Oleh Lulu
Perhelatan akbar 212 baru saja usai. Dalam sekejap panggung menjadi bersih rapi, tanpa menyisakan sampah dan kerusakan di sekitaran arena. Umat Islam bisa dipercaya, mampu menjaga amanah. Aksi sebesar itu dengan lautan manusia sebanyak 7 juta, walaupun ada juga yang menyebutkan 10 juta (tapi yang pasti itu adalah jumlah yang fantastis) melakukan aksi tanpa onar, anarkis.
Seluruh mujahid dan mujahidah kembali ke wilayahnya masing-masing. Melanjutkan PR umat yang belum tuntas. Yaitu memperjuangkan Islam agar kembali berada di tengah umat. Menjadikan Islam sebagai rujukan seluruh persoalan umat. Faktor inilah yang perlu menjadi perhatian. Menyatukan pemikiran umat yang masih bertebaran, mengumpulkannya agar mengerucut pada satu pemikiran sahih.
Melihat antusiasme umat menghadiri reuni yang sangat fenomenal ini, terlihat bahwa umat mulai percaya terhadap dakwah Islam. Mereka mendengar. Mereka juga kini tahu bahwa mereka memiliki hak untuk sejahtera dengan pengurusan yang baik. Saat ini umat mengerti pentingnya kepemimpinan umat. Mereka paham bahwa tidak benar mempercayakan urusan umat pada kepemimpinan lain.
Suatu hal yang tidak boleh luput dari perhatian umat adalah, bahwasanya reuni 212 sebuah peristiwa politik. Bukan sekedar memilih siapa presiden dan wakil presiden untuk periode berikutnya. Tapi lebih besar dari itu. Yaitu mencari kepemimpinan global bagi umat yang satu. Terbukti bukan hanya umat Islam yang bisa menjaga amanah, mengembalikan monas dalam keadaan bersih. Pemimpinnya juga mampu.
Pemimpin umat bagaikan perisai. Umat berlindung di belakangnya. Menyelesaikan berbagai persoalan yang semakin menggurita. Tanpa pemimpin yang menggunakan aturan sahih, selamanya umat dalam kondisi gelap gulita. Palestina, Rohingya, Uyghur, Suriah, mereka menjerit menanti pertolongan. Berharap banyak pada kita.
Begitu pula dengan muslim di Indonesia. Anak-anak putus sekolah, karena sekolah mahal. HIV Aids menyasar ke anak SD. Para ibu hilang naluri keibuannya, membuang bayi karena kehidupan yang sempit. Pendidikan minim kualitas sebab guru hidup sengsara.
Masalah kesehatan yang tak teratasi. Pergaulan bebas dan berbagai akibatnya. Dilegalkannya dosa dan pelanggaran. Sungguh kehidupan yang rusak. Di negeri lain kondisinya pun tak jauh berbeda. Inilah akibat jika kepemimpinan umat diserahkan bukan kepada ahlinya.
Oleh sebab itu dakwah ini harus berlari. Bergerak terus tanpa henti. Ada yang sedang menunggu kita. Menunggu pertolongan Allah. Sudah layakkah kita mendapatkan itu. Apakah dakwah kita telah mampu menyatukan pemikiran umat. Sehingga mereka beraktivitas atas dasar Islam.
Segeralah bergerak kembali setelah hilang lelah usai reuni. Sungguh umat menunggu datangnya Kepemimpinan Islam. Menunggu Khilafah 'ala minhajin nubuwwah. Wallahu 'alam bish showab.