Bagaimana Menciptakan Habits pada Anak


Oleh : Lilik Yani


Untuk bisa menjalankan ibadah atau hal-hal baik lain secara istiqomah, tidak bisa langsung atau tiba-tiba terlaksana. Ada proses pembelajaran panjang yang harus dilalui dengan sabar, ikhlas dan pantang menyerah. Proses itu disebut pembiasaan atau habits.


Ketika ibadah atau aktivitas itu sudah menjadi kebiasaan, maka akan otomatis terlaksana tanpa harus disuruh atau diperintah.


Kita sebagai orang tua hendaknya mendampingi anak dalam proses itu. Manalah mau anak sekarang disuruh belajar atau mengerkakan PR langsung beranjak dari keasyikannya nonton televisi atau main gadget. Apalagi jika kita perintah untuk menunaikan shalat. Akan banyak alasan yang dikemukakan, untuk menunda sholat atau bahkan mengabaikannya.


//Mulai Kapan Proses Pembiasaan Dilakukan?//


Kalau sekarang dalam dunia pendidikan ada program PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Dalam rangka mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada anak. Maka dalam Islam, pendidikan bermula sejak seorang ibu mengandung (hamil).


Anak yang sejak dalam kandungan terbiasa dengan perilaku baik dari ibu dan ayahnya, maka ketika sudah lahir akan mudah memahami apa yang baik untuk dilakukan, dan bersegera menjalankannya. Termasuk ketika dibiasakan mendengarkan bacaan al-Qur'an, maka anak akan cenderung mudah meniru dan menghafal al-Qur'an di setiap fase pertumbuhannya.


Maka dari itu, penting bagi setiap orang tua untuk mengkondisikan buah hati mereka dalam pendidikan yang berdimensi pembiasaan (habits) secara konsisten.


Misalnya : 

a) Anak-anak perempuan, sudah harus dibiasakan dididik dari kecil menggunakan jilbab. Dengan demikian akan memudahkan untuk anak perempuan itu sendiri kelak untuk memahami dan menjalankan syariat menutup aurat.


b) Anak-anak yang terbiasa mendengarkan al Qur'an akan terdorong untuk melantunkan ayat-ayat al-Qur'an. 


c) Anak-anak yang terbiasa mendengar lagu, maka ia akan mudah untuk menyanyi.


d) Anak-anak yang terbiasa menonton adegan kekerasan dalam film juga berpotensi menjadi sangat agresif memukul teman-temannya.


Coba kita perhatikan, seorang wanita yang begitu mudahnya keluar rumah tanpa mengenakan jilbab, kemungkinan besar karena saat kecilnya tidak terbiasa mengenakan jilbab. Ditambah lagi ketika dewasa, tidak memahami konsep wajibnya memakai jilbab bagi wanita yang sudah baligh.


//Pentingnya Pembiasaan dalam Kebaikan//


Kebiasaan positip harus diupayakan maksimal. Kebiasaan bisa membangun dan menentukan masa depan. Seseorang sukses atau gagal ditentukan oleh kebiasaan yang dibangun sejak masa kecilnya.


Oleh karena itu penting bagi kita untuk memahami, mengapa sholat harus lima kali dalam 24 jam sepanjang hayat. Mengapa dzikir harus diamalkan sebanyak-banyaknya. Mengapa membaca al-Qur'an mesti berulang-ulang, bahkan dihafalkan dan dibaca di berbagai tempat dan aktivitas. 

Semua tadi maksudnya untuk menciptakan pembiasaan (habits).


Imam Ghazali dalam Ihya 'Ulumuddin berkata : 

"Seseorang yang membiasakan berbuat baik dan mengajarkannya, niscaya jika berkembang akan membawa kesenangan di dunia dan di akherat. Jika ia membiasakan berbuat buruk, dan ia merendahkan diri seperti perilaku binatang, maka ia akan menderita dan hancur."


//Wahai Orang tua, Jadikan Dirimimu Teladan//


Anak adalah peniru paling ahli dalam kehidupan. Maka dari itu pembiasaan baik yang ditanamkan kepada buah hati mesti dibarengi dengan pembiasaan berupa keteladanan dari kedua orang tua.


Tidak mungkin anak rajin membaca  al Qur'an, jika orang tuanya tidak memberikan keteladanan membaca al Qur'an secara istiqomah.


Tidak mungkin anak akan membatasi diri dari melihat tontonan televisi, jika kedua orang tuanya justru sangat hobby nonton bola atau sinetron.


Seperti dalam hal sholat, Rasulullah bersabda, "Surulhah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika berumur tujuh tahun. Pukullah mereka jika meninggalkan shalat ketika usianya sepuluh tahun." (HR Bukhari Muslim)


Jika anak telah dibiasakan dari usia 7 tahun shalat dengan baik dan berjalan lancar, maka usia 10 tahun akan terbiasa alias otomatis mengerjakannya. Jika masih belum otamatis, maka ada yang salah dan perlu dievaluasi.


Orang tua perlu memahami apakah buah hati sudah bisa diajak berfikir atau belum. Jika sudah bisa, maka saatnya mereka mendapat pendidikan tahap berikutnya yakni tentang makna, motivasi, alasan, fungsi dan manfaat dari sebuah ibadah atau kebiasaan baik, sehingga menjadi paham dan buah hati akan tergerak dengan sendirinya untuk menjalankan syariat Islam dalam kehidupan, tanpa ada paksaan.


Wahai orang tua, kita perlu berupaya keras untuk membuat anak-anak kita paham akan kewajiban beribadah yang harus dilakukan. Tapi jika dimulai sejak dini, in syaa Allah masih lebih mudah daripada ketika anak sudah besar, karena mereka sudah mulai pintar berargumentasi.


Kemudian menjadikan diri kita sebagai teladan yang baik, agar anak termotivasi untuk meniru. Jangan lupa, libatkan Allah dalam proses mendidik anak. Allah penggenggam semua hati, semoga Allah melembutkan hati anak-anak kita, untuk tunduk taat pada syariat Allah dengan hati ikhlas. Tanpa merasa dipaksa, karena sudah terbentuk habits pada diri anak. In syaa Allah



#PentingnyaPeranIbu

#BagaimanaMenciptakanHabitsPadaAnak


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak