Oleh: Kunthi Mandasari
(Member AMK Regional Jatim)
Momen Reuni Akbar 212 yang digelar hari Minggu, 2 Desember 2018 yang digelar di Monumen Nasional (Monas), merupakan bukti bahwa persatuan umat muslim di bawah satu panji bukan hanya terjadi dalam sejarah. Namun sebentar lagi akan terulang kembali.
Jutaan umat muslim dari berbagai penjuru negeri ini berbondong-bondong menghadiri. Dengan visi dan misi yang sama yaitu untuk membela bendera tauhid. Bendera yang sempat dilecehkan oleh salah satu ormas. Dan yang membuat umat muslim semakin geram adalah putusan yang dijatuhkan terlalu ringan. Pelakunya hanya dijatuhi hukuman sepuluh hari penjara dan denda sebesar dua ribu rupiah.
Tentu tidak sebanding dengan kalimat tauhid yang begitu mulia. Satu-satunya kalimat yang menjadi pintu surga. Di dalamnya terukir dua hal yg lebih berat daripada langit dan bumi yakni keagungan Allah dan risalah Rasulullah. Dan umat muslim menyadarinya, sehingga tak menyia-nyiakan kesempatan menghadiri Reuni Akbar 212.
Meskipun berbagai hinaan, cercaan dan kendala tidak menghalangi niat mereka. Justru yang ada menambah rasa cinta dan kesolidan kaum muslim. Meninggalkan kesukuan, ras, strata, harokah dan sifat ashobiyah lainnya yang selama ini menjadi sekat penghalang kaum muslim.
Lemahnya pemahaman Islam pada kaum muslim sehingga merongrong keimanan mereka. Menjauhkan mereka dari ajaran Islam yang diemban Rasulullah. Ummat mudah disusupi tsaqofah asing serta propaganda sehingga kaum muslim saling membenci.
Namun semenjak insiden pembakaran kalimat tauhid justru semakin mengeratkan ukhuwah kaum muslim. Kalimat tauhid yang menjadi asas aqidah kaum muslim merupakan ikatan yang benar untuk mengikat manusia. Maka tak heran jika tanpa dibayar sepeserpun mereka rela datang untuk membela kalimat tauhid. Bahkan justru berlomba-lomba melakukan kebaikan di acara 212 sebagai wujud cinta mereka.
Jika kesadaran membela aqidah sudah menjadi opini publik dan perasaan memilki agama Islam semakin menguat. Maka tinggal menunggu waktu untuk kaum muslim menyadari pentingnya penerapan Islam secara menyeluruh dalam kehidupan. Sehingga persatuan kaum muslim di bawah satu panji bukan lagi sebuah utopis. Tetapi sebuah kepastian, layaknya fajar yang pasti menyingsing setelah gelap gulita yang panjang.
Ketaqwaan individu yang telah nampak dalam reuni 212, hanya bisa terpelihara ketika ada sebuah negara yang melindungi. Sebuah negara yang menerapkan aturan Allah secara menyeluruh di atas bumi ini.