212, Berjuta Peserta Berjuta Cerita

Oleh Ainul Mufidah



Dua Desember akan terabadikan dalam sejarah sebagai momentum persatuan jutaan umat Islam. Jutaan rasa tertuang dalam banyak karya. Jutaan jemari tak kuasa menahan cerita. Bertabur rasa syukur dan bangga aksi dengan jutaan massa terlaksana. Lelah perjalanan yang ditempuhpun sirna tatkala bisa hadir menyemut bersama para peserta. 


Berbagai moda transportasi di hari itu seolah hanya menghantarkan peserta aksi. Jakarta, menjadi saksi lautan manusia yang datang dari berbagai daerah di ibu pertiwi. Satu semangat, satu tujuan, satu harapan.  Aneka cerita terangkai sejak keberangkatan dari daerah asal, sampai ke Monas,  tempat berlangsungnya acara hingga kepulangan para peserta. 


Dari semua rentetan peristiwa, tidak ada sebait alinea tersisa untuk mengisahkan keluh, peluh yang sebagian dari mereka rasakan. Hanya sukacita yang tertutur dalam catatan. Perjuangan bisa sampai ke Jakarta, tidak semua mulus adanya. Namun tetap disikapi sebagai bagian dari kecilnya pengorbanan yang bisa diberikan.


Sesampainya di Monas, makin banyak lagi tinta tertuang dalam kata, atau sekedar status pendek di sosial media. Karena haru yang tak terkata saat berjumpa jutaan saudara di tempat yang sama. Meski penuh sesak, tubuh tak bergerak karena jumlah masa yang membengkak, ruh persaudaraan menahan kaki untuk beranjak.


Sebuah kemustahilan yang disangsikan sebagian pihak akhirnya terwujud nyata. Tak sedikit upaya untuk menggagalkan dan mengecilkan makna reuni dua satu dua. Namun umat dengan keimanan yang lurus telah lelah berpisah dalam ashobiyah. Persatuan lebih mereka rindukan dibanding mempermasalahkan perbedaan organisasi dan golongan. 


Ada pemandangan yang berbeda di aksi kali ini. Saat pertama kali terlaksana dua tahun lalu, ribuan bendera ormas dan kelompok islam berkibar di langit Monas.  Namun kini warna warni itu melebur dalam satu bendera, panji rasulullah Alliwa dan Arroya. Semua bangga membawa dan mengibarkannya, panji itu kembali kepada pemiliknya. 


Momen pengibaran Arroya diiringi lantunan ayat suci, menjadi panorama tersendiri yang akan menjadi bagian dari sejarah. Sejarah yang akan terekam dalam memori umat. Tak masalah saat media nasional tak menjamah, Allah lebih tahu cara mengabarkan kepada semesta persatuan yang tercipta. Hingga ruh persaudaraan itu bukan hanya milik yang hadir dalam aksi, namun menyelimuti seluruh umat islam di muka bumi. 


Dan bukan hal musykil terjadi, reuni tahun depan umat bersatu dalam pemikiran yang menginginkan penerapan aturan yaitu sistem Islam, insya Allah. Itulah pekerjaan para pengemban dakwah setelah reuni kali ini. Sampaikan bahwa masih ada mutiara umat yang belum kembali ke pangkuan, yang menjadi junnah bagi siapa saja yang hidup dalam naungannya. Wahai pejuang dienullah teruslah lelah untuk menggapai lillah. Karena peluhmu akan berbalas jannah. Wallahua'lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak