Oleh : Diza Al-Khawarizmi
Berawal dari si penista, yang berujung pada aksi pembelaan kaum muslim seantero negeri bahkan dunia, yang tidak rela kitabnya di hina dan di lecehkan dengan percuma. Tidak ada yang mengira berjuta-juta umat berkumpul pada satu pusat di jantung ibu kota. Itulah awal mula benih persatuan umat mulai menampakan dirinya. Perasaan yang satu, aqidah yang satu, pedoman hidup yang satu yaitu Al-Qur'an.
Tak ada yang dapat menyangka pula, jika 212 akan terus berlanjut dengan diadakannya reuni 212 setiap tahunnya. Di mana 2018 saat ini adalah tahun ke tiga di adakannya reuni 212. Lantas apa bedanya dengan tahun sebelum-sebelumnya?
Di luar dugaan, di lansir dari tempo.co terjadi kehebohan yang membuat amarah ummat makin meledak, bagaimana tidak, di tengah perayaan Hari Santri Nasional di Alun-alun Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada 22 Oktober 2018 di warnai dengan pembakaran bendara tauhid oleh sekelompok orang yang sama-sama berislam. Video yang beredar dengan durasi 02.05 menit itu terlanjur viral dan dalam vidionya sangat jelas memperlihatkan ada seorang anggota berbaju Banser yang membakar bendera berwarna hitam bertuliskan kalimat tauhid.
Hati kaum muslim mana, yang tidak tercabik-cabik, saat menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri kalimat yang di agungkannya dan yang menjadi simbol khasnya seorang muslim, kini dengan mudah di bakar dan di lecehkan dengan penuh kegembiraan dan nyanyian tanpa ada rasa bersalah, dan ketakutan. Meskipun mereka beralasan itu adalah bentuk penghormatan dan mengamankan lafazdnya, bahkan lebih parah lagi mereka berdalih itu adalah bendera organisasi terlarang, maka tanpa basa-basi bendera hitam berkalimat tauhid tersebut mereka bakar.
Keesokan harinya tanpa berbasa-basi pula di Garut pun langsung dengan sigap menyikapinya dengan mengadakan ABT (Aksi Bela Tauhid), dan menuntut kepada kepolisian agar segera menindak para pelaku pembakar bendera agar di hukum dan di beri sanksi yang sepadan. Namun, entah apa yang di fikirkan, alih-alih memberi hukuman kepada yang membakar, yang jadi tersangka malah yang membawa bendera. Makin jelas lah hukum di negeri ini, mana yang berpihak pada kebenaran dan mana yang berpihak pada kepentingan.
Sontak saja umat tidak akan bisa diam bila keadilan belum di wujudkan. Akhirnya tidak hanya di Garut saja yang menyelenggarakan ABT tersebut, tapi seluruh Indonesia pun ikut terbakar semangatnya untuk membela kalimat mulia. Bahkan seperti halnya Presiden Turki pun mengecam tindakan tersebut. Hukum pun mulai bertindak dan menetapkan hukuman kepada para pelaku pembakar bendera, tapi jangan dulu berharap akan setimpal dengan perbuatannya, toh ternyata mereka di hukum hanya 10hari penjara dan denda 2000 Rupiah saja. Hukum buatan manusia memang begitulah nyatanya, tumpul ke atas tajam ke bawah. Membuat manusia normal semakin gemas dengan berbagai tindak ketidakadilannya. Namun apa daya, mungkin inilah bagian dari makar-Nya.
Benar saja, amarah yang terus berkecamuk dalam dada-dada kaum muslim tak menyurutkan langkah semangatnya untuk membela yang haq, sehingga membentuk barisan kuat lagi kokoh untuk menghantam sekaligus menghadang berbagai kezhalima-kezhaliman penguasa terhadap kaum muslim.
Aksi 212 jilid 3 yang Alhamdulillah terselenggara pada tanggal 2 Desember 2018 di Monas Jakarta, adalah bukti besarnya persatuan ummat yang semakin mengakar dan terhujam pada setiap jiwa dan raga kaum muslim. Tak peduli berbagai penghalang yang selalu mewarnai kegigihan dan kesungguhan. Persatuan tidak bisa lagi di redam, apalagi di bayar dengan sejumlah uang jutaan. Sungguh persatuan ummat hanya untuk membela Islam, membela yang haq, melawan yang bathil. Persatuan pada satu panji, dalam satu naungan bendera Liwa dan Raya adalah wujud nyata persatuan kaum muslim yang tak bisa terpecah lagi dan tidak akan pernah.
Inilah 'Makar' yang amat dahsyat yang telah di rancang oleh-Nya, Sang Pencipta segala alam raya, yang Kuasa mengatur alur cerita dan laju dakwah ini. Berkumpulnya jutaan ummat berkali-kali lipat dari tahun sebelumnya, jutaan bendera Liwa dan Raya berkibar memenuhi jagat raya, satu bendera yang di bakar itu tergantikan dengan jutaan bendera yang dengan gagah berkibar menghiasi atmosfir bumi.
Membuat musuh semakin gentar dan ketakutan, apalagi yang hendak di lakukan untuk meredam persatuan? Seakan tak kehabisan akal media nasional pun di boikot agar tidak menayangkan reuni Akbar tersebut. Hanya beberapa saja channel TV Nasional yang menayangkannya. Rencana mereka tidak ada gunanya, karena Sang Pencipta dan Pengatur telah mempersiapkan rencana selanjutnya. Atas Kuasa-Nya, ketika media-media Nasional di boikot maka, media Internasoional yang dengan antusiasnya meliput aksi bersejarah ini, membuat dunia semakin terpana menyaksikan lautan manusia yang menghampar dalam dekapan ukhuwah, perasaan serta visi dan misi yang sama.
Itulah Makar-Nya yang Agung tidak akan pernah ada satupun yang hendank menjadi tandingan-Nya. Sesuai dengan firman-Nya :
“Dan mereka (orang-orang kafir) membuat makar, maka Allah pun membalas makar. Dan Allah sebaik-baik Pembalasan makar.” (Ali-Imran : 54)
“Ataukah mereka hendak melakukan makar?Tetapi orang-orang yang kafir itu, justru merekalah yang terkena makar.” (Ath-Thur:42)
Wallahu’alam bishawab.