segudang permasalahan dalam negeri Indonesia. Di belahan dunia saat ini sedang mengalami perpecahan, perang dan krisis melanda terutama di negeri muslim salah satunya di negeri Yaman. Bukan tidak berarti kita tidak harus peduli dengan saudara kita. Sebab mereka bagian dari kita. Bagian dari tubuh umat Islam.
Saat ini keadaan Yaman sangat mencekik, anak-anak Yaman menjerit karena kelaparan. Dilansir dari seramedi.org, 23/11/18, menurut angka PBB, sekitar 85.000 anak-anak Yaman yang berusia kurang dari lima tahun telah meninggal karena kekurangan gizi sejak konflik di Yaman bermula pada 2015.
Badan bantuan Save the Children pada Rabu (21/11)selain serangan udara, koalisi Arab Saudi telah memberlakukan sanksi ekonomi dan blokade terhadap Yaman, yang berkontribusi pada krisis kemanusiaan yang semakin parah. Menurut PBB, 14 juta orang akan segera berada di ambang kelaparan.
Angka yang sangat luar biasa besarnya. Mengingat bukan hanya krisis kekurangan gizi saja yang melanda rakyat Yaman. Namun juga krisis kelaparan serta kekurangan air. Bisa kita bayangkan seberapa menderitanya rakyat Yaman saat ini. Permasalahan yang tak berkesudahan terus-terusan menghantui mereka.
Padahal sejatinya narasi dibalik permasalahan Yaman yaitu disebabkan oleh peperangan antar kelompok (sektarian), antara Muslim Sunni dengan Muslim Syiah. Hal yang kemudian hari dimanfaatkan Barat untuk memprovokasi salah satu pihak. Maka sebenarnya perang di Yaman saat ini bukanlah konflik berbasis sektarian. Tetapi sektarianisme yang digunakan Barat dan anteknya sebagai alat politik untuk mencapai tujuan kebijakan luar negerinya di negara tersebut. Cara yang sama yang digunakan dalam perang Irak dan Suriah.
Kekuatan Barat dalam menggoreng ‘narasi sektarianisme’ tampaknya berhasil masuk ke pemikiran umat, seolah permasalahan ini hanyalah biasa terjadi. Hingga membuat kaum Muslim abai, seolah permasalahan Yaman hilang ditelan bumi.
Padahal narasi ini kerap kali digunakan sebagai salah satu strategi kolonialisme mereka di dunia Muslim. Tujuannya untuk mengokohkan hegemoni Barat dengan cara memecah belah wilayah kaum Muslimin, menimbulkan ketidakstabilan dan konflik antara Muslim untuk membenarkan intervensi, interferensi politik, dan kolonisasi yang terus berlanjut untuk kepentingan politik dan ekonomi.
Sektarianisme juga digunakan untuk menyebarkan keyakinan rusak bahwa kebencian yang mengakar antara Muslim Sunni dan Syiah berarti mereka tidak akan pernah bisa bersatu dalam satu negara, untuk menghalangi penyatuan tanah Muslim. Semua cara ini dilakukan Barat untuk mencegah berdirinya institusi Islam.
Padahal umat Islam itu wajib bersatu. Karena umat Islam adalah satu tubuh. Sebagaimana Rasulullah bersabda : “Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]
Seorang muslim dengan muslim lainnya merupakan satu-kesatuan tubuh. Ketika salah satu bagian tubuh terluka, maka tubuh lainnya akan merasakan sakitnya juga. Namun berbeda saat ini. Dimana kaum muslimin dipecah belah, disekat-sekat satu dengan lainnya karena sekat Nasionalisme. Merasa bahwa permasalahan orang lain bukanlah urusannya. Terfokus hanya pada permasalahan individu masing-masing.
Sesungguhnya Islam , baik dari sisi budaya, sejarah dan warisannya merupakan faktor pemersatu umat yang mengikat umat Islam di dunia Muslim. Sementara sistem sekuler yang diberlakukan di Barat telah mengeksploitasi perbedaan untuk tujuan politik. Islam selalu memerintahkan umatnya berusaha untuk membangun ikatan persaudaraan Muslim yang kuat. Maka umat butuh kekuatan global dan butuh institusi yang mampu menghentikan konflik yang tak berkesudahan dan mempersatukan kaum muslimin dalam sebuah nauang institusi Islam. Yang nyatanya dalam sejarah institusi ini mampu menjaga keharmonisan antar kelompok selama berabad-abad lamanya. Maka derita Yaman, hanya bisa ditolong dengan kekuatan global yaitu tegaknya institusi Islam bernama Khilafah 'ala minhajin nubuwah. Inilah sejatinya perisai dan pelindung kaum Muslimin di seluruh dunia.