Aksi 212, Ajang Pemersatu Umat

Oleh: Ai Nuryani (Ibu Rumah Tangga)


Sebagaimana kita ketahui pada Ahad 2 Desember 2018, jutaan kaum Muslim berkumpul d monumen nasional (monas) yang berlangsung nya pelaksanaan acara Reuni 212. Rangkaian kegiatan Reuni 212 di isi dengan kegiatan shalat tahajud , shalat subuh berjamaah dan doa bersama di lanjutkan dengan kegiatan lain sampai berakhir sekitar pukul 13.00 wib. Dan acara Reuni 212 di nilai tertib sejak sabtu malam  dinihari hingga acara berakhir.

Sungguh terasa kebersamaan dan persatuan umat di acara Reuni 212, tidak hanya berjalan damai dan tertib juga menjaga lingkungan sekitar monas untuk tidak merusak maupun menginjak injak tanaman di sekitarnya.

Aksi Reuni 212 adalah aksi masa terbesar sepanjang sejarah perjalanan bangsa indonesia.sekalipun ada segelintir kaum muslim yang tidak sepakat dan tidak mendukung. Inilah sebuah persaudaraan yang bukan abu-abu atau berpura pura , tetapi persaudaraan yang murni. Bagaimana kita banyak saksikan jutaan orang saling berebut beramal sholih di mana inilah rahmatan lill allamin yang sesungguhnya. Bukan rahmatan lill ‘alamin yang sering jadi slogan tokoh ormas yang di promosikan media manstrem untuk menyerang umat islam lainnya, yang tidak berpihak pada ideologinya. Sebab orang liberal juga sering teriak rahmatan lil ‘alamin, namun justeru aksinya menyakiti umat islam lainnya. Mereka hadir di Monas telah di pilih Alloh Swt untuk menjadi bagian mujahid alquran, mendapat percikan rahmat Alloh swt. Sehingga mereka rela meninggalkan pekerjaanya, istri dan anak nya, menghabiskan uang tabungan dan gaji, berpayah payah dengan satu tujuan, yakni membela agama Allah Swt.

Mengatakan aksi 212 ditakutkan tidak akan berjalan damai. Dari aksi 212 sebelumnya, aksi ini selalu berjalan damai dan tidak terjadi kericuhan, jangankan terjadi kericuhan rumput pun masa aksi menjaganya. Jadi, sesungguhnya apa yang ditakuti dari aksi ini? Jawabannya tentu mereka takut dengan persatuan umat dengan berlandaskan satu ikatan yaitu ikatan aqidah, yang akan membangkitkan Islam.

Sesungguhnya dengan adanya persatuan umat Islam ini,  membuat musuh-musuh islam gemetar. Mereka takut dengan adanya persatuan umat. Bila Islam sudah bersatu dengan adanya kepemimpinan tunggal maka keruntuhan kapitalisme-sekulerisme anak kandung demokrasi ini semakin dekat. Aksi yang akan dilakukan umat Islam di Jakarta  mengingatkan kita bahwa persatuan kaum Muslimin haruslah dibangun atas asas tauhid. Persatuan umat Islam bukanlah didasari atas kepentingan politik, tidak pula didasari atas manfaat duniawi, tidak pula berdasarkan batas wilayah bangsa ataupun negara.Tapi persatuan Islam haruslah berdasarkan kalimat tauhid, kalimat lailahaillallah, yang menjadi simbol keislaman dan simbol kepatuhan terhadap Zat Pencipta dan Pengatur alam semesta. Islam menjadikan tali Allah sebagai perekat utama dalam membangun persatuan.Bukan tali kebangsaan.

Ketika Allah Ta’ala memerintahkan untuk bersatu, maka jelas yang dikehendaki adalah persatuan atas ikatan yang hakiki. Ikatan yang tidak memandang perbedaan apapun selain iman dan taqwa. Karenanya, kita selalu diperintahkan untuk bersatu dengan memegang erat tali Allah, yaitu bersandar kepada prinsip kesatuan dalam memenangkan syariat Islam. Rasanya percuma jika ada slogan persatuan umat Islam bilamana bersatu kepada selain tali Allah alias bersandar kepada selain syariat Islam. Allah Ta’ala berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُو

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai…” (QS. Ali-Imran; 103).

Dengan ikatan iman, Rasulullah saw berhasil mempersaudarakan kaum Anshar dan Muhajirin layaknya saudara kandung sendiri. Mereka berbeda suku dan bangsa tapi mereka saling mencintai satu sama lain. Kaum Anshar sebagai pribumi di kota Madinah rela berkorban demi mengutamakan (itsar) terhadap kaum muhajirin yang datang dari Makkah. Sungguh persaudaraan yang sulit dicari badingannya hingga sekarang.

Allah ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9).

Demikianlah, bentuk ikatan persaudaraan yang diharapkan dalam Islam. Persaudaraan yang dibangun atas dasar iman. Tidak ada hal yang membeda-bedakan selain ketaqwaan semata. Jika seluruh kaum muslim memang mengklaim bertauhid, maka tak ada hukum atau aturan yang wajib mereka laksanakanswlain aturan Alloh Swt atau syariah islam. Jika seluruh kaum mengaku membela kalimat tauhid, maka tak ada yang pantas mereka lakukan selain berupaya sekuat tenaga untuk menegakan aturan aturan Alloh Swt atau syariah islam dalam seluruh aspek kehidupan. Itu berarti, meeeka wajib terlibat bersama-sama secara konsisten menyerukan pentingnya penerapan syariah islam secara total. Tak hanya dalam urusan ibadah, namun juga dalam urusan ekonomi, pendidikan, politik pemerintahan, hukum peradilan, dsb. Dan semua akan terwujud  hanya dengan tegak nya Khilafah.

Wallahu’alam Bi Shawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak