Oleh: Rani Ummu Deeva (Ibu Rumah Tangga Pembelajar Islam Kaffah)
Reuni akbar mujahid 212 yang di adakan di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, minggu 2/12. Persaudaraan Alumni (PA) 212 menyebutkan akan mengibarkan satu juta bendera dengan kalimat tauhid. Ketua steering commitee reuni akbar mujahid 212 Muhammad Al-Khaththoth, mengatakan pada kesempatan yang sama pengibaran bendera ini sebagai pernyataan bahwa bendera kalimat tauhid bukan bendera ormas, tetapi ini adalah bendera umat islam yang diwariskan oleh Rosullulah Saw.
Banyak orang yang mengucilkan bendera tauhid dengan membakarnya, juga dengan sebutan bendera teroris, dan ada juga bahwa bendera ini adalah bendera ormas terlarang. Padahal, semenjak rosullah Saw umat Islam sudah mempunyai bendera dalam bahasa arab di sebut dengan liwa atou alwiyah (dalam bentuk jama) istilah liwa sering di temui dalam beberapa riwayat hadist tentang peperangan, jadi istilah liwa sering di gandengkan dengan pemakayannya dengan royah (panji perang) istilah liwa atou di sebut juga al.alam (bendera).
Dan royah mempunyai fungsi yang berbeda, dalam beberapa riwayat di sebutkan, royah yang di pakei rosulullah berwarna hitam, sedangkan liwa (benderanya) berwarna putih (HR. Thabrani, Hakim, dan Ibnu Majah).
Royah dan liwa sama sama bertuliskan lafaz lailaha illa allah muhammad rosulullah, ditulis pada royah (bendera hitam) di tulis dengan warna putih, sebaliknya pada liwa(bendera putih) di tulis dengan warna hitam.
Royah dan liwa juga mempunyai fungsi yang berbeda, Royah merupakan panji yang di pakai pemimpin atou panglima perang, royah menjadi penanda orang yang memakainya merupakan pimpinan dan pusat komando yang menggerakkan seluruh pasukan.
Royah di serahkan langsung oleh Khalifah kepada panglima perang serta komandan-komandan selanjutnya, royah di bawa selama perang di medan peperangan, karena itulah royah di sebut juga ummual harb (induk perang).
Dari Hadis Ibnu Abbas mengatakan, Rasulullah Saw ketika menjadi panglima perang di perang khandak pernah bersabda "aku benar benar akan memberikan panji (royah) ini kepada orang yang mencintai Allah dan Rasulnya" Rosulullah kemudian memberikan royah tersebut kepada Ali bin Abi Thalib yang saat itu menjadi ketua divisi pasukan Islam (HR Bukhari).
Wallahu’alam Bi Shawwab.