Cerita Duka dari Selat Sunda


Oleh; Zakiyah Almanaf


Kabar duka kembali menyapa, innalillahi wa inna ilaihi rojium. Kali ini datang dari dua tempat bersamaan. Kabar datang dari Lampung dan Banten tepatnya di pantai Anyer perairan Selat Sunda. BMKG menyatakan musibah yang terjadi di Anyer, Banten adalah gabungan dari gelombang tinggi dan tsunami. Tinggi gelombang air laut disebut mencapai 3 meter.


"BMKG sebelumnya memberikan warning ancaman tinggi gelombang Selat Sunda 2 meter, kalau ditambahkan setinggi 3 meter. Pada jam sama gelombang tsunami 0,9 meter, bisa disimpulkan sekitar 3 meter tentunya menyebabkan bagaimana tsunami masuk ke daratan," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono di Kantor BMKG, Jakarta Pusat, Minggu (23/12/2018).


Tak urung duka mendalampun dirasakan keluarga korban. Ungkapan duka cita dan doa pun terus mengalir, mengingat jumlah korban yang terus bertambah banyak. Penanganan darurat terus dilakukan di daerah yang terdampak tsunami di kawasan Pantai Anyer, Banten dan Lampung Selatan. Jumlah korban meninggal dunia yang ditemukan terus bertambah, kini mencapai 281 orang.

"Data sementara yang berhasil dihimpun Posko BNPB hingga 24/12/2018 pukul 07.00 WIB, tercatat 281 orang meninggal dunia, 1.016 orang luka-luka, 57 orang hilang dan 11.687 orang mengungsi. Kerusakan fisik meliputi 611 unit rumah rusak, 69 unit hotel-vila rusak, 60 warung-toko rusak, dan 420 perahu-kapal rusak," kata Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya, Senin (24/12).


Musibah jadi Muhasabah 

Bagi seorang muslim hendaklah senantiasa melakukan muhasabah, dalam keadaan tenang ataupun ketika terjadi musibah. Musibah yang terus menerus terjadi hendaklah menjadi renungan bagi manusia. Betapa kematian itu dekat, datang secara tiba-tiba tanpa bisa kita prediksikan. Seperti musibah yang terjadi di pantai anyer, tak ada seorangpun yang mengira akan terjadi bencana bahkan BMKG sekalipun tidak mampu memprediksi akan datangnya tsunami. BMKG hanya memprediksi akan terjadi gelombang besar bukan tsunami.


Sehingga manusia asik dan sibuk dengan aktifitasnya dengan kepentingannya sampai akhirnya bencana itupun datang. Meluluhlantakan semua yang tersapu ombak, merenggut jiwa-jiwa yang Allah kehendaki. Wahai manusia tidakkah jadi renungan, bencana  demi bencana terus terjadi namun kenapa kalian masih lalai. Padahal kematian senantiasa mengintai, lantas apa yang sudah dipersiapakan. Kemaksiatan masih asik dilakukan tanpa pernah berfikir akibat yang di dapatkan.


Semoga musibah yang terjadi di pantai anyer menjelang akhir tahun menjadi peringatan untuk senantiasa ingat kematian, mempersiapkan diri dan berusaha untuk taat. Karena seperti yang sering kita ketahui pantai anyer setiap tahunnya adalah tempat yang senantiasa tidak pernah sepi dari perayaan. Ribuan orang datang untuk merayakan pergantian tahun, berbagai macam hiburan dilakukan. Panggung-panggung musik menggelar konser besar yang diliputi berbagai macam kemaksiatan. Campur baur, perzinahan, pesta miras dan sekelumit aktifitas maksiat.


Semoga tahun ini tidak ada aktifitas-aktifitas maksiat yang bisa mengundang turunnya bencana. Baik maksiat secara terang-terangan ataupun maksiat karena kelalaian dan keengganannya dalam menerapkan hukum Allah. Padahal Allah sudah mengingatkan dalam firmanNya; 

"Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berada) di atas langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?, atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berada) di atas langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?” (QS. Al Mulk: 16-17)


Allah Maha kuasa, Allah maha berkehendak, kekuasaan Allah meliputi  langit dan bumi. Allah menampakan ke Maha KuasaanNYA dalam satu kejadian. Di mana peristiwa yang sama menimpa orang yang berbeda dengan keadaan berbeda pula.  Pada saat terjadi gelombang tsunami di Anyer ada dua kejadian yang berbeda, yang satu acara gathering yang menyuguhkan konser musik diiringi teriakan, jingkrak-jingkrak dan pesta pora. Maka Allah pun menyapu tempat tersebut dengan tsunami. 


Hampir di tempat bersamaan anak-anak sedang melakukan murajaah penjagaan terhadap hapalan Al Qur'annya, maka Allah pun menjaga mereka. Kejadian ini cukup memberi pelajaran kepada manusia, kebiasaan apa yang senantiasa dilakukannya maka dengan itu pula dia berakhir. Sungguh merugi orang yang tidak bisa memetik pelajaran dari setiap kejadian. Padahal berulang kali Allah mengingatkan dan menegur hambaNya. Jangan sampai manusia  terlambat menyadari, terlambat untuk kembali taat kepada Allah. Hingga akhirnya Allah menenggelamkan manusia dalam keadaan maksiat. Naudzubillah

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak