Oleh : Ummu Aqeela
Dewasa ini tantangan yang dihadapi umat Islam Indonesia menyangkut persoalan modernisasi dan regenerasi. Modernisasi memang tidak sepenuhnya negatif, tetapi perlu diantisipasi dampak negatifnya. Modernisasi yang cenderung ke Barat-baratan (Westernisasi) dan sekularisasi harus segera ditepis, misalnya kecenderungan materialisme, individualisme, dishumanisme, dan segala macam isme yang bertentangan dengan Islam. Tanpa membenduang derasnya arus modernisasi, maka umat Islam akan hanyut dalam budaya sekuler dan tenggelam dalam tradisi jahiliyyah kedua.
Seperti peristiwa jahiliyah yang baru-baru ini terkuak, sebanyak 17.000 remaja di Jateng terindikasi mengidap HIV/AIDS, fenomena ini terjadi disinyalir karena hubungan sesama jenis antara laki-laki dan laki-laki. Setelah diselidiki temuan perilaku menyimpang ini dilakukan oleh begitu banyak remaja karena mereka beranggapan bahwa perbuatan itu jauh dari resiko kehamilan, resiko besar yang mereka tidak mau menanggung jika dilakukan dengan lawan jenis atau wanita. Menelisik dari data Kemenkes, 47.514 pengidap HIV/AIDS yang berada di Jateng. Dari jumlah sebanyak itu baru 23.603 atau 49,7 % kasus yang berhasil ditangani atau ditemukan KPA Jateng. Dan merujuk dari jumlah tersebut sekitar 1.672 orang telah dinyatakan meninggal dunia akibat virus yang menyerang kekebalan tubuh tersebut. ( Merdeka.com 30/11/2018 )
Inilah yang terjadi jika pemahaman sekuler sudah mendarah daging di benak sebagian remaja di Indonesia. Pemahaman yang menjauhkan manusia dari penciptaNYA, pemahaman yang berpijak diatas kesenangan duniawi belaka. Bagaimana tidak mungkin paham ini bercokol dengan kuatnya jika tontonan di media televisi ataupun media sosial dipenuhi dengan promosi manusia-manusia yang berperilaku menyimpang ini. Bahkan tidak sedikit pula dari public figur ini dijadikan rujukan setiap tingkah lakunya untuk ditiru sebagian besar kaum temaja. Ajang di semua media pun seolah dijadikan fasilitas promo perilaku menyimpang yang mereka anggap sebagai Hak Asasi Manusia. Hak Asasi yang mereka agung-agungkan sebagai pembenaran segala perbuatan mereka. Hak Asasi yang mereka gaungkan pun sudah kebablasan, hanya disandarkan dengan apa-apa yang disukainya bukan disandarkan pada syariat Islam. Karena sejatinya manusia cenderung melihat baik terhadap sesuatu yang disukainya dan begitupun sebaliknya mengganggap buruk sesuatu yang dibencinya. Itulah jika segala sesuatu dilihat dari kacamata manusia bukan kacamata Allah.
Bagaimana membendung kecenderungan negatif dari peristiwa tersebut diatas?. Di sini perlunya memberikan pendidikan Islam sejak dini bagi generasi muda Islam yang meliputi aqidah, syari’ah dan akhlaq. Pendidikan itu harus ditanamkan sejak dini dan mulai dari keluarga, lingkungan masyarakat, dan sekolah. Disini pembinaan ummat/ generasi menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Dalam pandangan Islam perilaku sex menyimpang adalah dosa besar karena menyalahi fitrahnya seorang manusia. Perilaku menyimpang ini dapat berdampak yang sangat luar biasa baik itu dalam moral, aqidah, akhlaq maupun kehidupan sosialnya. Dan Allah swt pun sudah dengan tegas melaknat dan mengharamkan perilaku umat Nabi Luth yang tertulis dengan jelas dalam QS Al A’raf 80-81. Ini menjadi tugas kita semua sebagai umat untuk saling menjaga, mulai dari keluarga, lingkungan sosial bahkan negarapun juga mempunyai peran yang sangat besar. Kembali kepada agama yang benar dan penerapan yang benarlah kunci penyelesainnya. Karena hanya Allah dan aturanNYA yang memuliakan seluruh umatnya.
Wallahu’alam Bishowab