Oleh : Ifa Mufida
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ternyata belum kapok melakukan kesalahan yang sama. Mungkin ini adalah kebodohan yang ke sekian kalinya. Setelah gagal faham dengan promosi kalau partainya akan menolak perda syariah, kemudian terjadi polemik akibat seruan larangan poligami, sekarang melakukan keunikan dengan instruksi "selamat natal".
Diberitakan oleh detic.com hari ini bahwa PSI menginstruksikan semua kadernya mengucapkan selamat natal kepada umat nasrani. Semua kader, termasuk yang muslim diminta melaksanakan instruksi ini. "Saya instruksikan kepada seluruh anggota, kader, pengurus dan Caleg PSI yang beragama muslim agar mengucapkan selamat Natal dan bersilaturahim kepada kawan-kawan beragama Kristen dari partai manapun dan dari pendukung capres siapapun. Jadikan Natal sebagai momentum mempererat ikatan solidaritas kebangsaan kita yang nampaknya mulai tercabik-cabik," kata Sekjen PSI Raja Juli Antoni dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/12/2018).
Sepertinya PSI belum kapok setelah polemik tentang poligami dimana akhirnya satu per satu personilnya mengundurkan diri. Bisa jadi ini akan menjadi pertanda semakin dekatnya kehancuran partai ini dengan instruksi pengucapan natal kepada anggota yang muslim atas nama solidaritas. Nampaknya juga mereka memang tidak faham makna toleransi yang sesungguhnya dalam Islam. Padahal tak seharusnya mereka mengajari toleransi dalam Islam karena itu sama dengan mengajari ikan berenang atau mengajari burung untuk terbang.
Memang ada juga sebagian di antara kaum muslimin, berpendapat nyeleneh sebagaimana pendapatnya orang-orang kafir. Dengan alasan toleransi dalam beragama!? Toleransi beragama bukanlah seperti kesabaran yang tidak ada batasnya. Namun toleransi beragama dijunjung tinggi oleh syari’at, asal di dalamnya tidak terdapat penyelisihan syari’at. Bentuk toleransi bisa juga bentuknya adalah membiarkan saja mereka berhari raya tanpa turut serta dalam acara mereka, termasuk tidak perlu ada ucapan selamat.
Mengucapkan natal yang sejatinya adalah peringatan kelahiran Nabi Isa yang dianggap Yesus oleh orang Nasrani, berarti sama dengan menyetujui kekufuran orang-orang yang merayakan natal. Karena ketika mengucapkan selamat atas sesuatu, pada hakekatnya kita memberikan suatu ucapan penghargaan. Misalnya ucapan selamat kepada teman yang telah lulus dari kuliahnya saat di wisuda.
Nah, begitu juga dengan seorang yang muslim mengucapkan selamat natal kepada seorang nashrani. Seakan-akan orang yang mengucapkannya, menyematkan kalimat setuju akan kekufuran mereka. Karena mereka menganggap bahwa hari natal adalah hari kelahiran tuhan mereka, yaitu Nabi ‘Isa ‘alaihish shalatu wa sallam. Dan mereka menganggap bahwa Nabi ‘Isa adalah tuhan mereka. Bukankah hal ini adalah kekufuran yang sangat jelas dan nyata? Padahal Allah Ta’ala telah berfirman, “Bagimu agamamu, bagiku agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 6)
Begitu juga orang yang berpartisipasi dalam perayaan natal, misal berpakaian dengan pakaian khas perayaan natal maka bisa dikatakan mereka menyerupai orang kafir. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Dari sini, maka kaum muslimin perlu berhati-hati dengan seruan PSI. Karena perkara yang remeh bisa menjadi perkara yang besar jika kita tidak mengetahuinya. Mengucapkan selamat pada suatu perayaan yang bukan berasal dari Islam saja terlarang (semisal ucapan selamat ulang tahun), bagaimana lagi mengucapkan selamat kepada perayaan orang kafir? Tentu lebih-lebih lagi terlarangnya.
Meskipun ucapan selamat hanyalah sebuah ucapan yang ringan, namun menjadi masalah yang berat dalam hal aqidah. Terlebih lagi, jika ada di antara kaum muslimin yang membantu perayaan natal. Misalnya dengan membantu menyebarkan ucapan selamat hari natal, boleh jadi berupa spanduk, baliho, atau yang lebih parah lagi memakai pakaian khas acara natal (santa klaus, dsb)
Allah Ta’ala telah berfirman,
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah: 2).
Maka, biarlah PSI saja yang gagal faham, umat Islam jangan sampai ikut gagal faham karena mengucapakan natal sudah menyangkut aqidah yang harus dijaga. Allahua'lam bi Showab.